Chereads / Hasrat Genderuwo / Chapter 37 - Kembali ke Rumah Belanda

Chapter 37 - Kembali ke Rumah Belanda

"Tuan, Tolong hentikan."

"Ini hukuman yang pantas untuk pembangkang seperti kamu! Sudah ku bilang jangan kabur. Tetapi kamu masih nekad kabur!" Tandasnya. Susah payang aku berusaha mendekatinya, memohon untuk berhenti menyiksaku. Tetapi, dia memang berhati iblis, dia menendangku sampai aku tersungkur ke lantai.

"Dina!" pekik Pak Min. " Jangan perlakukan dia seperti binatang, Anton! Kalau kamu mau menyiksa, siksalah aku!

"Diam Kau kakek tua! Jangan pernah kau ikut campur dengan urusanku! Kekuatanmu yang hasil bersekutu dengan demit itu tidak ada seujung kukupun denganku!" Cerocos Anton, "Lagipula, Nyawa istrimu sekarang berada dalam genggamanku. Sekali kau berniat ikut campur. Aku tinggal mencabut nyawanya untuk kujadikan tumbal!

Pak Min terdiam seketika. Agaknya Anton tahu letak kelemahan Pak Min. Anton memang manusia setengah iblis, yang tidak punya hati nurani.

"Tolong hentikan" rintihku dengan suara parau. air mata yang bercucuran. Aku adalah tipe orang yang keras jika ada manusia yang berani menginjak-nginjak harga diriku. Tetapi di hadapan iblis sepertinya, aku tidak mampu berbuat apa-apa.

"Rasakan Dina! Rasakan akibat perbuatanmu! Dengan begini kamu akan berpikir ratusan kali untuk kabur dariku, hahahahaha!" Tawanya.

Tiba-tiba, Cahaya terang muncul dari tubuh Ardi. Mungkin di dalam hati, dia tidak henti-hentinya berdoa. Seketika Anton menjerit kesakitan, "Bodoh kau Sugeng! Kenapa kamu biarkan dia hidup? Bunuh dia sekarang!" titahnya.

"Baik... Tuan, ayo libas lehernya sekarang!" Kini ganti Pak Sugeng yang menyuruh anak buahnya. Tidak berapa lama, terdengar suara erangan yang tertahan karena leher yang terpotong.

"Ardi!!!!!" seruku lantang. Lalu, anak buah yang menggorok leher ardi pun menyeret tubuh itu dan membuangnya entah kemana?"

"Huhuhuhuhu." Tangisku semakin pecah. Ardi, orang yang begitu baik itu sudah meninggal di tangan para bajingan itu. Tak kuasa aku menahan amarahku. Seketika aku bangun, dan berlari menyusul Ardi. Namun dengan sigap, anak buah Pak Sugeng memegangiku. Sekilas, aku melihat Anton menggerak-gerakan telunjuknya. Kembali kurasakan rasa gatal di dalam kemaluanku semakin menjadi-jadi. Bahkan cairan kewanitaan mulai meleleh sampai ke Paha.

"Tangkap, tua bangka itu! bawa dia ke rumah sekarang! pastikan dia terkunci di ruang bawah tanah!" titah Anton

"Baik Tuan." Sahut para anak buah serentak. Mereka menangkap tubuh Pak Min dan menyeretnya dengan kasar. Pak Min hanya pasrah, karena untuk lari pun percuma saja.

"Tuan, terus bagaimana kami membawa Dina? Dia terus menggeliat." Tanya Pak Sugeng

Anton akan beranjak dari tempat itu pun, berbali arah. dia berhenti menggerakan telunjuknya. Sontak Rasa gatal itu mereda. Hanya menyisakan rasa linu dan letih. Mereka membopong tubuhku yang tidak berdaya.

Sesampainya di rumah Belanda itu, Mereka membawaku ke dalam kamar. lalu mengunciku dari luar. Aku tergeletak begitu saja di kasur dengan mata yang memandangi langit-langit. Tubuhku sangat lemas sekali. Tidak terasa air mata turun di sudut mata dan mengalir sampai telinga. Baru saja aku bisa lepas dari cengkraman Anton, sekarang dia berhasil menangkapku lagi. Aku tidak tahu siksaan apalagi yang akan aku terima di rumah ini.

Sayup-sayup, aku mendengar suara parau Pak Min yang Di tempatkan di ruang bawah tanah. suara kesakitan seperti disiksa. Jangan-jangan para anak buah itu menyiksa Pak Min terlebih dahulu, sebelum akhirnya dikunci di bawah tanah. Hal itu membuatku hatiku terasa trenyuh.

