Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

With My First Love

🇮🇩Ruroh_SM
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.9k
Views
Synopsis
Ima seorang perempuan yang sudah cukup umur menikah tapi tidak kunjung menikah. dia terlalu sulit melupakan cinta pertamanya yang bernama Pras. Dia berjuang selama 8 tahun untuk move on. di saat sudah mulai lupa, si Cinta pertama nya malah datang lagi untuk melamarnya. Hatinya bergulat sendiri. Tidak mudah baginya untuk move on, rasa sakit hati pun masih dia rasakan, kini dia malah datang untuk melamar. Bukannya senang, Ima malah tidak terima dan tidak percaya dengan rasa cinta yang Pras bawa. Dia ragu karena masa lalu mereka yang buruk. Pras mencintainya, bagi Ima sangat mustahil. Karena Kepentok umur akhirnya Ima terpaksa menerima. Kehidupan pernikahan mereka pun kocak karena Ima yang masih curiga dengan motif Pras yang tiba - tiba mencintainya.
VIEW MORE

Chapter 1 - DATANG KEMBALI

"Yailah! Dia aja nikah!. Dia itu susah move on dari lu!"

PRAS POV.

Aku mantap melangkahkan menuju kediamannya, bisa di bilang ini adalah hal nekad, karena sudah hampir 7 tahun aku tidak bertemu dengannya dan sudah belasan tahun aku tidak pernah peduli dengannya.

"Kamu yakin, mas?", tanya Ibu padaku.

"Yakin bu"

"Bagaimana kalau sampai sana ternyata dia sudah jadi suami orang?"

"Info terakhir dari temannya, dia masih jomblo sih, bu"

"Ibu selalu doakan yang terbaik buat kamu. Semoga hari ini kita enggak zonk"

Aku gugup, Bismillah semoga ini yang terbaik. Aku berjalan memasuki pekarangan rumahnya yang terbuka, aku berjalan menuju pintu.

Tok..tok..tok,

Ceklek

Terlihat seorang wanita membukakan pintunya yang sedikit ku kenali dia adalah ibunya.

"Assallamualaikum, bu", aku bersalaman dan mencium tangannya.

"Waallaikum sallam, maaf cari siapa ya?"

"Kenalkan bu, saya pras. Saya teman sekolah Ima waktu di SMP"

"Oh iya, mari silahkan masuk. Ayo duduk. Mau minum apa?"

"Oh tidak usah repot – repot bu"

"Setidaknya biar ibu suguhkan air putih untuk diminum, kan habis dari perjalanan"

Aku dan keluargaku duduk di kursi tamu, lalu ibunya masuk ke dalam.

"Itu Ibu nya Ima ?", tanya Ibu.

"Iya, bu"

Tak lama, ibu telah kembali dan menyuguhkan kami dengan air putih.

"Monggo, diminum dulu, bu, pak, mas"

"Iya terima kasih bu", ibuku menuguk air yang telah disediakan

"begini bu. Kami sekeluarga...."

"Biar mas aja, bu", aku memoton pembicaraan Ibu.

"Loh ada apa ini sebenarnya?", tanya Ibu nya Ima yang nampak bingung.

"Begini, bu. Maksud saya datang kemari, ehm saya ingin melamar Ima. Saya ingin Ima sebagai istri saya"

Kemudian ibunya terlihat bengong untuk sejenak, matanya berkeliling melihat kami sekeluarga.

"Alhamdulillah", ucapnya sambil berderai air mata.

Aku bertanya dengan penuh rasa heran,

"Maaf bu, kenapa ibu menangis?".

"Ini yang sudah saya tunggu. Ima memang belum menikah, Ima juga sudah menyerahkan segalanya kepada saya. Katanya kalau ada laki – laki yang melamarnya, terima saja bu. Pantang menolak lamaran orang"

Benar kan, persis seperti yang di bicarakan Rika kemarin.

Aku senang sekaligus terharu melihat dan mendengar kenyataan ini, saking senangnya aku ingin buru – buru untuk mendapat jawaban yang jelas.

"Bagaimana, bu?" aku menegaskannya lagi.

