Amira bergeming, sama sekali tak ada niatan untuk mengindahkan panggilan tersebut. "Pergilah!" Ucapnya dengan posisi memunggungi. Penolakan yang terdengar tegas dan tajam itupun telah mengiringi hembusan nafas lelah dan Amira sangat paham akan hal itu. Namun, dia tidak perduli. Untuk saat ini Amira benar - benar ingin sendiri.
"Apa kau tuli, hah? Pergilah!" Bentaknya lagi. Meskipun begitu sama sekali tak mengusik seorang Aditya. Justru dia mendekat. Sangat dekat hingga sentuhan lembut terparkir apik pada pundak sebelah kiri, memaksa sang pemilik memutar tubuh.
Amira memilih menundukkan wajah hingga sebelah tangan kekar menekan pada dagu. "Tatap aku dan katakan sekali lagi bahwa kau ingin aku pergi, Amira."