Dengan tubuh yang sudah tidak berdaya, Reen menangis, memikirkan hal-hal tentang adik yang ia tinggalkan lima belas tahun lalu. 'Sekali saja aku ingin bertemu denganmu dan meminta maaf padamu karena aku sudah meninggalkanmu dan membiarkanmu hidup sendirian, Adik.'
Dari pandangan yang mengabur atau sedetik sebelum matanya tertutup, ia melihat punggung seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Na-Naara?"
Gumpalan awan hitam berdatangan dan berkumpul di atas kepala, gemuruh guntur tertabur mengiringi pertunjukan badai yang akan datang.
Kabut menutupi malam seperti tirai, angin telah meniup serulingnya, kilat menyambar dan petir-petir menunjukkan dirinya, menggelegar hebat seolah langit akan terbelah karena ulahnya