"Iya, saya akan mempersiapkan sambil berbicara kepada Ima. Setelah ini nak Pras persiapkan saja apa yang harus di persiapkan. Ima itu orangnya konsisten ketika dia sudah serahkan kepada saya maka semua keputusan yang ibu ambil pasti akan dia jalani"

"Terima kasih bu" aku menciumtangannya seperti ibuku sendiri. "oya bu, maaf kalau boleh tau Ima nya dimana ya, bu?"

"Oh. Biasa, Ima itu sibuk kerja, kerja terus, sampe lupa sama hidupnya, makanya sampe sekarang dia belum menikah. Untung saja nak Pras sekarang melamar, ibu khawatir dia akan jadi perawan sampai tua"

"Baik, kalau begitu. Kami akan pulang dan beritahu semua keluarga"

"Iya bu, saya juga mau beritahu semua keluarga saya"

***

IMA POV.

Akhirnya aku pulang kerumah, entah kenapa pekerjaan hari ini membuatku sangat lelah. Rasanya ingin cepat mendarat di kasurku yang empuk itu.

"Assallamulaikum"

"Waalaikum sallam. Duh calon pengantin sudah datang"

"Duh ma, halu lagi deh"

"Enggak ini enggak halu"

"Sebentar, ma. Ima minum dulu"

"Tadi mama habis terima lamaran orang"

"Uhuk uhuk. Tadi ada yang datang ma?"

"Iya"

"Ngelamar anak mama ini?"

"Iya, sayang"

"Terus?"

"Iya mama terima"

"Ma!, mama cepet banget nerimanya, mama enggak tanya, gimana dia?, apa kerjanya?, udah punya istri atau belum"

"Mama sudah yakin"

"Tapi ma?"

"Dia bukan orang asing, Ima. Kamu kenal dia. Ingat kamu sudah serahkan segalanya sama mama, kamu konsisten

kan"

"Iya ma, Ima masih ingat apa yang Ima pasrahkan. Tapi kan enggak secepat itu juga nerimanya, kayak nerima paket JNE aja!"

"Duh bentar lagi mama punya cucu"

"Eling ma, nikahnya aja belum sah"

"ya enggak apa – apa. Yang penting harapan sudah ada"

Apa?, aku dilamar orang?. Kenapa ada orang aneh yang tiba – tiba datang melamar, memang dia sudah paham benar yang dilamar ini perempuan bagaimana?.

Aku bingung dan penasaran mendengar cerita mama tadi, katanya aku kenal, tapi siapa ya?. Lagipula aku tidak menjalin hubungan spesial dengan siapapun, lalu siapa yang berinisiatif untuk melamarku begini. Apa aku kenal dia?, apa dia benar mengenalku atau tahu nama saja?. Hemp,, pasti kalau kenal yang asli dia bakal minder deh, terus kabur pura – pura gak ngelamar, yah liat aja nanti.

Setelah membersihkan diri, aku merebahkan diri di atas kasur sambil mendengarkan lagu – lagu mp3 kesukaanku. Aku tidak punya seseorang spesial yang harus aku hubungi setiap malam. Kalaupun ada, setiap malam aku pasti cuekkin dia, malam itu waktunya aku dan duniaku, aku tidak memberi lowongan untuk seorang figuran. Aku asyik dengan kebiasaanku, bahkan aku lupakan sejenak tentang lamaran misterius itu, yah biar saja lah jangan terlalu berharap nanti kalau dia tiba – tiba membatalkan lamarannya, yasudah aku datar saja menghadapinya.

***

PRAS POV.

Ima, akhirnya aku melamarmu. kamu adalah seseorang yang tidak pernah sedikitpun aku pikirkan bahkan sangat aku tak acuhkan, kini aku malah jadi calon suamimu. Kira – kira apa reaksinya ya kalau dia tau aku datang untuk ada di selama hidupnya?. Sudah lama aku tidak melihat dia atau berbicara dengannya. Pasti dia banyak berubah. Aku tahu kalau aku terlambat, tapi aku bisa memperbaiki segalanya yang telah terjadi, aku janji segalanya akan ku perbaiki.

Beberapa menit yang lalu, ibu nya Ima yang mulai aku panggil mama memberikan kontak Ima. Aku pun segera menghubungi, kita harus bertemu agar kita bisa bicara tentang pernikahan kita.

