Tatapan Isura benar-benar seperti pisau yang melesat menembus jantung targetnya. Seorang anak terlihat menelan paksa ludahnya melihat si A yang sudah tidak sadarkan diri dengan kondisi mengenaskan. Seluruh wajahnya dipenuhi lebam, hidungnya mengeluarkan banyak darah dan kemungkinan besar tulang rahangnya patah. Entah masih hidup atau tidak.
Dengan ketakutan luar biasa ia berlutut dengan dua tangan bertumpu di tanah. "Maafkan kami Isura," ucapnya dengan kepala tertunduk.
Selang dua detik, ketiga anak lain pun melakukan hal yang sama.
"Maafkan kami Isura."
"Iya, maafkan kami. Tolong jangan bunuh kami," kata mereka sudah menangis, tapi ekspresi Isura tidak berubah. Ketajaman dari sorot matanya pun masih sama.
Ia berjalan ke salah satu anak, menarik kerah bajunya dan membuatnya berdiri dengan paksa.
"I-Isura ... ja-jangan ...," ucap anak tersebut sangat ketakutan namun Isura sama sekali tidak berniat mengampuninya.