"Loh, loh, iku kan Azriel bojoe Non Amira. Walah Non, Non. Ayu, ayu, kok gelem seh dirabi wong uelek koyo ngono. Mending yo Den Louis. Wes ngganteng, motoe biru sisan. Wah, nek Den Louis ngono yo ora ono sing biso nandingi gantenge." Ucapnya sembari mengintip pada jendela.
Azriel terlihat memencet bel berulang kali, akan tetapi tak ada niatan Inem untuk membukakan pintu. "Nem, kenapa malah ngintip disitu. Ada tamu tuh, buka dunk pintunya!"
"Hust, ojok dibukakno. Iku ngono si resek, Azriel. Wes mending kowe nang kene jogoen pintune yo. Aku tak nyelok, Non Amira."
Tuti mengangguk. "Buruan ya, Nem. Jangan lama - lama. Aku takut nih."
"Iyo, iyo, sabar." Sembari berlari ke kamar Amira.
Sementara Azriel, dia pun tak henti - hentinya mendesah lelah dibuat berdiri di depan pintu hingga kakinya kesemutan. Dan ketika pintu terbuka dia pun langsung membentak. "Apa telinga mu ini tuli, hah?" Bentaknya pada Inem.
