Chereads / MY PERFECT LOVE / Chapter 4 - MİMPİ BURUK

Chapter 4 - MİMPİ BURUK

Dibawah sebuah ayunan panjang berwarna hijau, La'aiba sedang duduk santai seorang diri, termenung menikmati sejuknya angin sore dan indahnya pemandangan senja yang akan pergi.

Tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya berparas cantik memakai gaun putih sutra juga kain putih yang dililitkan untuk menutupi kepalanya mendatangi La'aiba dan duduk disampingnya.

" Mama..? " terkejut melihat sosok yang datang. La'aiba langsung memeluk wanita itu dan menyandarkan kepalanya ke atas bahu wanita itu.

" Mama kemana ajha? La'aiba kangen."

Wanita itu membalas pelukan La'aiba dan tersenyum. Air matanya mengalir membasahi pipinya. La'aiba yang menyadari itu langsung menyeka air mata yang membasahi pipi putih kemerahan wanita yang ia panggil mama itu.

" Mama kenapa nangis?"

Wanita itu hanya terdiam tanpa membalas satupun perkataan La'aiba. Ia terus memandangi dalam-dalam wajah gadis yang ada di depannya. Kemudian ia menaruh tangannya ke atas dada gadis itu dan menggerakkan bibirnya seakan mengatakan " Miliki hati yang bersih nak,"

La'aiba hanya mengangguk tersenyum seakan ia mengerti apa yang dimaksud wanita itu.

Setelah itu, wanita itu langsung pergi menghilang dan La'aiba hanya bisa melepasnya sambil meneteskan air mata.

Tiba-tiba saja, dadanya terasa sesak, ia merasa seakan terkurung oleh sesuatu yang sangat padat. La'aiba kesulitan bernapas, ia mencoba mencari cara untuk mengembalikan napasnya agar normal. Tapi yang ada ia malah tambah kesulitan bernapas. Ketika sesak yang ia rasakan itu sudah mencapai tenggorokan ,

Terdengar suara kencang yang memanggilnya.

" heh..!! bangun...!! Aku laper nih! Kamu gak masak?"

La'aiba terbangun dalam keadaan napas yang terengah-engah dan air mata yang membasahi pipinya.

" ah kak Amel? Ada apa kak?" La'aiba duduk dan menyadarkan dirinya.

Membaca doa bangun tidur dan Melihat sekeliling kamar nya yang terlihat sudah rapi. Juga sinar matahari yang telah menerangi kamarnya lewat jendala yang berada di samping kasur tidurnya itu.

" hah, ternyata mimpi. " gumam La'aiba dengan suara kecil.

" Kamu dah sholat shubuh?" Tanya Amel yang masih berada di kamarnya itu ketus.

" Aku lagi halangan kak. Baru tadi tahajud."

" ohh, ya dah. Bikinin Sarapan gih..!"

" Ahh iya kak."

La'aiba langsung beranjak dari tempat tidurnya menuju ke dapur. Mengambil beberapa beras. Mencucinya lalu memasukkan nya ke dalam magiccom bersamaan dengan air panas. Setelah selesai menyesuaikan takaran air. Ia menutup magiccom itu dan menekan tombol yang bertuliskan *COOK*.

Setelah itu ia mengambil sisa bahan makanan yang ada di lemari pendingin yaitu brokoli dan tahu. Memotong brokoli sesuai seleranya dan memotong tahu menjadi bentuk dadu. Sambil menggoreng tahu itu, ia mengupas dan mencincang beberapa bawang putih. Setelah selesai menggoreng tahu, ia memulai memasak tumis brokoli tahu itu. Tak lupa setelahnya ia juga memanaskan lagi ayam kecap yang kemarin ia buat.

Setelah selesai, ia menyiapkan beberapa hidangan itu ke atas meja makan. Tanpa dipanggil, keluarlah Aryan yang sudah siap rapi dengan kemeja putih polos yang ditutupi jas navy dan dilengkapi dengan jeans biru. Juga Amel yang terlihat cantik mengenakan inner hitam yang dimasukan ke dalam jeans lalu di tutupi dengan outer coklat dan dipadukan dengan pasmina coklat.

