Tangis Amira tak juga mereda. Namun, dia pun harus menghapus kasar bulir - bulir air mata ketika mendapati seorang lelaki tampak berdoa pada makan yang bersebelahan dengan makam sang opa.
Amira pun tampak acuh sehingga tidak memperhatikan lelaki tersebut, sementara lelaki tersebut berulang kali melirik melalui ekor matanya. Ada rasa rindu menggebu berselimut amarah memuncak dan juga perasaan kecewa atas sikap Amira. Seharusnya Amira tidak menyetujui menikah dengan lelaki kejam seperti Azriel. Tapi, tanpa di sangka dan tanpa di duga Amira pun tenggelam ke dalam pernikahan tersebut.