Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 66 - BAB 66: Makan Malam Romantis Ala Bali

Chapter 66 - BAB 66: Makan Malam Romantis Ala Bali

Pagi yang cerah di Bali. Jasmina dan Rania baru saja menyelesaikan 1 sesi Yoga di dalam fasilitas hotel. Karena masih hari Minggu, orangtua Devon belum mulai bekerja. Mereka dan Devon memutuskan untuk jogging di sekitar hotel. Agenda pagi itu adalah, para wanita akan melewati paket perawatan tubuh dan wajah di hotel saja. Para lelaki akan pergi untuk bermain golf dengan beberapa teman yang akan mengikuti konferensi.

Setelah perawatan, Jasmina merasa begitu segar. Selain pergi ke salon untuk perawatan rambut bersama Rania di mall, Jasmina belum pernah sekalipun memasuki SPA. Bahkan memanggil tukang pijat untuk melulur tubuhnya pun tidak pernah. Entah berapa centi kulit mati yang sudah bersarang di tubuhnya. Apalagi dalam 3 bulan terakhir ini, ia telah kehilangan 13 kilo! Wow! Ia merasa sangat fresh. Begitu juga si bule Rania, yang super duper kegirangan. Perawatan seperti ini mahal banget di Dubai, katanya.

Para 3 perempuan melewatkan waktu berkeliling hotel untuk berselfi ria sambil menunggu para lelaki pulang. Jasmina sangat menikmat ngobrol dengan sang Ibu, yang by the way sangat bijaksana namun juga funky. Mereka bisa bercerita dari soal makanan, masa muda beliau, drama korea, bahkan cowok. Ups! Beliau tertawa ngakak mendengarkan kisah Jasmina dengan boy number 1 dan number 2.

Ketika sore hari ketika para lelaki pulang, mereka segera bersiap untuk menyantap makan malam di hotel saja. Ya, di hotel saja, karena pemandangan yang ditawarkan oleh restoran itu sangat indah! Lagipula mereka harus tidur lebih awal malam ini, karena besok mereka akan pergi snorkeling dan membawa Jasmina dan Rania belajar surfing.

Jasmina sedikit ragu. Kemaren, ketika melihat Devon muncul dalam keadaan basah memakai outfit surfing, hatinya begitu kacau. Setelan 1 piece berwarna hitam ketat lengan panjang dan celana selutut dalam keadaan basah, begitu membentuk tubuhnya yang benar-benar atletis. Sudahlah dia bule, atletis pula. Melihat pantulan rambutnya yang berwarna coklat hitam alami terbakar matahari, begitu juga dengan pipinya yang pasti akan kemerahan lagi! Jasmina ragu apakah besok ia mampu menatap cowok itu selama sesi snorkeling dan surfing. Hufftt kerja keras deh.

Makan malam dengan nuansa western sangat menggugah selera. Jasmina memutuskan untuk "slow eating" dan "small eating". Ia ingin mempertahankan berat badannya yang sudah mulai ideal. Ia dan Rania sempat membeli gaun-gaun ala bali yang murah meriah di jual di pinggir jalan. Untuk pertama kalinya Jasmina dapat memakai pakaian di pinggir jalan, karena biasanya ukurannya sangat kecil! Ia dan Rania kelihatan sangat meriah dengan motif-motif lukisan bali di gaun-gaun bahan katun rayon mereka. Yes! Sebuah dream come true banget buat Jasmina.

"Ok, I think mom and dad will need to take a rest now. Tomorrow we need to get up very early for the conference. You guys can stay here and enjoy Zillions of dessert. Ok?", usul sang papa. Mereka bertiga mengangguk, dan melanjutkan berselfie ria. Mereka masih ingin menikmati malam yang indah ini. "Wait dad, mom, I need to get something in the room. I'll comeback ya Jasmina, Dev, wait here", pamit Rania. Bentar aja kan ya?

Suasana tiba-tiba mencekam sebentar... hanya ia dan Devon sekarang. Kalau dipikir-pikir, jarang sekali ada kesempatan Jasmina bisa ngobrol berdua saja dengan Devon. Jadi Jasmina kurang siap sekarang. Kira-kira, mau ngobrolin apa ya?

"Apa kamu baik-baik aja sekarang?", tanya Devon pelan.

"Maksudnya? I'm extremely happy now. This may be the best holiday ever, Dev! Thanks to you and Rania", jawab Jasmina sambil tersenyum dan memukul lengan Devon.

Cowok itu malam ini mengenakan kemeja putih polos merek surfing yang baru ia beli. Ada kalung tali berwarna hitam dengan bandul papan surfing di lehernya, seakan mempertegas garis leher dan rahang bulenya. Celana pendek dengan motif daun-daun hijau tua ala-ala Hawai membuat penampilannya santai, lengkap dengan sandal jepit yang kayaknya sih... gak murah juga. Ok baik, seleranya bagus dan sepertinya ia tau apa yang cocok untuknya. Atau... ternyata semua outfit COCOK UNTUKNYA!