Me :

Selamat Malam

Futur Wife :

Malam

Maaf, ini siapa?

Me :

Ini teman kamu,

Teman SMP kamu

Future Wife :

Siapa?,

Mana saya hafal anak satu sekolahan

Me :

Ini teman sekelas kamu,

Di kelas 8

Future Wife :

Di kelas 8.

Muridnya 40 orang, mana saya hafal?

Me :

Ini yang duduk di sebrang kamu

Aku PRAS

****

IMA POV.

Apa? Pras?. Ini kejaiban dunia ya?, untuk apa orang itu menghubungiku lagi?. Koleksi pacarnya sudah habis ya?, atau baru putus?. Tapi ngomong – ngomong sudah lama aku tidak bertemu dengannya, darimana dia dapat kontak pribadiku?. Bagaimanapun juga ini tidak terlalu baik, aku sudah bisa lepas dari bayangannya beberapa tahun ini. Aku sudah bisa normal, kenapa dia harus muncul lagi ?

Me :

Kalau Pras, terus kenapa?

0812xxxxx :

Kita harus bicara besok

Me :

Hei pak,

Bapak itu siapa seenaknya ambil keputusan.

Saya gak bisa asal ketemu sama orang asing

0812xxxxx :

Saya bukan orang asing, Ima

Me :

Walaupun kamu teman saya,

Tetap saja kita sudah lama tidak ketemu.

Jadinya ya asing lagi

0812xxxxx :

Besok, jam 3 sore

Di BMK citra,

Kamu biasa makan disana kan?

Me :

Wahh,

Luar biasa sekali bapak ini

Bapak stalker ya?

0812xxxxx :

Anggap saja seperti itu

Wah menyeramkan sekali dia, sudah ambil keputusan seenaknya, maksa, stalker pula. Ini orang apa enggak berubah ya? selalu menganggap gue selalu suka sama dia? jadi dia yakin gue enggak bakal nolak?. Apa yang dia mau ya? kenapa setelah sekian lama dia mengajak bertemu ? dan mau bicara apa dia? ingin kasih undangan pernikahannya ?. Yah baguslah, sekalian aku tunjukkan ke dia, kalau saya sudah tidak peduli lagi dengan dia.

***

PRAS POV.

Orang asing katanya?, dia memang tidak pernah berubah. Selalu spontan dan ceplas ceplos. Duh, Pras. Calon istrimu ini sepertinya nanti agak susah di atur. Walaupun begitu, aku yakin Tuhan punya alasan baik mengirimkan aku sebagai suaminya nanti. Jadi tidak sabar untuk besok, seperti apa ya dia sekarang? apakah masih dengan gayanya yang khas dan out of the box itu ? dengan style girlband korea kesukaannya? atau sekarang dia sudah menjelma menjadi tante – tante?. Ya Tuhan, selalu restuilah aku di setiap langkahku, walaupun sebenarnya memang belum sah, tapi besok dia akan tau kalau aku lah yang nanti jadi suaminya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00, apa dia sudah di jalan atau aku harus menjeputnya?.

Me :

Ma, mau aku jemput?

Future Wife :

Telat,

Saya udah di Bus

Me :

Oh, kamu naik bus?

Future Wife :

Pak, saya gak punya honda jazz

Kalau punya saya udah naik itu.

Me :

Hati – hati

Future Wife :

Yeelah,

Udah biasa!

Me :

Apalagi kamu sendirian

Future Wife :

Ya elah pak,

Perlu saya jabarin berapa juta kali saya naik bus sendirian?.

Ima, kamu bikin saya tambah gemas sama cara berkomunikasi kamu itu, spontan dan apa adanya. Baguslah kalau aku dapat gadis mandiri, yang tidak takut sendirian dan yakin bisa jaga diri sendiri.

***

IMA POV.

Astaga Ima!, kenapa jadi nurut gini sih?. Udahlah enggak usah datang aja. Eh, tapi kalau ternyata dia udah nunggu gimana?. Haduhh, harus gimana?. Aku sudah bisa hidup tanpa bayangannya, kenapa harus datang lagi ?. Kalau memang mau kasih undangan, ya kirim aja kali pake JNE. 15 menit lagi sudah mau jam 2, kalau enggak berangkat sekarang bisa macet. Argghhh yaudah lah, tinggal jutekkin dia aja lah nanti.

