Chereads / Parallel dimensional explorer: becoming another future / Chapter 34 - Chapter 10 Part 3/4 Oprasi Tangan besi

Chapter 34 - Chapter 10 Part 3/4 Oprasi Tangan besi

Lekukan-lekukan akibat benturan proyektil menghiasi unit Albion. Tembakan beruntun terus terjadi, itu membuat cahaya kelap-kelip pada siang hari.

Jumlah unit lapis baja Albion lebih banyak dari para penyusup. Meski begitu kenyataan bahwa mereka di tekan membuktikan kemampuan pilot antar kedua pihak dalam tingkat yang berbeda.

Walau ada juga faktor dimana unit kekaisaran berupaya untuk meminimalisir kerusakan.

(Aku tidak percaya mereka menyimpan lima unit lapis baja. Dari mana mereka mendapatkan semua itu? )

Untuk kesekian kalinya Tia mendecakan lidah kesal.

Di dalam unit Albion yang Tia kendarai, terdapat banyak sekali hologram di sekitar wajahnya. Pada bagian depan layar teransparan ada laporan bawahan Tia masuk.

"Komandan, musuh di sebelah barat membangun barikade pertahanan. Unit kami saat ini sedang menerobos."

"Bagus! Ratakan mereka semua."

Unit di bawah perintah Tia terpecah menjadi tiga tim yaitu Alpha, beta dan Tetha.

Masing-masing mengejar lapis baja musuh yang kabur bersama orang-orang selamat dari ledakan.

Tiga unit di hadapi Tia sekarang, sementara yang lainnya melarikan diri sambil terus membuat semacam tindakan agar salah satu dari mereka bisa lolos. Tindakan yang sangat jelas terbaca, bahkan oleh perwira setingkat Tia.

Melihat seberapa banyak jumlah korban di pihak mereka selama ini. Sudah pasti misi pencurian data adalah yang utama, setidaknya mirip seperti bagaimana perwira-perwira Kekaisaran beroperasi.

Kepentingan negara di atas kepentingan individu. Itu sudah mereka sadari sebelum kontrak kerja di tawarkan sejak awal masuk sekolah militer.

Tia mengerakan Albion miliknya untuk berlindung ke balik gedung apartemen dari rentetan tembakan musuh.

Ketika proyektil menghantam dinding bangunan, penetrasi yang di tumbulkan membuat semacam ledakan beruntung sepanjang beberapa meter. Itu terus di tembakan ke arah Tia.

Di balik bagunan, dimana Tia bisa melihat percikan cahaya akibat panas yang di hasilkan peluru saat itu menembus lampu bundar di sampingnya, menyebabkan percikan api menetes ke badan Albion.

(Betapa merepotkannya situasi ini! )

Sekalipun Tia secara pribadi tidak terlalu suka hal yang berubungan dengan politik. Tapi kebanyakan perkerjaan Tia selalu melibatkan aspek itu sejak awal.

Dan Medan merepotkan adalah alasan Tia menekan tombol sekarang. Tombol di tekan dan komunikasi muncul di layar.

"Kirim unit Drone militer ke kordinatku saat ini. Dan katakan pada mereka segera tembak saat melihat lapis baja musuh di hadapanku."

Akan merepotkan bila membiarkan pertempuran sampai melebar ke Distrik perkantoran atau distrik perbelanjaan, dimana pada siang hari kebanyakan penduduk berada di sana.

Apartemen penuh akan tempat tingal, mungkin satu hal. Tapi jauh lebih rumit bagi rekan Tia di atas meja, bila harus mengurus dampak politiknya pertempuran di pusat perkantoran.

Para penyusup yang beroperasi pada malam hari, sudah pasti bersembunyi di siang hari. Itu mungkin juga salah satu alasan mengapa mereka memilih pemukiman penduduk untuk di jadikan benteng.

