"HELLOO"Teriak Seseorang dari lantai bawah,buru buru adisa bangun dan berjalan keluar hanya untuk memastikan siapa yang sudah pulang.
Baru saja ia akan menginjak kan kaki di tangga sebuah suara membuat ia mengurungkan langkah nya.
"Ya ampun sepatu ini sangat bagus dan mahal"Ucap Dina sambil mengangkat satu sepatu berwarna hitam.
"Iya ya sayang, yang ini harga nya berapa?"Tanya bu wely sambil mengangkat sepatu berwarna putih itu.
"Yang ini harga nya 75 juta bu, Kita aja ngabisin uang nya sampe 215 juta, apalagi ibu yang beli make up dan yang lainnya " ucap dina sambil mengangkat beberapa paper bag bermerk.
"Di tabungan kita ada berapa sayang?"Ucap Bu wely.
"Sekitar 15 milyar bu."Jawab dina.
"Nanti kalo Udah banyak kita pergi dari sini"Ucap bu wely sambil menyeringai.
Deg.
"ja-jadi Selama in-ini bu wely Ha-hanya Ma-mau uang ayah?"Ucap disa sambil menatap mereka tidak percaya.
Saat adisa akan kembali ke kamar, tangan nya tak sengaja mengenai vas bunga dan
.....
Prangg..
"Siapa disana?"Teriak bu wely
Adisa tau jika diri nya telah tercyduk nguping, namun saat ia akan kabur...
"Ohhh udah berani nguping,? IYA?"bentak Bu wely.
Plak.
"Kalo kamu berani bilang sama orang, aku pastiin besok tidur di kolong jembatan"Ancam dina.
"Udah lah sayang biarin aja hari ini, Mending kita liat liat barang baru kita."ucap bu wely sambil membawa paper bag bermerk nya.
"bunda, Ayah salah pilih orang"Ucap disa sambil menatap foto keluarga mereka.
Skip malam.
Setelah lelah menangis akhirnya adisa tertidur Dengan lelap nya.
Drtt..drtt..drtt..
Ponsel adisa bergetar pertanda ada yang menelpon.
Disa:Ha-halo bu
Penelpon: Kenapa hari ini tidak bekerja disa?
Disa:Ma-maaf bu, Hari ini sa-saya sakit.
Penelpon: Yasudah saya paham, jangan lupa untuk minum obat, Cepet sembuh disa.
Disa: Iya bu.
Tut.
Panggilan telpon telah berakhir. dia adalah manager adisa di cafe purnama.
Ya adisa bekerja agar ia bisa menyimpan uang yang cukup untuk pergi dari rumah itu,
Namun tadi siang, kenyataan pahit kembali menghantam.
Adisa terlonjak saat ia melihat jam sudah menunjukan pukul 7 malam,adisa belum memasak.
Setelah cuci muka ia berjalan terburu buru ke dapur namun saat ia berada di pintu masuk ruang makan,mereka telah menikmati makan malam nya dengan khidmat.
"Tu dia yah, Orang malas"Ucap bagas.
"Dari mana saja kamu, bukan nya siapkan makan malam malah keluyuran"Ucapa ayah nya,sedangkan adisa hanya menunduk.
"Abis pergi ke tempat yang nggak nggak kali yah"ucap dina membuat suasana di ruang makan semakin panas.
"Nahh bener tu yah, liat di leher nya ada apa. "Ucap bagas sambil menunjuk noda merah di leher adisa.
Heyy adisa tidak semurahan itu, Sejak tadi siang,ia hanya berada di kamar nya dan TIDUR.
Noda merah itu gigitan nyamuk yang adisa Garuk, jadi menciptakan noda merah.
Ctar..
Sabuk yang berada di pinggang ayah nya sudah melayang ke pinggang disa
"Shhh"ringis disa
"Udah berani ngelakuin yang enggak enggak ya kamu, malu maluin keluarga aja"Marah ayah.
plak
"Shhh"Ringis disa kembali saat pipi nya ditampar oleh tangan ibu nya.
"ka-kalian Ke-kenapa Se-selalu kayak gini?"Tanya disa.
