"Aku benar - benar minta maaf, Amira. Aku tidak bermaksud memperlakukan mu dengan kasar atau pun mempermalukan mu. Sama sekali tidak." Aku hanya terbakar ke dalam api cemburu. Melihat mu berdekatan dengan Tama telah membuat darah ku mendidih seketika. Sekali lagi maaf atas rasa cemburuku yang berlebihan ini, sayang. Lanjutnya dalam hati.
Sayangnya, tidak ada satu kata pun yang terucap dari bibir ranum atas permintaan maaf yang baru saja Louis ucapkan. Amira masih saja tenggelam ke dalam lautan emosi.
Frustasi, itulah yang Louis rasakan bermanjakan sikap Amira yang terus menerus memilih diam dengan membuang muka pada jalanan. Akhirnya dia putuskan untuk menambah kecepatan laju mobil. Sayangnya, Amira tak juga terusik. Wanita itu benar - benar seperti patung.