Di samping sangat sedikit masyarakat melebarkan telinga terhadap personel mereka ketika tidur, atau di saat mereka menempa sesuatu dan membuat suara berisik untuk mempersiapkan rencana pencurian selanjutnya. Ada juga harapan manis bahwa tentara Kekaisaran cukup bermurah hati untuk membiarkan mereka tidur pulas.

Tia mulai menguatkan ekspresinya, Kemudian air keringat mengalir ke pipi dan rambut Tia menutupi sebagian mata kanannya.

Itu adalah ekspresi Tia ketika dia merasa perlu untuk meratakan semuanya.

"Tidak peduli dimana posisi mereka sekarang. Entah mereka meringkuk ketakutan dari balik gedung atau menjadikan pemukinan sebagai tameng, Aku tidak peduli itu semua!! Ledakan mereka sampai menjadi abu!!.. Tugas kita sebagai prajurit Kekaisaran adalah membersihkan sampah sebelum itu menumpuk dan menjadi sumber penyakit. "

Wajah cantik yang biasa dia tunjukan pada situasi biasa mungkin satu hal, tapi saat ini Tia ada di dalam kokpit Albion sendirian, dimana dia bebas menujukan emosinya tanpa kawatir terhadap wibawanya sebagai komandan.

Wanita cantik jelita, apa lagi dengan seragam perwira militer ketat akan membuat Pria manapun mendekatinya, tapi jika seseorang melihat Tia sekarang, mereka akan berfikir ribuan kali hanya untuk sekedar memandangnya saja.

Hari libur yang menjadi hari lembur, sudah cukup untuk membuat emosi Tia memuncak.

Ketika urat saraf di sekitar lehernya mulai menunjukan warna biru dan terlihat menonjol, Seseorang menjawab panggilan Tia.

"Ini komandan Corps Mechanik angkatan darat ke-24, menerima pangilan. Di mengerti mayor, dukungan unit Drone akan segera aku kirim.. Titik kordinat yang di tuju— ah?"

Ketika Tia mendengar nada suara yang Tidak dia sukai. Alisnya mulai terangkat dan matanya mulai melebar.

Tidak ada yang lebih buruk dari pada keterlambatan bantuan hanya karna keraguan bodoh. Setidaknya itu yang dia pikirkan saat ini.

Oleh karna itu, Tia meningikan nada suara seraya berkata.

"Siapa saja yang meragukan perintahku. Akan aku catat mereka dalam laporanku sebagai penghianat!! Lakukan atau mati! "

Keraguan terhadap situasi darurat, bisa berarti ada permasalah dalam kedisiplinan atau pada kualitas pengajaran.

Sesuatu seperti membuat semacam laporan untuk merubah protokol di situasi darurat, mungkin salah satu pilihan bagus. Bahkan itu yang sempat di pikirkan Tia sekarang.

Kalaupun Tia di gambarkan sebagai komandan kejam yang memaksa para bawahannya untuk bertindak berutal nantinya, sekalipun yang mereka habisi adalah sebagian kecil masyarakat kekaisaran sendiri.

Itu tidak akan membuat Tia ragu sedikitpun. Selama para atasan tahu apa yang mereka lakukan, meski harus mengotori tangan Tia, demi kekaisaran semuanya pantas untuk di lakukan.

Albion Tia melepaskan tembakan beruntun. Benturan mengetarkan telinga ketika peluru mencapai gedung dimana pihak musuh bersembunyi, membuat semacam asap kecil memenuhi jalan.

Pihak musuh balas menembak. Pertukaran serangan terus terjadi dari waktu ke waktu.

Goresan demi goresan mulai menghiasi Albion Tia, kususnya pada bagian lengan dimana hantaman peluru kadang mengenai dan memercikan cahaya api.

Albion Tia berlindung kembali. Tangan Albion memegang senjata lalu melepaskan amunisi dan mengisi ulang, serta menganti baterai senjata saat layar menunjukan kedipan warna merah kecil.

Melepaskan hingga terjatuh ke tanah. Asap kecil hasil suhu panah ekstrime mulai terangkat ke udara lalu memudar.