"Ma, aku pergi ya". Aku berpamitan dengan mama

"Mau kemana?"

"Ketemu teman lama"

"Yaudah, hati – hati. Kamu naik apa?"

"Bus, ma"

"Awas copet"

"Ya ampun, ma. Di bus sekarang aman enggak ada copet"

"Hati – hati"

"Iya mama sayang"

Aku sudah berada di dalam bus, terdengar bunyi pesan masuk di hp ku.

"Ma, mau aku jemput?"

Ngapain lagi jemput – jemput, muhrim juga bukan. Nanti dia menang banyak lagi, kayak pas dulu dia boncengin si Rani. Apalagi motornya dia laki banget, eh tapi masih yang itu gak ya motornya?. Udah ah! peduli banget, mau pake motor apa kek, honda jazz kek, udah enggak ngaruh.

Malapetaka :

Hati – hati.

Me :

Yeelah,

Udah biasa kali pak.

Malapetaka :

Apalagi kamu sendirian

Me :

Ya elah pak,

Perlu saya jabarin berapa juta kali saya naik angkot sendirian?.

Dia belum tahu kalau aku sudah terlalu lama sendiri, lagipula emang kenapa kalau sendiri?. Ini orang kesambet apa tiba – tiba peduli sama gue?. Dulu kemana saja ya?, ada maunya aja begini, pasti nih minta kontaknya Rani atau mau di kenalin sama cewek. Biasakan cowok kalau baru patah hati selalu begitu.

Aku sampai duluan di lokasi, ya berarti aku yang menentukan meja nomer berapa, dominasi saja ima, mumpung dia lagi baik.

Me :

Saya di meja nomer 21

Malapetaka :

Saya sudah pesan di nomer 10

Me :

Eh pak, saya yang duluan nyampe

Kok bapak yang atur?

Malapetaka :

Saya laki – laki

Duh, ya memang kenapa kalau laki – laki?. Di mana – mana cewek itu yang menang. Ini orang bikin gue ngalah mulu dari kemarin, apa gue nya aja yang bodoh?. Yaudahlah ah! Aku pindah saja. Aku membawa tas ku dan beranjak menuju meja nomor 10.

Me :

Ya,

Saya sudah di kursi no. 10

Malapetaka :

Anak baik

Ya ampun, pak. memang saya sudah baik daridulu, baru sadar?. Oh iya mungkin dia baru bangkit dari kubur.

Tak lama seorang pelayan datang memberikan beberapa lembar undangan.

"Permisi mbak, maaf saya di perintah buat kasih tau ini ke mbak"

"Mas, ini kok undangan banyak banget untuk apa ya?"

"Mas yang reservasi yang pesan, buat liat – liat ini dulu mbak"

"Dia suruh saya liat ini?"

"Iya mbak"

"Mau nikah ya mbak?"

"Enggak. Mas yang reservasi meja itu agen percetakan undangan"

"Oh kirain mbak, permisi mbak"

Nikah? ngomong - ngomong, dia yang mau nikah kenapa aku yang disuruh milih undangannya ya?. Gawat nih kalau ada yang salah paham terus datang ke kantor, ngejambak dan ngatain aku pelakor. Bisa habis karier gue (tepok jidat).

***

PRAS POV.

Aku sedang memandanginya dari jauh, aku sudah di tempat ini sejak beberapa menit yang lalu. Dia itu memang unik, agak keras kepala tapi nyatanya dia penurut. Dengan gusar dia pindah dari meja 21 ke nomer 10, katanya tidak terima, tapi tetap saja dia lakukan. Ternyata ada sifat baik yang tidak pernah aku sadari dari dirinya, rupanya aku sudah menutup mataku terlalu lama. Ima, kesalahanku yang lalu akan aku tebus, aku akan menemami dirimu di sepanjang hidupku.

Aku berjalan menuju ketempatnya, apa dia sudah tertarik dengan beberapa sample undangan yang aku berikan ya?. Semua warna pink, sesuai warna kesukaannya, aku hanya tahu sedikit tentang dia, tapi aku akan membuatmu cerita semuanya yan telah kamu alami, saat kamu hidup sebelum aku datang di hari ini.

