"Ketika aku ingin mencoba membuat ramuan, aku baru tersadar obat dan tumbuhan yang aku butuhkan habis tak tersisa. Aku biasa menggunakannya bersama ayahku. Tapi ayahku tak pernah membeli sendiri dan terus menyuruhku." Sylvia sedikit kesal dengan sifat ayahnya yang seenaknya menggunakan obat pribadinya.
"Oh begitu. Kelihatannya kau tak cukup tidur belakangan ini. Apa kau baik-baik saja?" Malvia menunjuk kantung matanya. Rambutnya pun sedikit berantakan.
"Aku tak apa. Mungkin aku hanya terlalu bersemangat bereksperimen, hahaha." Sylvia tertawa sendiri disaat mereka bertiga saling memandang.
"Kalian sendiri bagaimana? Membeli obat dan ramuan untuk tahun ajaran baru?"
"Kau benar. Bagaimana kau tahu?"
"Sebenarnya…" Sylvia mengeluarkan selembar perkamen dari tas selempangnya. Perkamen itu berisikan sama dengan perkamen milik mereka bertiga.
"Kau juga berencana masuk asrama sihir?"
"Dan langsung tahun kedua? Itu curang."