"Aku tuh baru tau loh kalo kamu bisa secakep ini", kata Jasmina mencoba untuk mencairkan suasana, sambil menunjuk kepala Devon dan jarinya turun ke kaki. Seakan-akan sedang memindai cowok itu. Sebenarnya Jasmina sih cuma pengen becandain atawa godain atawa mencairkan suasana aja. Karena saat ini ia juga cukup grogi. Devon tertawa sambil melongo, setengah berdiri dan mengangkat kedua tangannya sehingga kedua telapak tangannya mengarah ke atas.

"Hahahah really?, Itu pujian atau ngejek?", tanya Devon setengah malu tapi setengha tertawa. Ia kembali duduk.

"Ya muji laahh, masa ngejek. Maksudnya tuh yaaaa, selama ini tuh semua pada gilakkk bilang kamu tuh cakeeepp cakeepp cakeepp, aku tuh ga percaya. Tapi setelah kita sering pergi bareng gini, lama-lama sih ya... lama-lama nihhhhhh... aku liat... hemmm... ternyata cakep juga hihihi", jawab Jasmina masih mencoba bercanda. Devon tertawa. Kemudian mukanya menjurus serius.

"Kamu suka sama cowok cakep?", tanyanya. Jasmina terdiam. Ia kemudian teringat 2 makhluk yang akhir-akhir ini mengganggu fikirannya. Bagas dan kak Miko. Ia akui, keduanya cakep. Keduanya idola di sekolahnya. Keduanya memiliki prestasi. Keduanya memiliki image sempurna di mata siapa saja. Siapa yang tidak tertarik?

"Gak bisa disangkal Devon, lebih mudah bagi seseorang untuk menyukai seseorang karena ia indah bukan? Ok, coba begini. Mama kamu kemaren beli 6 lukisan yang harganya mahal-mahal. Kenapa beliau beli lukisan itu? Karena indah bukan? Hampir semuanya cinta pada pandangan pertama bahkan. Tidak butuh waktu berhari-hari untuk beliau memutuskan. Pilih, angkut, gesek, hihihi", canda Jasmina".

"True... Artinya, bila kita hanya bisa jatuh cinta kepada orang yang indah-indah aja, kenapa begitu banyak pasangan di dunia ini? Kenapa mereka bisa saling jatuh cinta, padahal salah satu atau keduanya bukan yang terindah? Berarti mata mereka yang salah, atau, cinta itu sendiri yang membuat mereka indah? Seperti kata seseorang, cinta yang membuat segala hal menjadi indah? Indah itu subjektif kan?", tanya Devon lagi.

"Iya itu bisa juga sih. Maksudnya gini, ketika kita jatuh cinta pada seseorang, keindahannya akan semakin indah, sementara kekurangannya akan tertutupi dengan keindahannya. Akhirnya yang terlihat hanya yang indah-indah saja. Ya ini cuma berlaku kalo mereka SUDAH JATUH CINTA.

"Nah yang kita bahas sekarang adalah, the science of falling in love. Kenapa seseorang bisa mencintai, kenapa seseorang bisa dicintai. Menurutku sih, keindahan ada hubungannya...wajar kan kalau aku ingin selalu dekat apalagi menghabiskan waktu selamanya dengan sosok yang indah. Yang gagah, yang baik, berkata-kata indah dan melindungi?", tanya Jasmina

"Kamu, dan cowok-cowok lain pasti juga begitu. Pasti gampang banget kan suka dengan cewek-cewek seperti Sharon, Gianni, kak Tyas. Kenapa? Karena pada dasarnya mereka indah dipandang. Jadi pengen mandaaaaaang terus. Akhirnya lama kelamaan jadi suka. Science yang gampang kan? Selama berbelas-belas tahun, belum pernah ada tuh yang suka sama aku. Karena apa? Karena aku ndut kan? Aku jerawatan kan? Pada akhirnya, lebih susah untuk menyukai cewek kayak aku Dev, itu... wajar kok. Aku ngerti, karena.... aku aja yang kayak itik si buruk rupa, ga mau tuh suka sama cowok yang ga cakep hehehehe", jawab Jasmina jujur. Jujur tapi jahat.

"Kamu yakin gak ada yang suka sama kamu? Gimana dengan pertarungan kak Miko ama Bagas? Secara 2 cowok paling keren di sekolah suka ama kamu gitu loh!", canda Devon sambil tertawa sarkastis.

"Suka? Menurut kamu mereka suka sama aku? Bagas cuma jadiin aku bahan buat latihan pacaran. Kak Miko? Heheheh Kak Miko cuma jadiin aku plan B kayaknya. Just incase semua cewek gagaaaalllll, masih ada Jasmina yang nunggu di bangku cadangan. Jadi kemaren dia cuma kebakaran jenggot aja si pemain cadangan pindah ke club lain hihihihi", canda Jasmina meminjam istilah olahraga. Pindah club.