" Kak.., ayo makan dulu." Ajak La'aiba melihat Aryan keluar kamar tapi langsung menuju tempat sandal dan sepatu ditata.

" Kak..? kak Aryan gak sarapan dulu?" La'aiba sedikit mengeraskan suaranya mengira Aryan tidak mendengar ajakannya yang tadi.

" Aku pamit. Assalamualaikum." Aryan langsung pergi tanpa membalas satupun perkataan adik bungsunya.

" Hah, Waalaikumsalam." La'aiba mengela napas sambil memandangi kepergian Aryan.

" Kak Aryan kenapa? Tumben kayak githu sama kamu?"

" Gak tau juga kak. Oiya Kak.., aku mau langsung ke rumah nenek. Nanti piringnya taruh aja gak papa. Biar aku yang cuci. Kaka tolong tutupin makanannya aja."

" eum..," Amel lanjut menikmati sarapannya.

Seperti biasanya, setiap selesai bersih-bersih dan sholat dhuha La'aiba pasti pergi ke rumah neneknya unuk melihat apa yang bisa dibantunya agar meringankan pekerjaan neneknya. Kali ini ia pergi lebih awal karena ia telah menyelesaikan seluruh pekerjaan rumahnya pada waktu tahajud dini hari.

" Assalamualaikum nek.." melihat pintu depan terbuka lebar, La'aiba langsung masuk dan mendapati neneknya yang sedang bersiap untuk pergi ke kandang belakang rumah.

" Waalaikum salam, sini.. bantuin nenek bawain ini."

" hari ini kasih makan siapa dulu nek?" tanya La'aiba sambil membawa beberapa bungkus pakan konsetrat hewan.

" hari ini sapi dulu. Mau kamu yang kasih apa nenek?"

" aku yang nuangin aja nek, hehe."

Sopia memiliki kandang belakang rumahnya yang terdiri dari dua kambing, satu sapi, juga tiga ayam. Setiap hewan memiliki kandang masing-masing yang dibuat oleh mendiang suaminya. Jadi ketika akan memberi makan, terkadang mereka hanya perlu menaruhnya disuatu tempat yang sudah disediakan dan si hewan akan memiliki naluri alami dan langsung memakannya. Tapi juga terkadang Sophia sendiri yang memberi mereka makan.

Jika masalah memandikan hewan, diumurnya yang sudah tua, Sophia hanya dapat memandikan dua kambingnya saja. Sedangkan untuk memandikan sapi, ia memiliki seorang tetangga yang sering membantunya. Karena La'aiba juga tidak terlalu pandai dalam memandikan sapi. Jadi Sophia tidak bisa menyuruhnya.

" nek.., kayaknya cucu temen nenek yang kemarin gk mau deh...,"

" heum..? " Sophia tetap melanjutkan pekerjaannya pura-pura tidak mendengar perkataan cucunya itu.

" nek.., tadi malem aku cari di internet. Katanya kak Ali dah punya pacar juga. Cantik lagi nek, liatin nih..!!" La'aiba mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto seorang wanita cantik yang sedang merangkul Ghozali.

Melirik sedikit, Sophia lanjut mengerjakan pekerjaannya.

" cantikan kamu." Seru Sophia singkat, lalu pergi menuju kandang lain.

Berlari kecil menyusul neneknya, La'aiba terus terusan mengganggu neneknya dengan berbagai pertanyaannya itu.

" nek.., aku gak enak sama pacarnya kalau githu.. apalagi kak Al kelihatannya juga gak mau githu.., nek...,?!"

Sophia mengentikan perkerjaan lalu memandangi cucu nya itu.

" Kalau kamu mau gak?" tanya Sophia dengan nada serius.

