Chereads / MY PERFECT LOVE / Chapter 2 - Perjodohan

Chapter 2 - Perjodohan

Bismillahirrahanirrahim.

" La'aiba, habis cuci piring nanti boleh mampir ke kamar papa sebentar?" terdengar seperti kalimat pertanyaan. Namun sebenarnya itu sebuah kalimat perintah yang dibumbui kata-kata permintaan untuk menutupi rasa bersalah seorang pria baruh baya yang bernama Muhammad Darwis.

" iya pa, Aiba selesaiin cucian nya dulu ya..."

Gadis berusia dua puluh tahun itu segera mempercepat gerakannya dalam mencuci piring. Ia pikir sepertinya papanya memiliki suatu hal yang sangat penting untuk dikatakan kepadanya. Karena biasanya papanya tidak pernah memintanya untuk bicara berdua saja di dalam kamar.

Tok..tok..tok..

La'aiba mengetuk pintu kamar papanya yang tertutup rapat.

" Assalamualaikum.., pa?"

" ya.., masuk ajha La'aiba"

Gadis manis berkerudung abu-abu itu masuk dan melihat papanya sudah duduk di sofa kamar sambil menatap layar laptop yang ada tepat didepannya. " ada apa pa?"

pria paruh baya bernama Darwis itu melepas pandangannya dari laptop dan segera berpindah memandang wajah manis putri ke dua nya itu dengan tatapan mata penuh kasih sayang. " eum.., sepertinya papa masuk angin. La'aiba bisa tolong kerokin papa?"

" iya pa. bisa InsyaAllah."

Pergi mengambil beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk kerokan papanya. La'aiba kembali dan bersiap untuk ngerokin punggung papanya. Dimulai dari mengoleskan punggung papanya dengan minyak zaitun yang telah dicampur minyak kayu putih. Menyiapkan koin logam dengan sudut yang tidak tajam. Memulai kerokan dari samping tulang atas. Tepatnya di sendi-sendi tulang atas hanya satu sampai tiga kali kerokan dan warna merah sudah muncul terlihat jelas.

" merah banget pa.."

" beneran? Sepertinya Papa emang dah tambah tua. Sakit-sakitan terus akhir-akhir ini."

" enggak.., kata siapa? Papa cuman kurang olahraga ajha." La'aiba mengelak perkataan papanya itu. Ia tidak ingin lagi kehilangan orang yang dicintainya untuk kedua kalinya.

" hahaha, Eum.. La'aiba mau bantu papa gak?"

" bantu apa pa?" La'aiba menurunkan tangannya untuk mengerokan bagian bawah.

" La'aiba tau kan. Ridhonya papa ada sama siapa?"

" iya, sama nenek."

" nah, kalau ridhonya La'aiba ada sama siapa?"

" sama papa."

" iya, papa sekarang sudah bangga banget sama La'aiba. La'aiba itu kebanggan papa. Tapi bukan berarti papa gak sayang mbak mu., tapi papa bangga sama La'aiba itu dalam hal yang beda dengan mbak mu. La'aiba itu mirip sekali dengan mama. La'aiba selalu menuruti apa perkataan papa. Walaupun La'aiba sendiri juga gak suka dengan perintah papa atau mama. Tapi La'aiba tetap ngejalanin itu semua dengan senang hati, tulus, dan ikhlas. Iya kant..?"

La'aiba hanya bisa diam mengangguk sambil terus mendengarkan perkataan papanya itu.

" Apalagi setelah kepergian mama. Semua pekerjaan rumah La'aiba yang mengerjakan. Padahal harusnya papa sedikit bantu La'aiba. Tapi papa selalu sibuk sama kerjaan. La'aiba juga selama ini gak pernah minta apapun sama papa. Papa tau, La'aiba kalau mau sesuatu pasti dengan uang tabungan La'aiba sendiri kan.. makanya, sebenarnya papa berutang banyak sama La'aiba."