"Hai, udah lama?"

"Anda telat 15 menit", jawabnya ketus.

"Sorry, jalanan macet"

"Makanya berangkat lebih awal"

"Kamu aja yang berangkat jam 2, baru sampe 15 menit yang lalu"

"Tahu darimana?"

"Daritadi aku berdiri di situ sambil merhatiin kamu", ucapku sambil menunjuk tempatku bersembunyi tadi.

"Bravo! lo stalker, Pras!. Pakai banget"

"Hahahaha. Lucu sih liat kamu"

"Apaan sih!. Anda ada urusan apa sama saya?"

"Udah liat undangannya?"

"udah", jawabnya yang tampak kebingungan.

"Kamu suka yang mana?"

"yeh ini orang ngelawak. Yang mau nikah bapak, kok tanya saya?. Ini itu aneh ya, pras. Kamu sudah 7 tahun tidak ketemu saya, lalu tiba – tiba ajak saya ketemu, kemudian nyuruh saya pilih undangan, undangan pernikahan kamu !. Apa urusannya sama saya ?", ujarnya dengan penuh kekesalan.

"Pernikahan kita"

"(cegluk) Apa tadi anda bilang?"

"Pernikahan kita"

"Hahahahahahahhahhahahahahahahhhahahahahah". Lalu dia terdiam

Batin pras : dia anggap ini lucu?

Batin ima : fixed, dia kesurupan

Kemudian suasana menjadi hening,

"Ehem, gini ya pras. Saya tau saya memang... ehm gini!. Kamu itu memang kenangan saya, saya pernah mencintai kamu dan memendam perasaan untuk kamu dalam waktu yang lama. Tapi tidak harus begini juga cara kasihani saya. Saya itu udah anggap semuanya berlalu, Pras. Saya hidup dengan normal sekarang. Jadi INI TIDAK LUCU"

"Ini awal baru buat aku dan aku lagi enggak bikin lelucon, Ima"

"Heh, kamu sadar enggak! dulu 8 tahun, Pras. 8 tahun saya susah untuk bisa move on dari kamu, saya hidup dalam bayangan kamu, setiap hari liat media sosial kamu. Tapi, kamu apa?. Emang kamu peduli?, tahu saya masih bernafas aja enggak. Sekarang seenaknya bilang, PERNIKAHAN KITA!. Memang kamu bisa menebus waktu 8 tahun yang saya habiskan dalam ketidakpedulian kamu?, BISA?"

"Maaf"

"Nah kan, kamu enggak bisa. Lagipula sudah ada yang melamar saya dan semua keputusan sudah saya serahkan mama saya"

"Itu saya"

"Gimana?"

"Itu saya yang melamar kamu. Lagipula saya bilang maaf bukan karena tidak bisa, maaf saya untuk perlakuan saya terhadap kamu di masa lalu. Saya bisa menebusnya, saya rela buang waktu saya seumur hidup buat nunggu kamu percaya sama saya"

Ima terdiam, dia mengambil gelasnya lalu menyedot lemon teanya sampai habis.

"Malapetaka!"

"hah?"

Selesai makan kami ke luar dari Mall bersama. Dia masih nampak dia dan menatap ku dengan mata yang tak ramah.

"Aku antar kamu pulang"

"enggak perlu. Gue mau ke psikiater dulu"

"hah?"

"Mental gue jatuh gara - gara lu!. Coba lu bayangin, gue udah bangun benteng yang kokoh dan begitu lu datang, seenaknya lu ambrukin benteng gue. Aaaarrrrgghhh!"

Dia langsung berlari meninggalkanku. Aku ingin mengejarnya tapi ku tahan. Ya mungkin dia masih sulit menerima ini, apalagi kisah kita di masa lalu tidak begitu baik. Aku akan beri dia waktu.

