Tapi bagaimana pun juga, pembelajaran di sekolah sangat padat selama dua hari ini. Yun Hua telah mencoba untuk menghindar dari gangguan luar, tetapi percakapan para siswa lain masih saja terdengar di telinganya.
"Tidak mungkin. Pasti Han Lulu dan He Yuxiang benar-benar berkencan. Lihat saja Han Lulu tidak datang ke sekolah hari ini."
"Kenapa kalian bicara sembarangan? Kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Hati-hati kalau ketahuan!"
"Cih, rumor ini sudah tersebar. Malam itu, banyak orang yang melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri! Jika kalian tidak percaya, tanya saja pada Ling Xiaoxiao. Dia itu sangat dekat dengan Han Lulu, dia juga dari tim inspeksi kedisiplinan sekolah. Malam itu, banyak orang untuk melihatnya. Di belakang batu prasasti Taolin, Han Lulu dan He Yuxiang…"
-
Yun Hua mengangkat alisnya. Sepertinya ia tidak perlu melakukan apapun. Hal semacam ini tidak bisa ditutupi sepenuhnya. Dan ini adalah hal yang wajar, selain Han Jundong yang ada di sana, saat itu juga ada banyak siswa lain yang melihat kejadian malam itu. Tidak mudah untuk menutup mulut banyak orang.
Saat itu suasana di dalam kelas begitu ramai. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk, dan seketika suasana kelas menjadi sunyi. Kemudian Yun Hua mendongakkan kapalanya. Dan ternyata orang yang masuk ke dalam kelas itu adalah Han Lulu. Tatapan mata seluruh siswa yang ada di kelas tertuju pada Han lulu.
Semua siswa hanya diam dan tidak ada yang mengatakan apa-apa. Tapi tatapan mata mereka begitu tajam saat melihat Han Lulu.
Saat itu juga wajah Han Lulu berubah menjadi memucat. Semula Ayah Han Lulu adalah Waka Sesiswaan di sekolah ini. Dan Bibinya adalah wali kelas. Biasanya Han Lulu sangat sombong, tapi sekarang ia malah merasa bersalah. Ia berbalik dan keluar dari kelas.
Yun Hua tidak peduli dengan kehadiran Han Lulu di kelas. Di kehidupan sebelumnya, Han Lulu tidak menunjukkan simpati sedikitpun kepadanya, ketika ia digosipkan oleh Han lulu.
Pada saat jas istirahat sekolah di siang hari, Xiao Ruyue tiba-tiba datang dan berkata, "Hua Hua, Paman Yun baru saja meneleponku dan mengajak kita makan sushi siang ini!"
Yun Hua menatap Xiao Ruyue dengan diam. Paman Yun yang dimaksud Xiao Ruyue adalah Ayahnya Yun Hua yang bernama Yun Congjun.
Ini benar-benar hal yang konyol. Setiap kali Yun Congjun datang ke sekolah, pasti bukan hanya datang untuk bertemu Yun Hua saja. Namun setiap kali datang, ia selalu menghubungi Xiao Qiuci dan Xiao Ruyue.
"Baiklah, apakah Bibi Xiao juga ikut?"
"Iya." Xiao Ruyue senyum dengan senang, "Ayo kita pergi bersama. Hua Hua, kita sudah lama tidak makan bersama."
Kemudian Yun Hua pun menganggukkan kepalanya.
Setelah pulang sekolah, Yun Congjun langsung memberhentikan mobil di depan gedung sekolah.
Saat itu Xiao Qiuci sudah berada di kursi samping kemudi, ia melambai ke Yun Hua dan Xiao Ruyue dengan senyuman manis, "Cepat naik. Hua Hua, bukankah kamu ingin makan sushi? Ayahmu secara khusus akan mengajakmu pergi ke restoran sushi!"
Yun Hua langsung tersenyum dan berkata, "Bibi Xiao salah ingat. Aku suka mie. Yueyue yang suka makan sushi."
Di kehidupan sebelumnya, Yun Hua akan bahagia selama Ayah Yun Congjun bersedia memberinya senyuman. Namun Ayahnya sama sekali tidak ingat apa yang Yun Hua suka, meskipun demikian Yun Hua tidak peduli dan tidak merasa sedih sama sekali. Saat itu, ia sangat mendambakan kasih sayang dari Yun Congjun. Tapi sekarang, Yun Hua bukanlah Yun Hua dari kehidupan sebelumnya.
Benar saja, setelah Yun Hua selesai bicara senyuman Xiao Qiuci tiba-tiba berubah menjadi sedikit kaku, dan alis Yun Congjun pun berkerut.
Kemudian Xiao Ruyue dengan cepat berkata, "Hua Hua, restoran Jepang sangat mewah sekarang. Kalau ada yang belum pernah ke restoran Jepang, dia akan ditertawakan oleh teman-teman sekelasnya. Paman Yun juga ingin kamu tahu tentang banyak hal!"
Yun Congjun mengangguk sambil tersenyum, "Yueyue memang pengertian."
Kemudian Xiao Ruyue tersenyum dengan malu-malu. Tidak lama kemudian Yun Hua juga ikut tersenyum.
Ketika menghadapi Ayahnya yang bersikap seperti ini, dalam hati Yun Hua sudah tidak memiliki rasa sayang lagi pada Ayahnya.