" enggak kok pa. " tangan gadis manis itu turun ke bagian paling bawah. Bagian paling akhir untuk di kerok.

" eum, papa mau minta pendapat La'aiba. Aiba tau kalau nenek baru ajha ketemu sama teman dekat nenek dulu? "

" iya pa."

" dulu mereka pernah punya janji. Janji untuk menjadi keluarga. Tapi karena banyak hal yang terjadi. Akhirnya janji itu gagal. Kebetulan juga saat itu, salah satu dari mereka gak ada yang punya anak perempuan."

La'aiba gadis pintar biarpun dia anak yang polos. Ia seperti sudah hampir mengerti inti percakapan itu. " ah.., terus terus pa? seru ya, punya sahabat dari kecil sampai nenek-nenek githu. Coba ajha Aiba punya. hehehe" canda La'aiba berusaha mencairkan ketegangan suasana.

" emang temen-temen La'aiba yang di pondok kemana? "

" eum, mereka kan jauh-jauh semua Pa.., yang satu kota pun rata-rata yang kurang deket sama La'aiba."

" apa La'aiba mau ketemu salah satu temen pondok? Diluar kota juga gakpapa. Biar papa antar."

" gak usah pa.., La'aiba sekarang kan udah ada Jessica. Hehe. Gak papa kan Pah?"

" iya gak papa. Papa lihat Jessica anak baik. insyaAllah,"

" makasih pa.., oiya pa. Cerita nenek tadi belum dilanjutin."

" ah iya. Jadi karena janji nenek sama sahabatnya waktu itu belum terpenuhi. Nenek minta Papa buat bantu memenuhi janji mereka. Tapi Papa belum tau gimana caranya." Darwis sedikit ragu-ragu sebenarnya mengatakan hal itu.

" eum.., kalau githu. Papa harus bantu nenek donk. Kan Ridho seorang laki-laki ada di ibunya sampai kapanpun." La'aiba menjawab sambil mempersiapkan hatinya.

" tapi pa.., cucu sahabat nenek itu laki-laki apa perempuan? "

" eum.., kebetulan cucunya laki-laki semua. Yang perempuan sudah menikah." Jawab Darwis dengan sangat ragu-ragu dan hati hati.

" ah.., terus papa dah bilang mbak Amel?"

" eum.., kamu tau sendiri mbak mu kayak gimana.. apalagi dia punya pacar."

" aah iya ya, eum.., kalau La'aiba sih terserah papa. Kalau papa setuju La'aiba juga setuju."

Mendengar itu, seketika saja Darwis langsung duduk menutup punggungnya isyarat menyelesaikan kerokan itu dan menghadap putri yang dicintainya itu. " La'aiba paham maksud papa..?" tanya Darwis hati-hati.

Gadis berkerudung abu-abu itu mengangguk tersenyum. " tapi pa, aku belum pinter masak dll."

Darwis langsung memeluk putri kesayangannya itu. Air matanya mengalir karena mendengar jawaban putrinya yang penuh yakin dan tulus itu. Bahkan gadis itu menjawab tanpa ragu sedikit pun. Di satu sisi ia sangat ingin memenuhi permintaan ibunya. Namun disisi lain ia tidak tega karena harus merelakan putri kesayangan dan juga anak bungsunya itu

" gak papa.., gak usah dipikirkan. " tangannya mengelus dan menepuk pelan punggung putrinya.

Sedangkan La'aiba tersenyum dari balik pelukan papanya. Baginya, jika ia disuruh mengatakan apa tiga hal yang paling disukainya maka dia hanya mempunyai dua hal yaitu Hal pertama yang disukainya adalah ketika dia bisa menangis dalam doa di waktu semua orang terlelap. Karena disaat itu ia merasa seperti seluruh dunia adalah miliknya. Ia merasa bahwa Rabbnya berada tepat di depannya dan sedang mendengarkan seluruh keluh kesahnya sambil tersenyum. Karena di saat itu juga ia merasa bahwa jika hidupnya berakhir saat itu, maka ia tidak akan menyesal. Dan hal kedua yang disukainya adalah ketika melihat orang-orang sekitarnya tersenyum bahagia. Entah siapapun mereka. Jika La'aiba melihat mereka sedang tertawa ataupun tersenyum. Maka ia juga ikut bahagia.