Devon ga setuju. Dia menatap Jasmina serius. "Anyone who falls in love, is searching for the missing pieces of themselves, itu kata seseorang. Pada dasarnya kita ini gak ada yang sempurna Jez. Mungkin yang dirasain kak Miko itu adalah, ia merasa kamu sebenarnya telah melengkapi dia. Tapi dia masih terlalu gengsi buat ngakuin..."

"Ga mau ngakuin karena aku gak indah kan... Cuma bahan pelengkap?", potong Jasmina. Devon terdiam. Sungguh, ia gak tau kenapa kak Miko gak mau ngakuin. Tapi siapa yang bilang Jasmina gak indah?

"Aku gak bilang kamu gak indah", akhirnya Devon mengeluarkan apa yang di kepalanya. Tapi ia kemudian menyesal. "Ngapain gue bilang gitu sihhh", batinnya. Jasmina terdiam sebentar.

"Ya aku tuh sekarang lebih indah mungkin Dev. Thanks to all the diets dan olahraga yang di disain ama kak Gading dan Bagas. Thanks to Rania yang uda make-over aku abis-abisan. Baru deh semua pada deket. Wajar gak kalo akhirnya aku ngira, semua gak tulus ama aku? What if one dah I decided to be ugly again? To be fat again? To be my old me. Apa semua masih pada mau deket?", tanya Jasmina.

Ini adalah topik yang sensitif. Devon tau dia tidak akan pernah menang dari perempuan. Apalagi seorang perempuan yang pintar dan kritis seperti Jasmina. Otak dan wawasannya sesungguhnya adalah salah satu kelebihan Jasmina. Jadi kenapa gadis ini dari tadi ngomongin penampilan terus sih?

"Ga semua orang mikir gitu Jez... I mean like...",

"Contohnya kamu. Ada yang kamu sukai akhir-akhir ini?", tanya Jasmina dengan nada sarkastis memotong kata-kata Devon.

"Kayaknyaaaa ada sih....."

"Apa dia cantik?", tanya Jasmina lagi.

"Iya dia cantik banget, menurutku dia tetap cantik walalupun..."

"See? Bahkan seorang Devon yang kayaknya tadi ideal banget, cuma suka ama cewek cantik. Ya kan?"

"Bukannnnn... bukan gitu! I like her because, she has a beautiful mind. Dia cantik luar dan dalam...."

"Apalagi itu.... cantik kan? How do you know that you like her? Kapan kamu tau kamu suka? Cinta pada pandangan pertama?

"Pas kita menyukai seseorang, kita gak akan nyadar Jez, gak akan tau. Kita baru sadar, kita kita jatuh ke lapisan paling dasar...", jawab Devon.

"So, kamu liat dia, kamu ga tau kamu suka apa enggak sama dia. Sampai akhirnya kamu patah hati?", tanya Jasmina. Begitukan perasaan kak Miko kepadanya? Cowok itu baru menyadari kalau ia mungkin menyukai Jasmina ketika ia patah hati? Ketika ia melihat Jasmina dan Bagas?

"Jatuh cinta ini pelajaran yang rumit ya Dev. Dulu aku pikir, semua orang pacaran dan menikah pada akhirnya. Harusnya gak susah kan menemukan pasangan kita. Tapi coba pikir, ada berapa milyar manusia di dunia ini. Bagaimana cara kita memilih hanya 1 aja untuk diri kita?", tanya Jasmina.

Devon tersenyum jahil. "Hemmm... mungkin karena itu orang pada punya istri banyak yahhh hahahaha", canda Devon. Jasmina langsung membelalakan matanya dan memukul pundak Devon.

"Ihhhh kamuuu masih muda begini rencananya udah aneh-aneh deehhh", teriak Jasmina sambil terus memukuli Devon. Secara refleks Devon tiba-tiba memegang kedua tangan Jasmina dengan kedua tangannya. Jasmina tersentak yang membuatnya terjatuh ke arah Devon, jarak mereka hanya 10 centi. sepuluh centi di muka, sepuluh centi di dada, sepuluh centi di kaki. Posisi yang tegang dan membuat pegal. Mata mereka saling menatap untuk satu... dua...tiga...lima detik! Detak jantung mereka menggila dan tidak satupun dari mereka bernafas dalam kurun waktu 5 detik itu.

"Jasmina so... sorryyy...ta... tadi aku kira kamu hampir jatuh....", kata Devon tergagap pelan dan mengembalikan Jasmina ke posisi yang lebih nyaman. Jasmina menelan ludahnya yang rasanya sudah seember di tenggorokannya. Ia merapikan rambut dan bajunya.

"Huh? By the way, kok Rania lama banget sih? Yuk nyusul yuk!", ajak Jasmina dan langsung berjalan ke arah villa mereka. Kedua muka mereka memerah. Tidak ada kata yang terucap selama perjalanan ke villa. Masing-masing hanya berusaha menghilangkan semu merah di pipi mereka.

"Gawat kalo mama papa dan Rania tau!", batin Miko dalam hati.