Awalnya La'aiba sangat yakin untuk menerima perjodohan itu. Namun setelah melihat Ghozali, iya menjadi sedikit ragu. Terlebih ternyata Ghozali sudah memiliki pacar. La'aiba merasa sangat bersalah jika Ghozali dan pacarnya harus putus hanya karena perjodohan itu. Terlebih sebenarnya ia pikir cucu teman nenek nya itu adalah seorang ustadz muda terkenal biasa, karena ia juga memiliki impian untuk memiliki suami yang dapat membimbingnya, mengajarnya seperti suami teman-teman pondoknya yang telah menikah. Ia tidak pernah berpikir jika cucu teman neneknya ternyata adalah "The Lucky Boys" dewasa.

" Jadi gimana? Kamu masih mau gak? "

" Eum.., La'aiba terserah papa dan nenek. Kalau menurut nenek dia baik, La'aiba juga mau Insya Allah. Tapi nek.., kalau mereka yang gak mau La'aiba gimana?"

" semua terserah Allah. Yang penting nenek sudah berusaha menepati janji nenek. Semisal nanti siapa yang akan dijodohkan sama kamu, itu terserah keluarga mereka mau pilih siapa. Tapi juga terserah Allah yang menentukan."

" berarti La'aiba belum tentu sama Kak Al nek?"

" iya.., Jodoh di tangan Allah kan...?! Hehe."

" ahh githu..,"

" paham cucu nenek?!" Seru Sophia menggoda Aiba.

" Paham nek, hehe. Makasih nek."

" Makasih kenapa? Karna kamu dijodohin sama mas-mas ganteng? Haha."

" eh.., apa sih nek?! Bukan.. makasih karena nenek dah jadi neneknya La'aiba."

Sophia dan La'aiba saling tersenyum.

" Nenek juga makasih karena La'aiba sudah menjadi cucu nenek."

La'aiba membalas perkataan itu dengan senyuman sambil menahan air matanya. Selama ini ia tau bahwa neneknya sudah berusaha keras untuk menghiburnya setelah ia kehilangan seorang ibu yang dicintainya. Maka dari itu ia benar-benar sangat berterimakasih dan bersyukur kepada Allah swt karena telah menjadikan Sophia sebagai neneknya.

###

Di rumah keluarga Samuel.

" Gimana ma? Ali kayaknya masih marah sama kita?!" Samuel cemas melihat Ali yang seharian ini belum keluar dari kamarnya sejak tadi malam.

" udah gakpapa pa, tenang ajha. Kayak gak tau Ali aja.. nanti juga InsyaAllah dia mau kok." Jawab Anita santai.

" semoga ya ma.."

" Bi.., Chiato nya habis ya?" Teriak Dhani dari balik lemari tempat penyimpanan snack-snack ringan.

*Chiato = snack makanan ringan yang terbuat dari kentang yang dijadikan keripik dengan berbagai varian macam rasa.

" yang warna coklat kan den? Memang sudah habis kayaknya." Jawab bi Marini yang baru saja datang dari arah kebun.

" bibi kapan belanja bulanannya?"

" Kurang tau den, biasanya bibi juga cuman ikut nyonya ajha."

Dhani pergi ke ruang tengah mencari mamanya yang sedang bersantai menonton tv di ruang tengah.

" ma.., snack-snacknya dah pada habis. Mama kapan belanja?"

" udah.., hari ini gak usah makan snack dulu, mama lagi males keluar."

"alah ma.., aku juga males keluar.. mama suruh bibi ajha yang belanja."

Mendengar perkataan Dhani " menyuruh" Anita langsung terpikirkan sebuah ide.

" Ya udah panggilan bi Marini." Anita tersenyum dan langsung bangkit dari sofa nyamannya itu.

Bibi Marini yang dipanggil Dhani pun langsung menghampiri Anita.

" bi, tolong tuliskan yang dah habis. Aku mau belanja hari ini."

" sekarang bu? "

" nanti dzuhur sih bi. Tapi tolong siapkan ajha."

" Baik bi,"

Setelah itu Anita langsung mengambil hpnya dan mencari nomer dengan nama kontak * Menantu Cantik* dan langsung mengirimkan beberapa pesan.