" Tapi pa.., apa cucu teman nenek mau sama La'aiba? Aiba denger cucu-cucu teman nenek bukan orang biasa..?!"

###

Dari zaman dahulu hingga Zaman sekarang, siapa yang tak mengenal ungkapan Boyband...? Kata boyband sendiri sudah mendunia di tahun 60-an. Popularitas para boyband terus meningkat sampai zaman sekarang. Tak sedikit dari setiap negara yang menciptakan boyband dengan ciri khas negara meraka sendiri. Begitu pula hal nya dengan Indonesia. Indonesia juga pernah memiliki sejarah boyband dan girl band. Walau tak bertahan lama, namun setidaknya mereka pernah mengukir sejarah boyband di indonesia.

Salah satu boyband yang dulu sangat terkenal di indonesia adalah sebuah boyband cilik yang memiliki nama grub The Lucky Boy's. mereka sangat terkenal di tahun 2009. Mungkin hampir seluruh populasi orang indonesia pasti mengenal mereka. Apalagi yang menjadi daya tarik mereka adalah anggotanya yang terdiri dari empat bersaudara yang memiliki jarak umur tak jauh dari satu sama lain. Ditambah mereka yang juga adalah anak dari salah satu pemilik manajemen entertaiment terbesar di indonesia. Lagu-lagu yang mereka bawakan juga sangat menginspirasi remaja saat itu. Bahkan, diumur yang terbilang sangat remaja, dalam satu tahun mereka berhasil mengeluarkan tiga album. Tapi sayangnya, boyband cilik itu hanya dapat bertahan selama satu tahun saja. Karena setelah itu mereka lebih memilih untuk fokus kepada pendidikan mereka yang tertinggal. Walaupun sampat saat ini terkadang ada beberapa dari mereka yang sudah muncul kembali ke publik. Tapi untuk saat ini, mereka belum pernah muncul bersama.

###

Sehari yang lalu.

" Sam..,? " seorang wanita lanjut usia dengan rambutnya yang telah memutih lengkap, memasuki sebuah ruangan berukuran lumayan besar dengan desain era kuno Indonesia yang lengkap dengan berbagai macam peralatan musik. Mendekati pria paruh baya tampan yang sedang sibuk dengan gitar dan kertas yang ada tepat didepannya.

Pria paruh baya itu menaruh gitarnya, dan mengalihkan pandangnya ke arah wanita yang sangat dicintainya itu. " iya bu?"

" Sam.., ibu mau menikahkan anak mu dengan cucu sahabat ibu. Bagaimana?"

Bohong jika mengatakan tidak terkejut. Tapi untuk menghargai perasaaan ibunya, ia berusaha tenang tidak terkejut. " heum.., Samuel sih tidak apa-apa bu.., tapi tidak tau bagaimana dengan respon anak-anak nanti."

" ini keinginan lama ibu yang belum terwujud. Ini juga akan menjadi keinginan terakhir ibu. Dulu, ibu dan sahabat ibu memiliki janji untuk menikahkan anak kita satu sama lain. Namun, Allah swt berkehendak lain. Ibu dan sahabat ibu sama-sama memiliki seorang putra tidak ada yang memiliki seorang putri. Setelah itu, bertahun-tahun lamanya ibu dan sahabat ibu berpisah. Kini, setelah 30 tahun. Ibu ingin melaksanakan janji itu sebelum pada akhirnya Allah memanggil ibu nanti."

" ibu.., apa-apaan dengan perkataan ibu? Tenang saja bu, aku pasti akan membujuk anak-anakku dan ibu juga akan berumur panjang."

