"Aku bosan terus menerus bertengkar dengan mu. Apa kau tidak pernah merasa bosan, hah?" Bentaknya dengan sorot mata nyalang. Dan inilah pertama kalinya bermanjakan siluet biru yang menghujaninya dengan ketajaman penuh. Seketika raut tak nyaman menyelimuti wajah cantik.
Paham dengan rasa tak nyaman yang mulai menyergap Amira. Siluet biru seketika melembut, bersamaan dengan itu melembutkan kembali suaranya. "Sorry, aku tidak bermaksud membentak."
Kenapa harus meminta maaf? Kau tidak sepenuhnya bersalah. Aku sendiri tidak tahu kenapa selalu bersikap yang berbanding terbalik dengan perasaan ku sebenarnya. Batin Amira sedih.
Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam lamunan hingga jentikan jemari kekar membawa kesadaran Amira kembali. Tersentak? Tentu saja!
"Sayang, aku meminta mu untuk berbicara bukan untuk melamun. Lagi pula apa yang sedang mengganggu pikiran mu, hum?"