Namanya juga orang kepercayaan. Jadi, sudah seharusnya semua informasi dia sampaikan, akan tetapi ada rasa tak tega untuk menyampaikan satu informasi penting mengenai Azriel. "Apa yang harus ku sampaikan pada, Nona Amira? Haruskah foto - foto ini ku sampaikan padanya?" Tanyanya entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian.
Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam dilema yang jelas Nail pun terlihat mengusap kasar wajahnya berulang kali. Dia terlihat menatap nanar ke arah jalanan hingga tidak menyadari langkah kaki mendekat. Sementara Amira, dia terus menerus menelisik wajah Nail yang menyimpan beban berat. "Selamat siang, Pak Nail." Sapaan dari Amira telah membuatnya terperenyak. Dan bersamaan dengan itu dia pun terlihat menegakkan duduknya dengan sorot mata menggeliat rasa tak nyaman. "Selamat siang, Nona Amira. Silahkan duduk!" Ucapnya dengan gugup.