Pria paruh baya itu berusaha menenangkan ibunya. Jika seora

g ibu sudah mengatakan hal yang seperti itu, kira-kira anak mana yang tega untuk mengabaikan permintaan ibunya..?

" terimakasih Sam." Ibunya kembali tersenyum ceria setelah mendengar perkataan anak tunggalnya itu.

" oiya Sam.., besok lusa aku mau mengundang keluarganya untuk malam dirumah kita. Sekalian mengadakan pesta ulang tahun ibu."

" heum, baik bu."

###

Siang yang panas. Udara-udara bercampur polusi menyebar ke setiap sudut penjuru tanpa menyisakan ruang. Terik matahari mulai masuk melalui ventilasi-ventilasi udara setiap rumah. Tanah-tanah yang tadinya basah karena hujan semalam, kini telah mengering seakan hujan tak pernah turun. Suara mobil-mobil yang mempadati jalanan terdengar jelas dari balik jendela rumah. keramaian diluar terdengar jelas karena suasana dalam rumah yang sangat sepi. Kosong, hampa, dan sunyi. Inilah yang terjadi di rumah La'aiba saat ini. Ia selalu sendirian jika siang hari tiba. Papa dan kaka pertamanya nya pergi bekerja sampai petang hari. Juga mbak nya yang pergi kuliah hingga terkadang melewati batas waktu maghrib.

" Aiba...," seorang gadis cantik dengan t-shirt hitam polos dan baggy pants hitam masuk menerobos rumah La'aiba, seakan-akan itu rumahnya sendiri.

" ohh.., Jessica?"

" ke mall yuk..! aku bosen dirumah."

" kamu gak kuliah hari ini?"

" enggak.., dosennya lagi cuti.!" Gadis bernama Jessica itu langsung duduk santay di kursi sofa tunggal berwarna hijau depan tv.

" emang gak dikasih tugas?"

" enggak.., udah lah ayok..!!!"

" aku mau banget sih. Tapi gak tau papa ku bolehin apa enggak." Jawab La'aiba murung.

" kalau githu aku aja yang izin ke papa mu." Dengan cepat, Jessica langsung meraih telepon gengam milik sahabatnya yang tergeletak tepat di meja sebelah kursi sofanya.

" eeh.., tunggu dulu Jessica. Ntar kalau enggak boleh gimana?"

" harus boleh!!" tegas Jessica tersenyum dan langsung menekan ikon telepon disamping nomer yang tertuliskan Papa.

Beberapa saat kemudian,

" ayuk...,!! "Sambil tersenyum, Jessica langsung menarik tangan La'aiba dan menyeretnya ke kamar untuk mengganti pakaian. Sweater oversize ungu pastel, rok plisket putih, dan kerudung bergo maryam putih ukuran XL. ditambah tas selempang kecil warna hitam. Kini keduanya telah siap untuk pergi.

###

Sesampainya di mal.

" Jessica.., kita mau kemana dulu? Aku dah lama banget gak ke mal." Ucap La'aiba sambil terkagum dengan keindahan desain dalam Royal Indah Mall.

" benaran? Emangnya kapan terakhir kali kamu ke mal?"

" eum.., mungkin 13 tahun yang lalu..? hehe"

" huh.., kalau githu tenang saja. Kali ini aku pemandunya." Jessica dengan semangat mengajak sahabat barunya itu menaiki lift menuju lantai ke 4.

" tapi Jessica, kayaknya disini mahal mahal deh..," bisik La'aiba melihat orang orang yang berdiri bersamanya di dalam lift membawa berbagai dustbag dengan berbagai merk ternama.

" gak papa. Tenang ajha, tadi papa mu ngasih kita uang. hehe" Jawab Jessica sambil menunjukkan sms banking yang menyatakan uang masuk.