Tiba-tiba, terdengar suara ponselku berbunyi dari tas selempangku. Dari nada ringtonenya, itu pasti Mas Angga suamiku. Tanganku meraba-raba kasur, berusaha menggapai tali tasnya dan menariknya. Ketika mengeluarkan ponsel itu. Menatap layarnya yang terdapat tombol biru yang meronta-ronta minta di angkat. Aku menghapus air mataku sekenanya, dan berusaha menarik lengkung di pipi ke atas.

"Halo sayang." Sapanya dengan suara yang bersemangat. Tapi, dahinya berkerut saat melihat rona wajahku.

"Kok kayaknya kamu habis nangis sayang, ada masalah apa?" tanyanya cemas.

"Ehh... enggak kok, aku tadi habis nonton sinetron di tv Mas. Ceritanya bikin mewek." Ujarku mengarang cerita. Dia terlihat menggut-manggut.

"Sebentar-sebentar, kamu lagi di rumah siapa?"

"Ini, aku lagi di rumah teman Mas. Suntuk di rumah sendirian."

"Oh, ya udah kalau begitu. Tapi beneran ya kamu enggak kenapa-napa?" tanyanya memastikan. Aku berusaha tersenyum. Kemudian, dia bercerita tentang kehidupannya di kapal. Tentang pekerjaannya yang melelahkan, bertemu rekan kerja yang menjengkelkan, bahkan dia bilang sempat di goda oleh gadis-gadis dari Amerika Latin.

"Tapi beneran Sayang, aku menolak mereka mentah-mentah. Aku kan sudah berjanji untuk tetap setia hanya untukmu." Kalimatnya sangat tulus, namun, bagiku seolah itu adalah tamparan keras. bagaimana aku disini diam-diam mengkhianatinya, mengingkari ikrar suci pernikahan ini.

Tiba-tiba, dia meletakkan ponsel. dan melucuti celananya. Dari matanya terlihat dia sedang menahan hasrat.

"Sayang, Mas lagi pengen nih. Buka bajumu dong." Pintanya tidak sabar. Aku terpaksa membuka bajuku menuruti keinginannya. Aku yang biasanya melakukan hubungan sex secara langsung pun merasa gak nyaman jika harus melakukannya dengan video call.

Jujur selama aku berbulan madu dengannya di awal pernikahan. Bisa di bilang, tenaga Mas Angga cukup tinggi. Dia mampu mengimbangiku yang tergolong hyper. Tapi, entah kenapa, aku tidak menemukan sesuatu yang liar dari dirinya yang mampu memuaskanku secara utuh. Begitupun Jarwo, Mas Pras, apalagi si tua bangka jarwo. Semua berlalu begitu saja, tanpa ada kesan yang tertinggal. Kecuali genderuwo yang tinggal di rumahku tempo hari.

"Sayang.." rintih suamiku. Aku memejamkan mata, menahan nikmat. Bukan karena membayangkan dengan Mas Angga, tetapi dengan genderuwo. Iya, hanya genderuwo yang mampu memenuhinya. Iya, hanya genderuwo yang bisa. Terlebih kemaluanku yang basah akibat Anton tadi.

Anton!

Lelaki bengis yang tidak henti-hentinya mempermainkan Hidupku. Manusia setengah genderuwo yang Kejam. Tapi, entah kenapa justru aura gentlemen terpancar begitu kuat dari dirinya. Tubuhnya sempurna, Idaman semua wanita yang berimaginasi tinggi. Apalagi tenaganya, jangan ditanya.

PASTI BESAR SEKALI

Perpaduan antara tenaga sekuat mahluk halus yang terbungkus dalam Tubuh yang terpahat sempurna. Membuatku penasaran. Sangat, sangat penasaran. Aku melenguh pelan saat bersetubuh dengannya.

Tiba-tiba, Gebrakan pintu mengagetkanku. Sontak aku mematikan video call secara sepihak. Padahal Mas Angga lagi puncal-puncaknya tadi. Aku yang setelah telanjang pun membenahi bajuku. Terlihat seorang Pria bengis itu berdiri di ambang pintu itu. Dia tersenyum misterius.

Aku yang tertangkap basah, berusaha menutupi seluruh tubuhku. Pria itu menutup pintu dengan pandangan yang tidak lekat dariku. Jantungku berdegup kencang. Aura jahat seketika memenuhi ruangan. Dengan kepala yang condong ke depan, dan tubuhnya yang besar yang berjalan bagai raksasa, mendekatiku.

Tangannya yang kasar mencengkeram pipiku, memaksaku untuk melihat ke arahnya.

bersambung.

Note:

Dua bab lagi tamat ya gaes.

kasih semungut dong buat Authornya ❤️❤️❤️