Chereads / Our Dream [Indo Ver] / Chapter 4 - BOOK 1 CHAPTER 4

Chapter 4 - BOOK 1 CHAPTER 4

Ace pun refleks berdiri. "Kenapa?" Dia nyaris menggampar Mike, tetapi tangannya sudah ditangkap dengan remasan kasar.

PLAKH!

"Karena orang-orang mati itu ingin aku muncul di depan orang yang disayangi," kata Mike tegas. "Jadi, anggap saja barter. Ruh mereka adalah bayaran untukku jika mau menyampaikan pesan, paham?" (*)

(*) Barter adalah bertukar barang. Jadi, Drake membiarkan Mike memakan ruh matinya asal Mike mau menunjukkan diri di depan Ace. Drake punya pesan untuk Ace.

"Brengsek! Jadi kau memakan ruh Drake juga-"

"YA!"

Ace pun tersentak kaget saat tubuhnya digebrak ke dinding.

BRAKHH!!

"Argh!"

"Semua karena kau bertindak tolol!" bentak iblis itu jengkel. "Kenapa menyakiti diri sendiri? Drake tidak suka kau terus menerus di tempat ini! Jadi, pulanglah! Hidup! Kerja dengan baik! Lalu temukan kekasih baru agar bahagia lagi--"

"Tidak! Tidak!" teriak Ace histeris. Dia mencoba memukul-mukul, tetapi iblis itu terlalu kuat hingga seperti tak merasakan apa pun.

Plakh! Plakh! Plakh!

"Tapi itu yang Drake harapkan!"

DEG

"..."

"BIBLE SUDAH MATI, OKE? Tapi ruhnya masih memikirkanmu sebelum pergi. Dan kau malah menyia-nyiakan usaha terakhirnya?" bentak Mike.

Wajah Ace pucat pasi kali ini. "A-Aku ...."

"Pernah dengar ruh orang mati masih menunggui tubuhnya beberapa hari?" tanya Mike. Ace pun mengangguk pelan. "Itu fakta. Karena mereka ingin melihat kondisi orang-orang tersayangnya sebelum pergi. Dan bila kau belum tahu, malaikat maut memberi batasan waktu sebelum menjemput." (*)

(*) Malaikat maut: setelah pencabutan nyawa, dia memberi waktu 7 hari untuk para ruh berpamitan kepada orang-orang terkasih.

Ace rasa dia tahu bagaimana kelanjutannya. Drake pasti memberikan ruhnya kepada Mike. Fakta sang kekasih begitu mencintainya tak pernah sesakit ini.

"Kau benar-benar memakannya, ya ...." Mata Ace kini meneteskan air bening lagi. Lelaki itu tersenyum miris. Dia ingin marah, tetapi mungkin tak berbeda bila Drake dijemput si malaikat maut. Bagaimana pun sang kekasih sudah mati. Dia takkan kembali selamanya.

"Aku ingin bersamamu," pikir Ace. Senyum tampan Drake tergambar jelas di kepalanya. "Tapi, kenapa kau mempersulitnya, Drake? Aku ingin menemanimu di langit sana--"

"Senang?" kata Mike, yang tiba-tiba berubah jadi Drake lagi.

DEG

Jantung Ace serasa berat saat wajah Drake muncul di depannya. Ah, iblis ini pasti sengaja mendistraksi agar pikiranpikiran negatif tentang bunuh diri berhenti. Memang, sepenting apa kontrak jiwa diantara Drake dan Mike?

Ace sungguh ingin tahu.

"Tadinya, tapi maaf tidak lagi." Ace pun mendorong dada si iblis. "Malahan aku harus membencimu. Karena kau ... dia kini benar-benar hilang."

"Hmph."

Ace kira, Mike akan mengatakan sesuatu ketika dirinya keluar. Ternyata tidak. Mike justru hanya diam, menatapnya, dan membuat Ace rindu kepada Drake lagi.

"Ha ha. Menemukan kekasih baru, katamu?" gumam Ace sepanjang jalan. Dia tertawa-tawa di trotoar seolah masih ada sang kekasih yang mendengarkan. "Kau pikir itu mudah? Main pergipergi saja. Yang berat itu aku, Drake! Aku! Aku yang masih hidup ini harus ingat semuanya."

Orang-orang di sekitar menoleh padanya. Mereka mungkin berpikir Ace gila. Persetan lah. Toh tak ada satu pun yang paham bahasa ibunya yang Thailand.

Malam itu, Ace menyusuri jalan sesuka hatinya. Kemana pun kakinya melangkah, dia tak peduli. Terkadang pemandangan pasangan di sekitar membuatnya jengkel. Namun, mereka hanya mendumal saat dimaki-maki olehnya, tetapi ada juga yang malah tertawa-tawa. Mungkin aksen bahasa Thailand Ace jadi penghiburan. Hah! Mereka tak tahu apa yang Ace alami selama ini.