" Allhamdulillah kalau githu. Makasih ya Jesiica" La'aiba membalas nya dengan memeluk erat lengan jessica. Dan Jessica juga membalas La'aiba dengan tersenyum senang.

Baginya, La'aiba adalah penyelamat hidupnya. Baginya juga, La'aiba adalah orang yang paling berharga suntuknya. Karena disaat saat paling buruk dalam hidupnya. La'aiba datang dengan menggenggam tangannya dan memberinya sebuah cahaya yang menerangi kegelapan dalam hidupnya.

***

Ayana Muslimah Salon.

" Pertama..., kita ke perawatan dulu."

" kamu juga kant..? aku takut soalnya."

" tenang ajha. Ini salon and spa khusus cewek. Jadi semua staffnya perempuan."

Dengan semangat yang membara. Jessica menarik tangan sahabatnya itu masuk ke dalam Ayana salon.

" Assalamualaikum.., ada yang bisa saya bantu kak?" sapa salah satu staf berhijab itu dengan sopan dan ramah.

" kak.., saya mau kalian kasih semua perawatan extra yang ada disini ke sahabat saya ini." jessica melepas tangan La'aiba yang merangkul lengannya dan menyerahkan sahabatnya itu ke staff berhijab yang tadi menyapanya. " semua perawatan kak! Dari atas kepala sampai ujung kaki!! hehe"

" Baik kak,"

" loh.., Jessica.., kok aku sendirian? "

Jessica tersenyum. Mengangkat kedua bahunya dan melambaikan tangannya.

Tiga jam berlalu. Adzan ashar berkumandang. La'aiba yang sedang berhalangnya dan telah menyelesaikan perawatannya pergi ke ruang utama untuk mencari sahabatnya itu. Ia mendatangi bagian receptionis untuk menanyakan keberadaan Jessica." eum.., maaf mbak. Mbak lihat teman saya yang tadi datang sama saya gak..?"

" ah.., kakak yang kurus dan tinggi itu ya..?"

" iya.., yang pakai kaos t-shirt hitam."

" iya.., kakak yang tadi itu sepertinya masih perawatan kak. Karena tadi staff kami ada yang datang terlambat, makanya teman kaka terlambat. Maaf kak..," Jelas wanita berhijab itu dengan ramah.

" ahh.., gak papa mbak. Saya tunggu di luar. Sambil lihat-lihat ya."

" baik kak,"

Setelah itu La'aiba berjalan kecil keluar salon untuk melihat lihat sekitar salon. Gedung berlantai tujuh itu ramai oleh para pengunjung. Pengunjung yang datang pun dari berbagai kalangan dan usia. Terlihat beberapa keluarga kecil yang sedang menikmati sebuah event yang sedang diadakan di lantai utama. Juga beberapa pasangan yang saling bergandengan tangan menjelajahi satu toko ke toko yang lain. Dan tak mau kalah, beberapa kelompok pemuda pemudi yang sedang mengobrol bercanda tawa sambil menunggu makanan dalam restoran. Suasana yang sangat asing bagi La'aiba. Karena menurutnya, walaupun beberapa diantara mereka terlihat tertawa bahagia. Tapi sesaat kemudian wajah cemas, khawatir,danl lain-lain langsung muncul dengan sangat tebal." huh.., Keramaian, kebahagian, dan kesenangan ini hanya sesaat. Jika seperti itu memang apa gunanya?" Itu yang dipikirkan La'aiba. Tanpa sadar saat ia berjalan sambil melamun, ia menabrak seorang pemuda cukup tampan yang sedang dirangkul mesra wanita muda yang berada disampingnya. Bruk. " Astagfirullah.., maaf maaf..,"

" makanya.., kalau jalan tuh liat-liat." Ucap wanita muda yang berada disamping pria yang ditabrak La'aiba.

" ahh.., iya. Maaf- maaf." La'aiba membungkukkan sedikit badannya. Akan tetapi pasangan itu pergi melewati La'aiba tanpa berkata apapun.

