"Chris! Ayo cepat! Sebentar lagi sekolah ditutup!" teriak seorang anak gendut bernama Huang Luo pada pemuda berparas Eropa yang berlari di belakangnya. "Berisik, Ah Luo! Kita semua terlambat gara-gara menunggumu selesai makan, tahu!" bentak pemuda jangkung dan atletis bernama Guan Fei. "Ah Guan, jangan marah-marah terus, kau kan sudah tahu bagaimana tabiat Ah Lou kalau ada makanan," si pemuda berparas Eropa berkata pada Guan Fei dengan kaku.
"Cih! Ini gara-gara kau selalu membela dia, Chris, jadi kita selalu terlambat kalau harus menunggunya selesai makan!" Guan Fei berteriak menyalahkan Chris. Chris hanya tertawa kaku, lalu mempercepat langkahnya. "Baiklah, kalau begitu ayo balapan ke sekolah! Aku duluan, Ah Luo, Ah Guan," ucap Chris dengan cengiran terukir di wajahnya. "Ah! Sialan, tunggu aku Chris!" Guan Fei berlari lebih cepat untuk mengejar Chris, sementara Huang Luo tertinggal di belakang karena terhalangi oleh tubuh tambunnya.
"Hampir sampai! Semoga masih sempat!" Chris bergumam saat ia melihat seorang satpam tengah bergerak untuk menutup gerbang sekolah Sunshine International Academy of Beijing. Sang satpam sudah hampir setengah jalan untuk menutup gerbang seutuhnya, tapi, Chris dan Guan Fei di belakangnya dengan percaya diri tetap berlari hingga akhirnya mereka bisa memasuki gerbang tepat sebelum si satpam menutup gerbang itu.
"Yeah! Aku selamat!" Guan Fei berkata dengan nada lelah. "Bwahahahaha, Ah Guan, aku memenangkan balapan kali ini, jadi kau harus mentraktirku semangkok mie dan xiaolongbao (sejenis bakpau basah yang dikukus) di kantin," ucap Chris memanas-manasi Guan Fei. Yap, Guan Fei dan Chris beristirahat sejenak di depan si satpam yang menatap keduanya dengan tatapan lelah.
"Ah Fei, Ah Yefan (Chris dalam huruf Han bahasa Mandarin ditulis sebagai Ye Fan atau Yi Fan), apa kalian tidak bosan nyaris terlambat setiap hari begini?" tanya si satpam seraya menatap kedua pemuda itu dengan tatapan prihatin. Chris dan Guan Fei berpandangan sejenak, lalu keduanya tertawa dengan keras dan mengagetkan satpam itu.
"Maafkan kami kalau hampir setiap hari kami nyaris terlambat, Paman Chou, tapi, Paman tahu sendiri kan kalau kami nyaris terlambat karena kami harus menunggu Huang Luo selesai makan?" Chris berkata dengan setengah tertawa. "Tapi, Ah Yefan, Ah Fei, kalian tahu kan kalau kalian bisa mendapatkan masalah kalau kalian terlambat?" si satpam yang bernama asli Chou Zhang Min itu bertanya pada kedua pemuda itu.
"Jangan khawatir, Paman Chou, Guru Lingqi tidak mungkin akan menghukum aku dan Chris, soalnya kami kan murid-murid Guru Lingqi yang paling berprestasi," ucap Guan Fei sambil menepuk pundak Chris keras-keras. "Sakit, Ah Guan!" Chris berkata dengan nada marah, meski tidak digubris oleh Guan Fei. Chou Zhang Min hanya bisa menatap kedua pemuda itu dengan prihatin, lalu tertawa saat melihat pertengkaran kecil antara Chris dengan Guan Fei.
"Sudah-sudah, Ah Fei, Ah Yefan, kalian cepatlah masuk ke kelas, bisa gawat kalau sampai kalian ditemukan oleh Guru Wang disini," ujar Pak Chou pada kedua pemuda itu. "Sepertinya Paman Chou benar, Ah Guan, ayo kita ke kelas sebelum Guru Wang menemukan kita," ajak Chris pada Guan Fei. "Tapi, bagaimana dengan Ah Luo, Chris?" tanya Guan Fei dengan nada khawatir.