A . Assalamualaikum La'aiba ini tante,

La'aiba hari ini ada waktu luang?

Kalau ada bisa temani tante hari ini. [ dengan tambahan bumbu emot berharap]

Menunggu jawaban dari La'aiba.

Jam menunjukkan pukul 11.00 wib. Adzan dzuhur hampir berkumandang dan La'aiba belum menjawab ataupun melihat satupun pesan dari Anita. Anita mulai cemas kalau-kalau rencananya nanti gagal.

***

La'aiba pov

Setelah selesai membantu Sophia di kandang dan dikebunnya. La'aiba dan Sophia segera masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri mereka. Selesai itu mereka berdua memakan semangkuk mie goreng yang tadi diberikan salah satu tetangga Sophia bersama.

" Jam berapa ini? coba liatin..!"

La'aiba mengambil ponselnya dan menekan tombol utama untuk menghidupkan hp nya. Ia melihat angka yang tertulis di jam itu adalah jam 11.05

"ohh, dah jam 11.05 nek. Kayaknya bentar lagi adzan deh."

" kamu mau ikut nenek sholat ke masjid apa mau langsung pulang ke rumah?" tanya Sophia yang masih menikmati mie goreng jawa itu.

" La'aiba lagi halangan nek. jadi mau nunggu nenek ajha disini."

" ehh, ada pesan nek dari tante Anita." La'aiba membuka hpnya dan mengecek isi pesan itu.

" Anita? Oh menantunya Shaffiyyah ya?"

" iya, dah dari tadi nek ternyata."

" emang Anita bilang apa?"

" Eum, katanya minta ditemenin."

" kemana? Ngapain?"

" gak tau juga nek."

" ya udah coba kamu bales dulu.!"

L . Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh tante, maaf tante La'aiba baru jawab sekarang, Tadi La'aiba lagi di kandang sama nenek. Maaf banget tante.

InsyaAllah hari ini La'aiba ada waktu luang tante. Mungkin cuman ngajar TPA saja ba'da ashar.

Anita yang sedari tadi memandangi hpnya begithu La'aiba menjawab pesannya langsung menelpon nomer itu.

La'aiba yang masih memegang hpnya langsung pengangkat panggilan itu.

" Assalamualaikum tante?"

" Waalaikumsalam La'aiba. La'aiba tante mau minta tolong La'aiba boleh?"

" Iya tante. InsyaAllah La'aiba bantu sebisa la'aiba."

" La'aiba bisa tolong temani tante ke supermarket? "

" Supermarket?"

" Iya tante mau belanja, tapi gak ada temannya."

(mengingat tante Anita yang tak mempunyai anak perempuan. La'aiba langsung merasa kasihan dan tanpa sadar ia langsung mengiyakan permintaan Anita tanpa bertanya ke papa atau neneknya dulu)

" I InsyaAllah bisa tante, "

" Ya sudah, nanti habis dzuhur tante kirim Car-line ke tempatmu. Nanti kita ketemuan di Mall ya.."

Belum sempat menjawab, Anita langsung mematikan telepon itu takut-takut La'aiba berubah pikiran.

" nek.., tante Anita minta ditemenin belanja. Tadi La'aiba dah sempet bilang iya. Padahal belum tanya nenek sama papa." Ucapnya dengan nada bersalah.

" ya udah gak papa. Yang penting nanti kamu jangan jauh-jauh dari Anita itu. Nanti biar nenek yang bilang ke papa mu."

" beneran nek?"

" iya.., "

" yeay. Makasih nek. " La'aiba memeluk neneknya itu.

***

12.30

La'aiba sampai di depan Royal indah Mall. Supir Car-line itu langsung memberhentikan mobilnya. La'aiba turun dengan gaya pakaiannya yang sangat sederhana, membuat orang yang disekitarnya meremehkannya dan mencibirnya diam-diam. Ia sedikit malu dan takut karena belum terbiasa dengan tempat itu.

