Di tengah hamparan salju seorang gadis bermantel biru berdiri termenung, hembusan angin mengayun-ayunkan beberapa helai rambut kuning panjangnya yang tergerai indah. Sepasang mata biru miliknya memandang nanar ke arah butir-butir salju yang turun lambat ke daratan.
[Niin, jangan melakukan sesuatu yang tidak perlu. Jangan terluka karena aku dan jangan menangis karena aku.]
Kalimat yang pernah diucapkan seorang pria kepadanya lima bulan silam terngiang-ngiang dalam pikirannya. Ia mengingat berulang-ulang setiap kata yang dulu diucapkan pria itu, mencoba memahami dan mencari makna sebenarnya.
Bahkan ia mengingat dan berusaha mengartikan setiap ekspresi yang ditunjukkan pria itu. Ada satu ekspresi janggal yang sangat ia ingat yaitu saat pria tersebut tersenyum tapi matanya terlihat ingin menangis.