"Nanti kubelikan dia sebuah Pingguo Tanghulu (manisan apel) sebagai permintaan maaf, ayo cepat! Sebentar lagi Guru Wang akan datang!" Chris berkata dengan panik seraya mendorong Guan Fei pergi. "O...oke, sampai nanti Paman Chou!" teriak Guan Fei pada Pak Chou seraya berlari pergi bersama Chris. "Sampai nanti, Ah Fei, Ah Yefan!" Pak Chou balas berteriak sambil memperhatikan kedua pemuda itu menghilang di lobby.
Guan Fei dan Chris berlari menyusuri lorong kearah gedung sayap kiri yang merupakan gedung khusus untuk siswa-siswi dari Social Class. Gedung itu terdiri atas 5 lantai, dimana lantai pertama adalah kafetaria dan gymnasium khusus murid-murid Social Class. Lantai kedua adalah ruangan untuk murid-murid tahun pertama, dan seterusnya sampai lantai keempat. Sementara lantai paling atas adalah perpustakaan dan ruang praktikum yang biasa digunakan murid-murid Social Class untuk mengerjakan tugas atau sekedar bersantai menghabiskan waktu.
Berhubung Guan Fei dan Chris adalah murid tahun ketiga, maka ruang kelas mereka berada di lantai keempat. Lebih tepatnya ruangan di sebelah tangga pertama yang terletak paling dekat dengan pintu gedung sayap kiri. Hal itu sedikit menguntungkan keduanya karena mereka tidak perlu khawatir akan ketahuan oleh guru karena para guru selalu menggunakan tangga tengah yang letaknya jauh dari kelas mereka.
Seperti saat ini, Guan Fei dan Chris akhirnya bisa mencapai kelas mereka 20 menit sebelum homeroom teacher mereka datang. Keduanya tertawa saat memasuki kelas mereka lewat pintu belakang, lalu menghempaskan bokong mereka ke kursi yang terletak di deretan paling belakang. "Kacau sekali, bung! Kita berhasil sampai sebelum Guru Lingqi datang ke kelas kita," ujar Chris sebelum tertawa terbahak-bahak. "Benar sekali! Aku jadi kasihan pada Ah Luo, salah sendiri dia makan lama sekali," timpal Guan Fei.
"Yi Fan, Guan Fei, kalian berdua telat lagi?!" ucap seorang gadis seraya menghampiri keduanya dengan langkah dihentak-hentakkan. "Koreksi, kami berdua 'NYARIS' terlambat, Shangxiang. Kau jangan lupa, kalau kami begini setiap pagi karena harus menunggu Huang Luo selesai makan," ujar Chris santai sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya. "Chris benar, Min Shangxiang, toh kami tidak benar-benar terlambat kan?" Guan Fei menambahkan seraya ikut mengeluarkan ponselnya.
"Kalau kalian begini karena menunggu Huang Luo, kenapa Huang Luo tidak bersama kalian?!" sergah Shangxiang tanpa ada keinginan untuk mengalah. "Harusnya sih dia sudah bersama kami tadi, tapi, kami sepertinya berlari terlalu cepat," ujar Guan Fei setengah berpikir. "WOAH! Ah Guan! Sonico-chan sudah mengeluarkan episode barunya lho!" Chris tiba-tiba saja berteriak dan mengagetkan seisi kelas.
Bisik-bisik riuh pun dimulai kembali di kelas 3-A itu, karena kelakuan salah satu penghuni kelas yang terkenal sebagai The Weird Prince atau Qiguai de Wangzi, Gabriel Adimas Kristiawan. Seorang murid yang berasal dari sebuah negara di Asia Tenggara, dan merupakan seorang blasteran Asia dan Eropa. Sudah menjadi rahasia publik kalau pemuda yang akrab disapa Chris, Yi Fan, atau Gabe itu adalah seorang penggila anime, bahkan seluruh siswa yang dekat dengannya hanya dari golongan pecinta anime juga.