"Harus nya kamu itu sadar, disini cuma NUMPANG"Ucap bagas berakhir dengan bentakan.
"Kenapa ada noda merah?"Tanya ayah nya sinis
"Ini gigitan nyamuk,"Ucap disa.
"HALAH ALESAN, MALAM INI KAMU GAK DAPET JATAH MAKAN"Bentak ayah nya.
Alhasil malam itu adisa tetap berusaha untuk tertidur meski perut nya berontak minta di isi.
Pagi ini seperti biasa, adisa dan pembantu sedang berkutat dengan peralatan masak nya.
Semua sudah siap dengan seragam masing masing, mulai dari pakaian formal, pakaian sekolah dan pakaian rombeng khas ibu ibu arisan..
mereka tengah asik dengan ponsel masing masing,
Adisa dan pembantu itu kini tengah menata makanan untuk sarapan mereka,
"Selamat makan"ucap adisa saat selesai menata makanan nya, TIDAK ada yang menjawab satu pun,
krieeett..
"Ehh mau apa kamu" Ucap dina.
"Mau makan kak"Ucap disa saat ia selesai menarik kursi makan yang masih kosong.
"Gak,gak,kamu gak level makan di meja makan, sana di belakang aja"Usir bagas.
"Plis, izinin aku buat makan bareng kalian"Ucap disa dengan nada memohon.
"Gak, kamu udik, bau, nanti selera makan saya, suami dan anak anak saya hilang"Bantah bu wely sambil mengibas kan tangan nya.
"Udah pergi sana"Ucap papa nya.
Adisa hanya menunduk dan berjalan menuju kamarnya, menahan isak tangis yang sebentar lagi akan keluar,
Pembantu yang menyaksikan nya sedari tadi hanya menatap iba punggung adisa yang menghilang di belokan tangga.
"Hiks,,Bu-bunda, mer-mereka jahat hiks.. Hiks Mer-mereka buat disa mend-menderita, hikss.."Tangis adisa semakin pecah saat ia mengingat sarapan terakhir bersama bunda nya.
Adisa menangis Di bawah bantal demi meredam suara isak nya, sampai ia tertidur dengan muka pucat nya,
*Di lapangan yang luas dengan hamparan rumput hijau, bersama kabut dan bunga bunga bermekaran menambah kesan sejuk, tidak ada siapa pun di sana , Hanya ada adisa dengan gaun putih nya.
"PERMISI, ADA ORANG?"teriak adisa di tengah keheningan, tidak ada yang menjawab nya, membuat ia berjalan tak terarah..
Saat ia sampai di dekat kolam ikan dengan air mancur, Masih sama TIDAK ADA siapa pun disini,
TAPI TUNGGU..
Ada yang tengah memainkan air kolam itu, Dia perempuan, sama seperti adisa yang hanya menggunakan gaun putih.
Adisa tidak mengenal nya, di karenakan orang itu membelakanginya. Entah kenapa kaki adisa berjalan menghampirinya.
"pe-permisi.."ucap adisa.
Perempuan itu membalikkan badannya....
"Bu-bundaa"Lirih disa
"Bun-bunda,, disa kangen, ini bunda kan? "Tanya disa sambil memeluk perempuan yang di sebut bunda itu.
"Iya ini bunda, kamu apa kabar sayang"Ucap bunda sambil membelai rambut disa, kini mereka duduk di tepi kolam itu dengan setengah kaki mereka masuk kedalam air.
"Ka-kabar disa buruk,disa mau sama bun-bunda aja"Ucap disa dan kembali memeluk bunda nya.
"Kamu gak boleh berbicara seperti itu, masa depan kamu masih panjang, Bunda selalu lindungin kamu dari sini,"Ucap bunda
"Tapi mereka berubah, me-mereka jahat sama disa"Lirih disa.
"Mereka hanya salah arah saja, jangan sampe kamu benci sama mereka, apalagi sama ayah, Dia pelindung mu kelak"Ucap bunda nya.
"disa gak akan pernah benci sama mereka, tapi ayah bukan pelindung lagi bagi disa, Liat ayah udah bikin luka cambuk di tubuh disa" ucap disa sambil memperlihatkan Luka luka nya.