" Alika kok kayak githu?!" ucap pemuda tampan itu menegur kekasihnya.

Karena merasa sudah berjalan terlalu jauh. La'aiba segera membalikkan arah nya dan berlari kecil menuju tempat salon yang tadi ia datangi. Tepat saat ia datang, Jessica telah menyelesaikan perawatannya dan keluar dengan penampilan barunya yang sangat cantik.

" wah.., Jessica kamu banget." La'aiba memuji sahabatnya itu.

" cantik kan..? kamu juga gak kalah cantik.." jawab Jessica sambil memperlihatkan La'aiba dirinya sendiri dengan kaca seluruh tubuh yang ada di depan salon. " nah.., gimana? Cantik gak?"

La'aiba mengangguk tersenyum dan terkagum sendiri melihat perubahan kulitnya yang sangat terlihat berbeda dari sebelumnya. Karena memang sebelumnya ia tidak pernah melakukan perawatan yang seperti ini. " SubhanaAllah..,"

Adzan maghrib berkumandang. Tak lama keudian barulah disusul adzan isya. Setelah sekian lama berada di mall. Akhirnya mereka telah menyelesaikan seluruh kegiatan mereka. Dari mulai perawatan, belanja dan makan. Mereka menghabiskan waktu hari itu dengan sangat gembira. Bagi Aiba, semua menjadi yang pertama untuknya. Dan juga bagi Jessica, semua moment menjadi sangaat berharga untuknya.

###

Ke esokan harinya.

Semua berjalan seperti biasa. Mungkin yang menjadi berbeda untuk La'aiba adalah kulitnya yang terasa segar dan kencang. Tak ada henti-hentinya ia bersyukur kepada Allah swt. La'aiba bangun pagi membersihkan rumah serta memasakkan sarapan untuk ayah dan kakak- kakaknya. Hal- hal seperti itu sudah menjadi kebiasaannya. Walauu terkadang ia merasa iri dengan mbak nya karena merasakan kehidupan kampus dll. Namun ia selalu mengambil sisi positif dari kehidupan yang dijalaninya. Karena baginya rasa iri hanya menyakiti badan dan menyesakkan batin.

Di meja makan,

" nanti pulang cepet ya!" Ucap Darwis lembut kepada Amel yang sedang melahap sarapannya.

" emang kenapa?" Gadis kurus berparas cantik bak idol-idol korea itu membalas ucapan Papanya dengan sangat malas.

" nenek kalian ngajak makan malem bareng."

" gak bisa. Aku ada janji sama pacarku."

" Cuman malam ini ajha. Lagian gak setiap hari juga kita makan malem keluarga."

" Aku tetep gak bisa."

" huft.., kamu itu Amel!! Cuman tau pacar.., pacar.., pacar ajha...!! Dah berapa kali papa bilang? Papa gak suka kamu pacaran....!" Darwis mengeluarkan amarah yang ia tahan selama ini karena sikap putri pertamanya itu yang sudah keterlaluan.

" apa sih pa? suka-suka Amel lah. Ini tuh hidup amel.. jadi papa gak usah ikut campur!!" Amel membalas dengan keras. Lalu pergi meninggalkan meja makan, berlari ke kamar mengambil tas nya, langsung pergi keluar rumah dengan menutup pintu keras. La'aiba yang melihat dan mendengarkan semua itu hanya terdiam berpura-pura menikmati sarapannya.

Darwis hanya bisa beristigfar dan menghela napas dalam dalam. Ia tau Amel menjadi seperti ini semenjak kehilangan ibunya. Awalnya ia juga ingin memahami keadaan Amel. Namun entah kenapa, lama kelamaan sikapnya semakin keterlaluan dan tidak dapat dikontrol. 

" La'aiba juga ya.., kalau hari ini mau keluar jangan lupa pulang awal."

" Ehh.., InsyaAllah enggak kok pa."

" Jangan lupa nanti mas mu dikasih tau."

###