Karena terlalu lama celingak-celinguk sendirian diluar pintu mal. Seorang satpam penjaga pintu mendatanginya dan menanyainya.

" Cari siapa dek? Nanti saya bantu carikan?"

" eum,.."

Belum sempat menjawab, tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya dengan dandanannya yang elegan dan mewah memanggil namanya dari dalam mal.

" La'aiba... " wanita paruh baya itu melambaikan tangannya ke arah La'aiba.

" Ahh.., itu pak." Seru La'aiba sambil menunjuk Anita.

" ah.., silahkan kalau begitu." Satpam itu pun mempersilahkan La'aiba masuk.

***

" Hari ini pun dia berdandan sangat sederhana. Memang menantu idaman." Gumam Anita dalam hati sambil tersenyum dan menggandeng tangan La'aiba.

" Maaf tante, " Ucap La'aiba tiba-tiba.

" kenapa? Kok kamu minta maaf?"

" tadi harusnya kan La'aiba yang nyari tante. Tapi malah tante yang nyariin La'aiba. "

" haish, gakpapa. tante emang suka jalan-jalan. Sebelumnya kamu dah pernah kesini?"

" udah pernah tante. Sekali."

" oiya..? sama siapa? Papa mu? Kakak mu?"

" sama temen tante. "

" Ohh.., ngapain?"

" di ajak teman belanja tante."

" ahh.., kamu sering ya nemenin orang belanja?"

" enggak tante. Cuman sekali itu ajha. Hehe"

" ahh.., oiya La'aiba sekarang lagi ngapain? Kuliah?"

" heum.., enggak tante. eum, cuman dirumah ajha. Sambil ngajar TPA."

" kenapa gak kuliah?"

Sambil berjalan, Anita terus menyanyakan semua pertanyaan dan La'aiba juga terus menjawab semua pertanyaannya.

Mereka menaiki lift untuk turun ke lantai LG. sesampainya di sana Anita langsung mengambil troli dan masuk ke hypermart untuk memulai belanjanya dibantu La'aiba yang berada disisinya.

Mereka terus berbelanja sambil melanjutkan obrolan mereka. Walau terkadang Anita berhenti sejenak karena ada seseorang yang mengenalnya meminta untuk foto bersama.

Setelah hampir setengah selesai. Anita pura-pura mengecek tasnya.

" Asstagfirullah.., tante gak bawa dompet ternyata."

La'aiba yang mendengar itu ikut panik dan khawatir. Juga memberikan ekpresi yang ingin membantu tapi tidak tau harus bagaimana.

" eum.., sebentar ya. Tante telpon yang di rumah dulu."

La'aiba mengangguk dan Anita pergi mencari tempat yang agak sepi untuk menelpon.

Setelah beberapa saat,

" gimana tante?"

" ahh, tenang ajha. Nanti ada yang mau nganterin kesini."

(siapapun yang kesini semoga dia nanti yang jadi jodohnya La'aiba) batin Anita sambil tersenyum melihat wajah La'aiba yang terlihat benar-benar khawatir.

" Allhamdulillah."

" oiya kamu mau belanja juga gak?"

" gak usah tante, hehe" jawab La'aiba dengan sopan menolak tawaran Anita itu.

###

Di rumah Samuel.

Ghozali yang masih menghabiskan waktunya dikamar tiba-tiba saja mendapat telepon dari mamanya.

" Halo kak..,"

" iya ma?"

" kak..., ini mama lagi diluar. Lupa bawa dompet. Kaka tolong bawain dompet mama kesini donk.."

" mama ngapain di luar?"

" mama lagi belanja ini. masak gak mama bayar?"

" di hypermart mal seperti biasa ya kak. Mama tunggu!!"

Panggilan mati.

Ghozali yang sedang marah pun tidak dapat berpikir lagi. Seketika saja setelah mendapat panggilan itu ia lupa bahwa dirinya sedang marah dengan orangtuanya. Langsung saja ia mengambil jaketnya dan keluar dari kamar mencari dompet mamanya.