Hal itu sangat disayangkan oleh siswi-siswi tahun ketiga dari Social Class of Sunshine International Academy. Pasalnya, Chris memiliki tipe wajah orang-orang Eropa yang sangat jarang ditemui di sekolah-sekolah di Tiongkok. Apalagi dengan rambut hitam lurus dan kulit putih pucatnya, membuat pemuda itu menjadi primadona bagi murid-murid di sekolahnya.
Sayang seribu sayang, pemuda itu memiliki sebuah kegilaan yang cenderung tidak disukai oleh banyak perempuan. Yap, karena pemuda itu sangat tergila-gila dengan hal bernama Anime. Kecintaannya pada Anime berawal dari kedekatannya dengan kapten klub basket saat Chris masih menjadi siswa tahun pertama.
Saat itu, Chris adalah seorang calon Ace baru di tim basket laki-laki Sunshine International Academy. Hal itu otomatis membuatnya dekat dengan Luo Tienchen sang ketua tim basket laki-laki. Kedekatan mereka berimbas pada diperkenalkannya Chris pada anime oleh Tienchen. Sejak saat itu, Chris menjadi rajin untuk menonton anime kapanpun dia memiliki kesempatan. Segala jenis anime dari berbagai genre telah dia tonton, membuat pemuda itu dijuluki maniak anime sejati di kalangan pecinta anime lainnya.
Hal itu tentu saja masih berlanjut sampai sekarang, dan semakin bertambah parah saat Chris berteman dengan Guan Fei dan Huang Luo. Kedua pemuda itu adalah maniak anime yang lebih parah daripada Chris. Saking parahnya, keduanya kerap kali melakukan cosplay sebagai tokoh anime yang mereka sukai saat event perayaan ulang tahun sekolah mereka.
Guan Fei sangat menyukai anime dengan genre olahraga, dan dia selalu menontonnya dimana pun dia berada. Guan Fei sendiri sebenarnya adalah anggota utama dari klub sepakbola Sunshine International Academy yang sangat berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun olahraga. Jadi, statusnya sebagai maniak anime sangat disayangkan oleh kebanyakan siswi.
Lain halnya dengan Guan Fei, Huang Luo yang bertubuh gendut dan pendek itu hanya mendapatkan pandangan sebelah mata dari para siswi. Selain karena tampangnya yang berada dibawah standar para siswi Sunshine International Academy, dia tidak disukai karena hobinya menonton anime berunsur 18+ kapanpun dia bisa. Dia bahkan pernah dipergoki oleh wali kelas mereka saat menonton anime berbau porno di kelas. Otomatis hal itu membuatnya dijauhi oleh banyak siswa, dan hanya Chris dan Guan Fei sajalah yang mau berteman dengannya di kelas 3-A.
Kecintaan mereka pada anime dibuktikan dengan kebersamaan mereka saat berangkat sekolah, dan saat sebelum homeroom dimulai. Ketiganya selalu bertukar informasi mengenai anime terbaru, atau saling bertukar koleksi anime yang mereka miliki. Meski Huang Luo selalu datang paling akhir karena tubuhnya yang gempal membuatnya kesulitan untuk berlari, atau ditinggalkan oleh Chris dan Guan Fei saat mereka hampir terlambat.
Tapi, hal itu tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Mereka jarang sekali terlihat bertengkar dengan serius satu sama lain, dan selalu kompak dalam segala pelajaran. Huang Luo adalah pemuda yang sangat hebat dalam pelajaran sejarah dan bahasa, sementara Guan Fei sangat menyukai matematika dan ekonomi. Sedangkan untuk Chris, pemuda itu adalah seorang pemuda yang serba bisa. Kecerdasannya dalam tiap mata pelajaran tidak bisa diragukan lagi, bahkan dia selalu meraih juara satu di angkatan mereka.
