Azriel tersenyum menyeringai di suguhi wajah Amira yang tampak kesakitan. Wanita malang itupun terlihat sedang memegangi lehernya. "Uh, sakit ya sayang?" Sebelah tangan kekar terulur hendak mengusap pipi putih mulus, akan tetapi langsung dihempas dengan sangat kasar berpadukan dengan tatapan nyalang. "Tidak perlu sok perduli. Bukankah satu menit yang lalu kau ingin membunuh ku, hah? Dasar Suami menyedihkan!"
Bibir kokoh menyungging senyum smirk. "Itulah hukuman akibat ulah mu yang semena - mena. Kau enak - enakkan menyembunyikan harta Tanzel, sementara aku ... aku pun harus hidup menderita dengan tinggal di kontrakkan kecil. Aku harus menderita atas hinaan dan juga caci maki dari orang - orang sekitar."
"Hinaan dan juga caci maki memang pantas untuk pelaku kriminal seperti mu, Mas!"
Plak.