" sepi banget" batinnya saat turun ke lantai dasar rumahnya.

Beberapa saat kemudian

Ghozali sudah sampai di hypermart dan langsung mencari mamanya.

" ma.. "  Ghozali langsung mengenali mamanya walau hanya dari punggung nya saja.

" ohh, anak mama dah dateng. " Anita menoleh dan melihat putra sulungnya itu berada dibelakangnya.

" mama sendirian? Bawa dua troly ini?" tanyanya tidak percaya melihat dua troly penuh di depan mamanya itu.

" ahh, maaf tante. La'aiba lama ya.." tiba- tiba saja seorang gadis berkerudung hitam itu menghampiri Ghozali dan Anita.

" ah iya gak papa."

Ghozali menatap La'aiba. Dan La'aiba juga melihat Ghozali. Mereka sama sama terkejut dengan kehadiran satu sama lain.

" oiya, ini anak tante. Kemarin kalian belum kenalan dengan benar kant?"

" mah...!! Mama gak bilang kalau mama lagi sama dia? Mama sengaja ya?" Ali membisiki telinga mamanya itu.

" hush..!! cepet kenalan." Anita sengaja menyenggol lengan anak sulungnya itu.

Dan mau tak mau Ghozali harus memenuhi permintaan mamanya itu,

" ghozali..." Ali menjulurkan tangannya ke arah La'aiba.

" La'aiba.."

Balas La'aiba dengan menyatukan kedua tangannya dan mengangkatnya atau isyarat bersalaman saat idul fitri.

" ya udah ma, aku langsung pulang ya" Ghozali membalikkan badannya bersiap meninggalkan mamanya.

Dengan sergap Anita langsung menarik lengan anaknya itu.

" ehh.., siapa yang suruh kamu langsung pergi? Sini temenin mama belanja dulu."

" mah...!!!"

dan kembalilah mood buruk Ghozali.

Kini Anita melanjutkan belanjanya ditemani anak dan calon menantunya. Ia terus tersenyum-senyum sendiri melihat anaknya yang kini terus diam membuntutinya, Juga La'aiba yang terus menjawab " iya " semua perkataannya.

" Astagfirullah..!! mama lupa. Kayaknya hari ini mama ada janji ketemuan deh sama teman teman mama" Anita menggerogoh tasnya mencari ponselnya.

" yah.., gimana ini? padahal masih banyak yang harus dibeli..." Lanjut Anita dengan nada pura-pura menyesal.

" kita lanjutin besok ajha tante.." Jawab La'aiba mencoba membantu Anita.

" ehh.., enggak. Tante pulang duluan. Kamu lanjutin sama si Al."

" Hahh..?!" Ghozali dan La'aiba sama sama terkejut mendengar perkataan Anita itu.

" nih.., catatannya sama nih kartu buat bayar." Anita menyerahkan secarik kertas catatan belanja dan kartu Atm hitam miliknya ke Ghozali sambil tersenyum senang.

" Semua yang dicatatan harus dah lengkap kebeli ya!!" ujar Anita terakhir dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua sendirian.

Kini, yang tersisa hanya tinggal suasana canggung antara mereka berdua. Karena merasa tidak nyaman.

Ghozali langsung memakai masker dan topi hitamnya. Ia tidak mau ada berita tentangnya yang keluar lagi.

Sedangkan La'aiba langsung menggerakkan satu troly yang ada tepat didepannya.

Dengan nada sangat cuek Ghozali memberikan catatan belanja yang tadi diberikan ibunya.

"Nih.., kamu ajha yang mimpin."

Merasa sangat canggung, La'aiba langsung menerima itu dan melanjutkan kebagian yang tersisa.

"Allhamdulillah tinggal beli Snack doank" batinnya.

La'aiba mengambil snack-snack yang tertulis satu satu. Tapi ternyata tanpa sadar dari belakang Ghozali yang juga membawa troly ikut mengambil dalam jumlah yang banyak. Hingga akhirnya mereka selesai belanja dan membayar semua belanjaannya itu.

