Louis masih saja berlama - lama menyandarkan kepala ke atas pangkuan Amira. Sementara itu, jemari lentik masih saja terparkir apik pada puncak kepala, mengusap rambut tebal dengan penuh rasa sayang.
Dihadapkan pada satu kenyataan akan perjuangan suami tercinta telah membuat Amira disergap rasa bersalah mendalam, akan tetapi ketika ingatannya berpusat pada pelukan menjijikkan tersebut telah membuat hatinya terluka.
Tanpa dapat tertepis matanya memanas seketika mengiringi air mata menggenang dipelupuk. Sesering apa pun Amira mengerjap supaya air mata bodoh tersebut tidak sampai jatuh. Nyatanya, kristal bening tetap saja memaksa keluar membasahi pipi putih mulus. Bersamaan dengan itu Louis langsung mendongakkan wajahnya ketika merasakan pelipisnya basah.
Tidak mau dipergoki oleh suami tercinta bahwa dia sedang menangis, dengan kasar dihapusnya air mata tersebut. Namun, sangat disayangkan karena tetap saja meninggalkan bekas.