"Pergilah dari rumahku, Mr. Leo. Aku tak menerima tamu minggu ini," ucapnya menatap pria yang ada di depannya itu dengan penuh keseriusan. Sandra memendam kemarahan itu sendiri. Sesekali gadis itu menghela napasnya untuk sikap tak sopan milik Mr. Leo. Aneh rasanya, tetapi acap kali bertemu dengan pria ini, Sandra selalu saja merasakan hal aneh yang membuatnya waspada. Tingkat kecermatan yang ada di dalam diri gadis itu pada keadaan sekitar meningkat begitu saja. Mr. Leo kiranya punya hal yang tidak punyai oleh laki-laki lain di luar sana. Hanya sebab dekat pria ini, Sandra terus saja merasakan hatinya yang mulai aneh dan asing.
"Kau mengusir' diriku, Sandra?" tanyanya memincingkan mata. Ia menarik tubuh tak lagi bersandar pada sofa tua yang menyangga tubuh jangkungnya itu. Tak terlalu nyaman memang, tak seperti sofa mewah nan mahal yang ada di dalam rumahnya. Namun, ada satu hal yang membuat Mr. Leo betah berada di tempat ini, alasannya adalah Sandra Iloana. Pria ini tertarik dengan lukis wajah cantik yang dimiliki oleh Sandra. Tak banyak orang Indonesia yang punya wajah cantik dengan proporsi yang hampir seratus persen sempurna. Dengan keyakinan penuh, Sandra pasti juga berpikir demikian saat melihat wajah tampan miliknya. Memang, banyak remaja laki-laki yang tampan dan keren. Namun, tak bisa mengalahkan pesona dan keagungan milik Mr. Leo Wang Oleander.
"Hm, benar. Aku hanya mengusirmu padahal aku ingin menendang tubuhmu keluar dari sini," ucapnya dengan lirih. Meksipun begitu, Mr. Leo tahu kalau Sandra mulai marah. Pandangan mata itu berkata demikian. Sandra tak suka dengan kehadirannya siang ini.
"Aku melakukan kesalahan padamu sebelumnya?" tanya pria itu pada Sandra. "Ah, benar!" Mr. Leo menjentikkan jari jemarinya. Ia tersenyum aneh lalu membungkukkan badannya dengan kedua siku tangan yang ia letakkan di atas pahanya. Guna untuk menopang tubuh kekarnya.
"Karena aku menurunkan dirimu di tengah jalan malam itu?" tanyanya sembari terkekeh-kekeh. Jika kalimat itu datang hanya untuk memancing emosi Sandra, maka Mr. Leo hampir saja berhasil! Namun, sayangnya Sandra bisa kembali mengontrol emosinya dengan helaan napas pendek nan kasar. Ia berharap semua kegilaan ini lekas usai. Pria yang ada di depannya ini segera pergi dan meninggalkan rumahnya.
"Karena kau datang dan mengajakku untuk tidur bersama. Aku marah karena itu," tukas Sandra menyahut. Ia tersenyum tipis nan kecut pada pria yang ada di depannya. "Pergilah, Mr. Leo. Aku meminta dengan penuh kehormatan."
Anggukan kepala datang dari pria tampan itu. Mr. Leo mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh gadis satu ini. Kiranya, Sandra benar-benar tak suka dengan kehadirannya sekarang. Wajah itu berkata demikian, pandangan mata menyempurnakannya. Namun, bukan Leo Wang namanya kalau ia menuruti gadis cantik yang sedang merajuk. Pesona Sandra terpancarkan lewat aksi merajuknya. Alih-alih menyeramkan, bagi Mr. Leo, Sandra benar-benar menggemaskan.
"Kau mengusirku sebab aku ingin berhubungan baik denganmu?"
Sandra menghela napasnya lagi. "Hm. Aku hanya mengusirmu padahal aku ingin meludah di atas wajahmu," tuturnya mulai tak sopan. Sandra sudah kehilangan kesabarannya. Ia tak bisa berbicara baik pada pria yang kini kembali menyandarkan tubuhnya ke belakang. Bukannya berdiri, ia malah bersantai bak seorang bos yang sedang berkunjung ke rumah babunya!
"Kita tak saling akrab satu sama lain, Mr. Leo. Tak ada alasan untuk kau datang kemari dan untuk berbicara banyak denganku. Kita hanya pernah bertemu sekali. Itu pun pertemuan yang singkat. Jadi, aku memohon padamu—"
"Aku punya alasan untuk datang ke sini dan mengajakmu tidur bersama di rumahku." Pria itu menyela. Tak masuk akal! Sandra benar-benar tak mengenal pria ini secara pribadi. Hanya mendengarkan fakta-fakta konyol yang dibicarakan oleh teman-temannya pasal Mr. Leo. Katanya, pria ini benar-benar hebat dan tampan. Baiklah, untuk tampan, mereka tak bohong dan tak keliru. Namun, untuk hebat, kiranya itu perlu dikoreksi lagi. Sandra melihat hal sebaliknya.