"Totalnya 5.567.000,00 rupiah" ucap perempuan itu.

La'aiba yang mendengar jumlah harga belanjaan itu hanya bisa menelan ludahnya diam diam.

Ghozali mengeluarkan kartu yang tadi dan meminta bantuan pegawai disana untuk membawakan belanjaannya ke dekat mobilnya dan menjaganya. Karena dia masih memiliki sesuatu untuk dilakukan.

Sebenarnya sedari tadi La'aiba sangat tidak enak hati dengan Ghozali. Terlebih sebelumnya ia juga tidak pernah jalan berdua hanya dengan lelaki yang bukan mahram nya. Tapi melihat Ghozali yang terus diam. Maka La'aiba juga ikutan diam menunggu Semua selesai.

" Eum.., kalau begitu saya pamit dulu ya. Terimakasih untuk hari ini." Seru La'aiba ragu-ragu.

"Eh.., kamu ikut aku sebentar!" Ucap Ghozali singkat.

La'aiba bingung. Takut-takut jika ia salah mendengar.

"Apa bener dia tadi bilang ikut aku? Kalau salah gimana?"

Melihat La'aiba yang masih diam berdiri ditempat. Ghozali menoleh kebelakang dan memperhatikannya dengan isyarat "iya benar".

La'aiba langsung berlari kecil menghampiri Ghozali dan berdiri di belakangnya dengan jarak antara mereka 1 m. Mereka terus berjalan sampai akhirnya mereka tiba di salah satu toko skincare *Innisfree*.

Ghozali langsung memasuki toko itu diikuti dengan La'aiba.

"Mbak, tolong rekom skincare buat dia. Yang pemula ya mbak" ucap Ghozali singkat lalu pergi menjauh dari La'aiba.

Pegawai Innisfree itu pun mendekati La'aiba dan menanyainya berbagai hal. Setelah beberapa saat akhirnya pegawai itu telah menemukan yang cocok untuk La'aiba. Pegawai itu mendekati Ghozali,

" Mas, yang ini yang cocok buat Mbak nya"

"Ya udah Mbak dibungkus semua cepet." Ghozali memberikan kartunya untuk membayar. Pegawai perempuan itupun segera memproses dan memberikan barangnya kepada La'aiba.

Tanpa terasa adzan ashar telah lewat lama. La'aiba tidak mendengar adzan karena suara ramai pengunjung dalam mal. Setelah selesai dari toko itu Ghozali membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada mamanya.

G. Skincare udah ma,

A. Ya udah di ajak makan. Hehe.

Ghozali menghela napas lagi. Ia benar benar tidak tau lagi harus bagaimana. Ia takut jika ada seorang di mal ini mengenalnya dan memotretnya. Apalagi jika photo itu sampai ke tangan Hanna. Ia tidak tau harus menjelaskannya bagaimana.

Dengan cepat Ghozali yang diikuti La'aiba dari belakang berjalan ke lantai tempat food court dan lain-lain.

Tapi tiba-tiba saja saat ia hampir memasuki lift. Hanna menelponnya. Setelah menerima panggilan itu Ghozali langsung pergi memasuki lift yang terbuka dan sudah dalam keadaan hampir penuh orang.

"Tunggu di depan Mall" ucapnya terakhir kepada La'aiba.

La'aiba yang tidak tau apa-apa. Hanya bisa mengandalkan pengelihatan dan ingatan nya. Ia terus menuruni elevator sampai tempat dimana ia masuk tadi. Tanpa pikir panjang ia langsung keluar dan menunggu di luar Mall seperti yang diperintahkan Ghozali.

La'aiba terus menunggu sambil berdiri didepan mall. Sesekali ia melirik masuk ke arah dalam mall mencari seseorang yang mungkin ia kenal. Tapi Al hasil adalah nihil. Ia tidak menemukan sama sekali. Waktu berlalu lama baginya. Dengan sangat terasa ternyata ia sudah menunggu Ghozali selama 30 menit yang lalu sejak ia berdiri di depan mall. Bahkan orang orang yang sedari tadi berlalu lalang menganggapnya aneh karena hanya berdiam diri didepan pintu mall.

