Chereads / With My First Love / Chapter 2 - AWAL BERTEMU

Chapter 2 - AWAL BERTEMU

18 Tahun Yang Lalu

IMA POV.

Aku bangun sangat pagi hari ini, karena ini adalah hari pertamaku di kelas 8. Di sekolahku sistemnya rolling class, jadi setiap tahun ajaran baru aku pasti selalu dapat teman baru. Aku persiapkan diri dengan baik, aku kan akan bertemu dengan teman baru.

"Ima, sarapan"

"Iya, Ma. Sebentar"

Aku pun segera turun ke bawah. Tapi eits, aku harus lihat diriku sekali lagi di depan cermin.

"Nah bagus!"

Sebelum berangkat aku sempatkan diri untuk sarapan. Hari ini kan hari senin, jadi aku harus sarapan agar tidak pingsan di lapangan saat upacara.

"Ima, berangkat sekolah yuk", Seru Rika dari depan rumah.

"Iya!"

Itu suara Rika, dia memang selalu menjemputku sebelum berangkat ke sekolah.

Ku selesaikan sarapanku dengan cepat, susu pun segera aku teguk.

"Pelan - pelan"

"Ima, berangkat Ma. Assallamuallaikum"

"Waallaikumsallam"

Aku menyalimi mama lalu segera keluar dari rumah.

Aku bawa sepedaku, iya aku dan Rika memang selalu berangkat ke sekolah naik sepeda. Kebetulan sekolah agak dekat dan sekalian juga irit ongkos.

"Eh, Kita sekelas lagi gak ya Ma?"

"Mudah - mudahan deh"

Kami menggowes dengan santai sepeda kami. Sesekali kami sapa teman yang kami lewati. Angin pagi berhembus begitu menyegarkan, berbarengan dengan polusi kendaraan yang lewat. Aku nikmati pagi ini sambil menerka - nerka, siapa saja ya temanku nanti?, kelasku akan seperti apa ya?.

***

Kami berbaris di lapangan dan melakukan upacara rutin hari senin. Setelah upacara selesai kami duduk di lapangan sambil menunggu nama kami di sebut. Aku dan Rika duduk berdekatan sambil berpegang tangan.

"Ima, kok nama kita gak di panggil ya?"

"Sabar aja"

Memang sudah lama nama kita dan beberapa anak murid lainnya tidak di sebut. Aku naik kelas tidak sih sebenarnya? Kok belum dapat kelas.

Murid sudah hampir habis dan masuk ke kelas mereka tapi aku dan beberapa masih duduk di lapangan.

"Sisanya, masuk ke kelas 8-10"

Hah? Kelas paling akhir!. Aku dan Rika pun saling memandang. Kok bisa? Apa kami terlalu bodoh?. Aku dan Rika pun tampak lesu masuk ke dalam kelas.

"Ima kita duduk bareng yuk?"

"Iya"

Kami pun masuk ke kelas dan yang tersisa adalah meja di depan meja guru. Serius tuh? Lah kok kita yang jadi sajen?.

"Cuma itu Ima?"

"Iya"

Kami saling memandang,

"Hemp yaudahlah Ri"

"Yah daripada di belakang"

Ternyata anak laki - laki di kelasku begitu rusuh dan berisik.

"Yah gini lah nasib kelas buangan", keluh temanku yang duduk di belakangku.

"Iya. Udah dua kali gue di kelas bontot", keluh teman sebelahnya.

"Jadi kita di buang Ma?", tanya Rika padaku.

"Sepertinya! Lihat deh anak - anaknya rusuh"

"Kalian baru pertama ya nyicip kelas bontot?"

Aku dan Rika pun mengangguk mengiyakan.

"Yah gini emang rasanya, apalagi yang cowok", ujarnya sambil menengok ke kawasan para cowok yang sibuk merusuh.

Mataku pun tak sengaja menangkap sesuatu. Ada cowok yang duduk di meja paling depan, yang tenang sambil membaca bukunya. Apa cuma dia yang paling tenang? Apa hanya pencitraan karena masih baru?.

"Heh!", Rika menegurku.

"Eh sorry", aku begitu fokus memandanginya hingga larut dalam lamunan.

"Lihatin siapa sih?", Rika mencari ke bangku sebrang.

"Bukan siapa - siapa", elakku.

Aku kembali fokus ke depan, sambil sesekali aku melirik ke arah siswa yang begitu tenang dengan buku catatan lamanya.

Saat jam istirahat aku pergi kantin bersama Rika. Kebetulan kami berdua belum dekat dengan yang lain, jadi kami hanya berduaan ketika melakukan sesuatu.

"Kalau kantin ramai, kita ke koperasi aja yuk. Beli roti dan air, terus di makan di kelas", usulku.

"Iya. Pasti ramai sih. Gue enggak nyaman kalau terlalu ramai"

Benar saja, baru saja kami melangkah masuk. Suasana kantin sudah membuat kami ilfil. Aku dan Rika saling memandang lalu berbalik.