"Pertama karena aku kaya," tuturnya memulai. Ia membuat Sandra tersenyum seringai mendengarnya.
"Tak ada yang bisa menolak fakta itu, Sandra. Semua pasti mencari pria kaya yang tampan."
Sandra masih diam. Ia hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya untuk itu.
"Kedua ... karena kau cantik." Kalimat itu sekarang membuat Sandra menoleh tepat padanya. Ia tak menyangka kalau Mr. Leo akan segamblang ini dalam berbicara.
Ah, Sandra hampir saja lupa. Inilah 'orang malam' kalau berkenalan dengan gadis cantik.
"Ketiga ... karena kita sama," pungkasnya menutup kalimat. Sandra menoleh padanya. Ia membuat tatapan aneh untuk pria yang kini mengerjapkan matanya. Mr. Leo mulai mengembangkan senyum manis di atas paras tampannya itu. Ia sejenak diam lalu mengembuskan napasnya panjang nan ringan. Kembali menarik wajah dan tubuhnya untuk mendekat pada gadis yang memaku di tempatnya itu.
"Sejak kecil, ketika teman-temanku berkata bahwa aku bukan anak dari ibuku, sebab kau tahu ... Nyonya Aida Shalitta punya wajah orang Indonesia. Sedangkan aku? Kau bisa melihatnya sendiri." Pria itu menarik napasnya dalam-dalam. Ia tersenyum kecut lalu kembali melanjutkan kalimatnya. "Namun, aku selalu berkata bahwa aku anak kandung dari ibuku. Aku juga punya ayah kandung orang Indonesia. Tuhan yang kata orang-orang adalah point terbaik di dunia ini lah yang memberikan aku anugerah wajah yang tampan. Aku selalu mengelak dan mengatakan bahwa aku orang Indonesia dan aku orang yang normal. " Pria itu mulai menjelaskan.
"Aku tak punya waktu untuk mendengarkan curhatan hati pria asing seperti dirimu, Mr. Leo. Jika ingin meratapi semuanya pergilah pada kepada orang lain yang mengenalmu."
"Aku yakin kita sama, Sandra. Kau bukan orang Indonesia 'kan? Wajahmu itu punya rahasia di dalamnya."
Sandra diam sejenak. Gadis itu menghela napasnya kasar lalu menoleh ke arah pria yang masih kokoh memandangi wajah cantiknya. Mr. Leo belum mau beranjak dari tempatnya kalau Sandra belum membalas kalimatnya.
"Kau ingin tidur denganku untuk memastikan itu?" tanyanya menebak asal. Pria itu tertawa lepas. Bingo! Gadis ini pandai rupanya.
"Aku tak paham dengan apa yang kau maksudkan, Mr. Leo. Aku juga tak mengenal siapa Anda ini. Kita hanya orang asing yang baru saja tahu nama satu sama lain. Anehnya, kau sudah bersikap kurang ajar padaku. Sebelum aku berteriak dan memanggil polisi untuk datang, pergilah dari rumahku, aku mohon. Aku tak tertarik dengan tawaranmu."
"Bahkan jika aku membayar dengan harga yang mahal?" tanya pria itu dengan penuh penekanan.
"Aku menjual tenagaku untuk bekerja di bar, Mr. Leo. Bukan menjual tubuhku untuk pria berhidung belang seperti dirimu," bisiknya dengan tatapan mata yang tak lagi bersahabat.
Leo kini mengangguk ringan. Sigap jari jemarinya merogoh masuk ke dalam saku jas yang ia kenakan. Mengeluarkan satu kartu kecil dengan identitas dirinya ada di dalam sana. "Ada nomorku di sana, hubungi aku jika kau berubah pikiran. Banyak yang ingin tidur denganku, Nona Sandra. Kau adalah gadis beruntung yang mendapat tawaran dengan tiket istimewa."
"Tiket istimewa apanya, dasar bajingan gila." Berbicara dengan nada lantang? Tidak! Sandra mengatakan umpatan itu di dalam hatinya. Ia tak mau banyak berbicara apapun lagi. Cukup menunjuk ke arah pintu untuk memberi isyarat pada pria itu segera pergi dari hadapannya.
... To be Continued ...