Merasa tidak enak dengan para satpam yang sedari tadi melihatnya, La'aiba pergi ke luar gerbang mall. Ia memilih untuk menunggu tepat di jalan keluarnya mobil. Untuk memudahkan Ghozali menemukannya.

Melihat baterai yang sudah 5% La'aiba dengan cepat mengirimi pesan kepada nenek dan salah satu anak didik TPA nya.

1 jam berlalu, 2 jam berlalu. Adzan Maghrib berkumandang. La'aiba bisa mendengarnya walau suara jalanan disampingnya terdengar sangat ramai. Karena volume-volume mic muadzin yang  di atur paling kencang, agar para muslim bergegas memenuhi panggilan Rabb mereka.

La'aiba yang sedang berhalangan hanya bisa berdzikir dalam hati. Ia tidak ingin bersuudzon terhadap Ghozali. Ia terus memikirkan mungkin Ghozali sedang pergi sebentar dan sebentar lagi akan kembali.

La'aiba juga tidak berani pergi pulang sendirian. Karena ia juga tidak tau bagaimana caranya. Terlebih ia masih memiliki trauma berpergian sendiri. Walaupun tadi waktu berangkat ia terlihat seperti bepergian sendiri tapi ia tidak terlalu takut karena yang menjemputnya adalah salah satu sopir kepercayaan keluarga Samuel. Berbeda dengan sekarang, ia tidak tau lagi bagaimana caranya ia bisa pulang.

Tiba-tiba saja hujan deras langsung membasahi bumi sekitar La'aiba. Dengan cepat La'aiba mencari tempat untuk berteduh. Ia juga langsung memeluk tas dan barang yang tadi di belikan Ghozali untuknya. 

Kini setengah badannya telah dibasahi hujan. Ia bersyukur karna hari ini memakai pakaian dengan warna gelap. Karenanya orang orang yang berlalu lalang tidak akan terlalu melihatnya kebasahan. Sambil berteduh, La'aiba terus terusan berdzikir kepada Allah SWT. Ia terus-menerus menyebut nama- Nya dalam hati. Memohon perlindungan serta pertolongan. Itulah yang ada dipikirannya saat ini.

Karena terlalu lama berdiri, kakinya terasa sangat pegal. Akhirnya La'aiba memutuskan untuk berjongkok sambil memeluk barang barangnya. Kini seluruh bajunya sudah basah kuyup. Ia tak tau lagi harus bagaimana. Badannya yang berisi itu sudah mulai terasa sakit yang amat terasa. Juga perutnya yang keroncongan menambah ritme menyedihkan dalam dirinya saat ini. Ia tidak tau lagi harus bagaimana.

Ponselnya mati, dan ia juga tidak memiliki cukup uang untuk menaiki taksi. Terlebih alamat rumahnya saja ia tidak hafal. Bagaimana caranya dia pulang...?!

Walau begitu ia tetap berusaha husnudzon terhadap Ghozali dant terus menerus berdoa kepada Allah SWT agar menjaganya dan menolong nya.

Adzan isya berkumandang. Dan La'aiba masih dalam keadaan yang sama. Perlahan air matanya menetes. Awalnya ia  berpikir mungkin karena tetesan air hujan yang terasa menyakitkan ditubuhnya. Namun tiba-tiba saja ia merasa tetesan itu tidak lagi menetesi punggung nya. Akan tetapi ia masih menangis. Maka dari itu ia mulai membuka kepala yang ia telengkup kan itu dan terlihat lah sepasang sepatu sneaker hitam yang berdiri tepat di depannya.

"La'aiba...?" Seru seorang yang misterius itu dengan suara seraknya.

La'aiba memberanikan diri menoleh keatas dan mendapatinya seorang yang misterius itu adalah seorang yang juga sangat ia rindukan...,

" Kak....?"

#####