Disaat sedang berbincang dengan Nenek dan juga Melda, terdengar suara dering ponsel. Dengan segera melirik sekilas. Seketika tersentak ketika nama Nail yang tampak menghiasi layar. Bersamaan dengan itu melirik arah jarum jam di pergelangan tangan.
"Siapa yang telepon, Mir?" Tanya Melda khawatir.
"Em, Nail yang telepon." Mengerling genit ke arah Melda. Tak ayal Melda pun langsung tersipu malu hingga pipinya memerah semerah strawberry. "Sebentar ya aku angkat dulu."
Melda mengangguk.
Kini, Amira mencari tempat yang jauh dari jangkauan mereka berdua supaya perbincangannya dengan Nail tidak sampai terdengar. "Keberangkatan saya masih lama. Informasi apa yang ingin kau sampaikan? Katakan!"
"Tuan Deril, memaksa bertemu dengan Anda, Nona."
"Kau urus saja."
"Tapi, Nona ... "
"Apa kau tidak mendengar yang ku katakan, hah?" Bentaknya dengan suara meninggi sehingga Nail pun terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak.