Ekor matanya melirik pada sahabat masa SMA nya yang sedang duduk pada sisi kursi kemudi dengan tatapan kosong. Amira sangat bisa memahami dengan kesedihan yang Hana rasakan saat ini. Dia pun pernah merasakan hal yang sama bahkan lebih memilukan.
Siapa lelaki yang sudah berani meninggalkan mu, Hana? Lelaki bodoh mana yang telah dengan sengaja meninggalkan wanita sebaik dirimu? Batin Amira berselimut dengan kesedihan.
Digenggamnya jemari Hana sembari mengusap punggung jemarinya seolah meyakinkan pada sahabatnya tersebut bahwa semuanya akan baik - baik saja. Hana pun menolehkan wajahnya berpadukan dengan senyuman yang terkesan di paksakan. "Kita mau ke mana, Mir?" Lirihnya.
Bibir ranum mengulas senyum. "Ke rumah ku, Han. Kau bisa istirahat dan tinggal di rumah ku selama yang kau mau. Kau bisa menenangkan dirimu di rumah ku dan sebagai sahabat mu, aku tidak akan pernah meninggalkan mu sendirian melewati kepedihan ini, Hana."
"Terima kasih ya, Mir. Kau memang sahabat terbaik ku."