Manik biru masih saja tenggelam ke dalam keteduhan jiwa yang sedang tertidur pulas. Rasa mendamba akan hasrat membelai surai lembut perlahan tertepis. Tanpa sadar jemari kekar meluncur bebas mengiringi usapan demi usapan pada puncak kepala Amira berpadukan dengan kecupan sayang.
Iris hitam perlahan terbuka. "Papa ... " lirihnya.
"Ini aku Amira sayang, bukan Tuan Yoza."
Amira langsung membeliakkan matanya ketika menyadari seseorang yang telah dengan lancang mencium kening adalah lelaki yang bukan muhrimnya. "Lancang sekali kau mencium ku!" Berpadukan dengan bentakan dan juga tatapan menajam.
"Hanya mencium kening ku rasa tak jadi masalah, Amira sayang. Toh, kita juga akan segera melangsungkan pernikahan." Ucapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Apapun alasan mu yang jelas kau sudah menodaiku!"