Ternyata aku sudah membuang waktunya sebanyak itu, 8 tahun dia mencintaiku tapi aku malah tidak peduli. Berarti saat kita bertemu di hari pernikahan teman kita, perasaannya masih sama saat kita masih memakai seragam putih biru. Apa yang membuat dia mencintaiku dalam waktu yang lama?, kenapa dia tidak memilih laki – laki yang lebih baik dariku?. Aku meminggirkan mobilku dan berhenti sejenak, aku menyandarkan tubuhku, sambil menghela nafas. Aku mengambil ponselku,

"Rik, kita ketemu sebentar bisa?. Ada yang mau gue omongin"

"Oh bisa. Lu ke toko gue aja mumpung sepi"

"Oke, gue jalan sekarang"

Rika adalah sahabat baiknya sampai sekarang, belum lama aku bertemu dengannya. Dari dialah aku tau kalau ima belum dilamar oleh orang lain.

"Duduk pras. Kenapa lu?"

"Gue mau nikah sama Ima"

"Jadi lu serius ngelamar dia?. Akhirnya curhatan dia yang dulu membuahkan hasil hahhahahah"

"8 tahun gue udah buang waktu"

"Iya gue tahu itu. dan 7 tahun ini dia udah berhasil lupain semuanya, tapi lu datang tak terduga"

"Apa gue ini jahat?"

"Enggak. Karena kedatangan lu sekarang memberikan keputusan buat dia. Bukan membuat dia harus nunggu lagi"

"Gimana dia bisa suka sama gue selama itu sih ?"

"Lu tahu kan dia keras kepala. Kalau udah maunya itu, ya itu. dia Cuma bilang, kalau dulu dia yakin kalau lu masuk jadi kriteria suami yang baik buat dia"

"Kalau kepercayaan itu udah hilang gimana?"

"Dia mencintai lu 8 tahun, bisa melupakan baru sebentar pasti dia bakal balik lagi. Apalagi kalian itu nanti menikah, tinggal satu rumah jadi lebih mudah"

"Pasti akan sulit"

"Gue yakin, Pras. Rasa itu belum sepenuhnya hilang dari hatinya dia. Sekarang mungkin pudar, tapi itu karena kemarahan bukan karena dia tulus lupain lu"

"huh", aku mengehela nafasku.

***

IMA POV.

Perasaanku campur aduk, marah, kesal, ingin menangis tapi bagaimana caranya aku meluapkan ini?. Kenapa mama begitu mudah menerima lamaran pria yang tidak mempedulikan putrinya?. Dulu mama bilang "lupakan sajalah, dia itu jangankan peduli, tahu kamu masih hidup aja enggak". Tapi kenapa ma?, kenapa mama terima jadi menantu mama?.

"MAMA!"

"Iya. kenapa sih?. Masuk rumah itu ucap salam jangan seradak – seruduk"

"Iya. Assallamualaikum"

"Waalaikum sallam. Nah gitu dong, apalagi sebentar lagi kamu kan kamu punya suami jadi kamu harus bisa sopan sama suami"

"Nah justru itu yang mau aku omongin"

"Kenapa?"

"Ma, mama kenal Pras itu siapa?"

"Kenal. Dia teman SMP kamu kan?"

"Duh, bukan bagian itu. bagian yang lebih vital lagi"

"apa sih kamu, vital – vital segala"

"Ma, pras itu orang yang bikin mama khawatir sama aku"

"Maksudnya?, dia kan mau jagain anak mama kok pake di khawatirin"

"Ih mama. Dia itu cinta pertama aku, ma. Orang yang bikin aku enggak bisa move on selama 8 tahun. Yang aku tunggu tanpa ada alasan yang jelas, yang bikin aku menolak semua cowok yang mendekati aku, sampe mama khawatir aku gak pernah punya pasangan karena aku terus menunggu dia"

"Hoammm. Mama ngantuk nih"

"Ma, ih kok mama gitu"

"Udah. Tidur sana, biar segar. Calon pengantin itu enggak boleh banyak begadang". Mama membalikkan tubuhku dan menuntunku ke tangga agar aku naik dan masuk ke kamar.

PERNIKAHAN KITA!, itu kata yang terus terngiang di telingaku. Aku buang tas ku ke sudut kamar, aku bantingkan tubuhku ke atas kasur. Ini apa sih?, mimipi konyol apa ini?.

"Aarrrrggghhhhh. Gue udah susah - susah lupain lu. Tapi kenapa lu malah ngelamar gue. Dasar! Pras nyebelin!. Aaaaarrrggghh!"