Kebetulan aku berbalik asal dan langsung melangkah tanpa memperhatikan keadaan belakang. Tidak sengaja aku menabrak seseorang.

Bukkk...

"Sorry", ujarku sambil melihat orang itu.

Cowok tampak kesal. Dia melotot ke arahku dan berdecak mengeluh.

"Ck"

"Sorry gue enggak hati - hati"

Dia cuek saja lalu pergi dengan wajah yang begitu dingin dan jutek.

"Astaga jutek banget sih", ujarku.

"Dia kan Andi. Anak kelasan kita, yang tadi lu tanyain"

Aku coba mengingat si cowok sebrang yang sedang membaca buku.

"Oh iya. Ih dingin banget"

"Kayaknya emang wataknya gitu"

Aku hanya menggeleng lalu melanjutkan langkah tanp menghiraukannya lagi.

***

2 minggu di kelas baru ini aku banyak mengalami hal konyol. Anak - anak disini ternyata lebih usil dan rusuh dari yang ku kira. Baru 2 minggu di kelas baru, kita sudah buat heboh dengan mengunci guru bahasa inggris kami di toilet. Perkaranya, kami belum belajar dan minggu ini ulangan. Jadinya guru di kunci supaya gak jadi ulangan.

"Kalian keterlaluan hiks hiks. Kalian masih SMP tapi tega berbuat seperti itu kepada yang lebih tua hiks hiks. Sudah saya tidak mau mengajar lagi!"

Guru itu pun keluar dan kami pun masih tetap hening. Begitu guru itu agak jauh, kami sekelas berteriak.

"Woooo kagak jadi ulangan!"

"Yeay!!! "

Prok... Prok... Prok...

Usil sih tapi kok seru ya. Biarpun kami di bilang bontot dan terbuang tapi bukan berarti bodoh. Iya kami punya kecerdasan masing - masing, termasuk dia, Si laki - laki cool yang duduk di sebrang yang super jutek itu.

"Eh Ri", aku menyenggol Rika.

"Apaan?"

"Cowok yang duduk di deretan kita itu, di sebrang yang di bawah jendela. Siapa namanya?"

"Yeelah loe 2 minggu disini masa gak kenal. Itu bukannya yang jutek di kantin juga"

"Siapa namanya ? Gue lupa!"

"Andi Prasetia"

"oh"

Andi Prasetia, akhirnya aku ingat namanya. si cool yang sering maju ke depan saat pelajaran fisika. Keren, pintar, rajin belajar, taat peraturan. Saat dia maju menyelesaikan soal aku sering memperhatikannya. Lama - lama bukan hanya saat di depan kelas, tapi mata ini terus ikut dengannya sampai ia kembali duduk di kursinya.

"Woy! Kedip"

"Ih apaan sih?"

"Lu lihatin Andi ya?"

"Ih apaan!. Enggak kok"

Andi itu bukan lah yang paling tampan di kelas. Kalau masalah tampan teman yang duduk di belakang kursinya lebih tampan, tapi entah kenapa hati bilang kalau Andi lah yang lebih menarik. Dia manis saat tersenyum

Dia si nomor absen 4, si Libra yang begitu memikat. Yang kalau hari senin berbaris di sampingku, yang selalu ku pandangi saat aku jenuh di dalam kelas. Senyumnya begitu manis, tampangnya pun tak membuat orang bosan.

"Ah fix nih lu suka Andi", Goda Rika yang mengganggu fokusku yang sedang memandangi Andi dari jauh.

"bukan Andi kok"

"siapa? Jelas yang lu lihat Andi"

"Pras"

Pras, adalah sebuah nama yang lebih ku suka untuk memanggilnya.

"Hemp pakai nama lain supaya gak ketara lu naksir dia? Hahaha"

"Kan emang namanya Prasetia"

Setiap hari aku selalu mencuri waktu untuk sekedar memandangnya yang tengah serius dengan bukunya. Aku pun selalu mencuri pandang ketika pelajaran olahraga. Dia begitu keren, tubuhnya pun nampak sexy. Dia itu termasuk salah satu anak yang jago dalam pelajaran olahraga. Apalagi kalau dia sedang push - up, semua anak perempuan berteriak histeris melihat tubuhnya yang sexy dengan gerakan yang begitu sempurna.

"Aaaa ya ampun Andi keren!"

"Andddiiii keren banget sih!"

Sebagai orang yang pendek, aku hanya bisa menyempil di antara mereka sambil mengintip Pras dari celah - celah. Waow, iya sih dia keren meski tak tampan tapi bentuk tubuhnya gak kalah dari artis india.

Pras itu jadi favorit karena dia yang cerdas dan karena punya badan yang bagus. Tingginya lumayan, terlebih lagi perutnya kotak - kotak seperti roti sobek. Tapi... Apalah aku yang boncel seperti ini dan tidak cantik, huft.

***