Kalau saja ketiga pemuda itu bukanlah maniak Anime, mereka sudah pasti akan meraih popularitas yang tinggi di Sunshine International Academy. Tapi, mereka tak pernah menggubris apa kata orang-orang tentang diri mereka, dan tetap menjadi seorang maniak anime. Seperti saat ini, Guan Fei dan Chris masih saja memainkan ponsel mereka, padahal wali kelas mereka sudah memasuki kelas bersama dengan Huang Luo.
"Guan Fei, Gabriel Adimas Kristiawan, cepat masukkan ponsel kalian berdua ke dalam tas sebelum Ibu mengambilnya dari tangan kalian," ujar Guru Lingqi dengan nada tegas pada kedua pemuda itu. "Tidak bisa, Guru Lingqi, kalau Guru ingin kami meletakkan ponsel kami, Guru harus membatalkan hukuman Guru untuk Ah Luo," ucap Chris diikuti tawa cekikikan dari Guan Fei.
"Tidak bisa, Ye Fan, Huang Luo akan tetap mendapatkan hukuman atas keterlambatannya ke sekolah. Tapi, dia akan bebas kalau kamu dan Guan Fei menggantikan hukumannya," ucap Guru Lingqi pada kedua pemuda yang duduk di belakang itu.
"Bagaimana kalau kita memainkan sebuah permainan saja, Guru Lingqi? Taruhannya adalah, jika Guru menang, kami akan menggantikan Ah Luo untuk dihukum oleh Guru, tapi, jika Guru kalah, maka Guru harus membebaskan Ah Luo dari hukumannya," Guan Fei memberikan tawaran pada wali kelas mereka yang seksi itu.
Melihat reaksi murid-muridnya itu tentu saja membuat guru bernama lengkap Han Lingqi itu berkeringat dingin. Dirinya tak mau dipermainkan oleh kedua muridnya itu lagi untuk kesekian kalinya. Dia teringat saat pertama kali menjadi wali kelas mereka di tahun pertama. Saat itu, dirinya menangkap basah ketiga muridnya itu datang terlambat ke sekolah, padahal hari itu akan diadakan ujian.
Saat Guru Lingqi akan memberikan hukuman pada mereka, Chris langsung menawarkan sebuah jalan damai melalui permainan dengan taruhan hukuman mereka akan ditambah menjadi dua kali lipat jika mereka kalah. Melihat kesempatan menggiurkan untuk membuat murid-muridnya menjadi jera, Guru Lingqi pun langsung saja mengiyakan tawaran itu, dan akhirnya dipilihlah permainan catur sebagai cara menjalankan taruhan itu.
Tapi, guru yang waktu itu berusia 30 tahun itu tak menyangka kalau dirinya akan dikalahkan oleh ketiga muridnya. Tidak tanggung-tanggung, enam kekalahan beruntun harus diterima oleh Han Lingqi di depan murid-murid di kelasnya. Awalnya, hal itu hanya membuatnya menjadi emosi, tapi, setelah berulang kali bertaruh melawan muridnya, akhirnya ia sadar bahwa ia telah dikalahkan oleh kejeniusan ketiga muridnya itu.
"Bagaimana, Guru? Apa Guru menyetujuinya? Kalau iya, kenapa Guru diam saja?" ucap Chris mengagetkan Guru Lingqi dari lamunannya. Wanita itu lalu menatap tajam kearah Chris, Guan Fei, dan Huang Luo secara bergantian, meski akhirnya ia hanya bisa menghela nafas pasrah dan membiarkan Huang Luo duduk tanpa menghukumnya. Ketiga pemuda itu tertawa dalam hati atas keberhasilan mereka mengerjai wali kelas mereka, dan pelajaran hari itupun dimulai dengan suasana tegang dari mood wali kelas mereka yang memburuk berkat kelakuan trio pecinta anime.
Bersambung