Baterai yang memiliki tegangan listrik terkonsentrasi cukup besar, kini kosong bagikan kain basah di peras menjadi kering.

(Cihk... Apa gunanya senjata Kinetik, jika itu tidak benar-benar menembus beton dan lapis baja secara bersamaan. Mungkinakah kaliber pelurunya terlalu kecil?)

Di hadapkan pada keterbatasan kecepatan senjata api, peluru yang di dorong tenaga kinetik jauh lebih menjanjikan untuk memanfaatkan hukum fisika tentang pengaruh kecepatan, yang berkolerasi terhadap kerasnya peluru ketika itu di tembakan.

Dari pada senjata api Teradisional, senjata kinetik baik dari kecepatan maupun daya tembak jelas jauh lebih ungul.

Masalah utamanya hanyalah tentang betapa borosnya energi, meski pada akhirnya bisa di atasi dengan efesiensi.

Senjata kinetik, terbukti lebih cocok dipakai dari pada Artileri yang di fungsingkan untuk mengantam target diam, sementara yang mereka lawan sekarang iyalah target yang memiliki mobilitas setara Albion.

Pertempuran Lapis baja, jelas memiliki tingkatan berbeda.

Oleh karna itu, ketika Tia membaca laporan masuk yang terasa seakan selama belasan jam, akhirnya sampal ke layar Tia.

Dia menujukan seringai kegembiraan terhadap berita baik di depan mata.

Terus menembak untuk mengalihkan perhatian. Kemudian Tia berkata—

"Bukankah para laki-laki yang kudengar, suka sekali terhadap ledakan? Maka akan aku tunjukan apa itu ledakan sesunguhnya."

Ialah pengetahuan baru untuk Tia, dia tidak sekalipun terlintas di kepala Tia suatu fakta diamana lelaki suka sekali ledakan. Kalo saja tidak di beri tahu adiknya Lina, dia mungkin tidak akan tahu sampai sekarang.

(Belakangan Ini, Lina sering sekali membicarakan soal pria.)

Ketika seseorang melakukan sesuatu yang jarang dia lakukan, pasti ada hal yang mendorongnya seperti itu.

Ini terjadi tepat setelah Tia mengenalkan seorang Pria kantoran ke Lina. Siapa sangka Lina akan sering membicarakan seorang laki-laki setelahnya.

Seorang pria kantoran yang seumuran dengan Lina, dan bahkan bekerja di salah satu Mega Corporation negara Central. Di mata Tia, pria itu sebenarnya cukup menjanjikan.

Sebagai sahabatan Lina tentu saja.

Seseorang penghubung ke perusahaan besar, bukanlah ide buruk sejak awal. Dengan begitu Lina bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan nyaman. Setidaknya Tia tidak harus memikirkan pekerjaan apa yang Lina ambil setelah lulus nanti, karna pilihan terlihat terbuka lebar.

Oleh karna itu, secara bertahap Tia mengakrabkan dirinya dengan Pria itu. Mengetahui apa yang biasanya di lakukan seorang Pria, kebiasaan mereka, pikiran mereka atau bahkan kesukaan mereka. Sesuatu yang sangat identik.

Tia masih mengingat, ketika dia bertanya Lina soal Laki-laki, muncul semacam senyuman kecil Lina sendiri. Masa pubertas mungkin faktor utama.

Melupakan semua imajinasi tentang masa libur panjang dan rencana yang akan di ambil. Tia kembali ke kesadarannya saat ini.

Seringai kecil di bibir kembali menjadi keseriusan.

Suara gemuru mengelegar dari langit.

Laporan kemunikasi kembali masuk.

"Komandan, Unit Drone siap menembak"

Dari atas langit, muncul sebuah pesawat kecil berwarna putih meluncur dengan kecepatan super tinggi.

Pesawat itu melitas di ketingian 3000 kaki.

Semakin dekat ke arah Tia sekarang.

Setelah titik kordinat dicocokan tepat di layar, Tia langsung berteriak.

"TEMBAK!!!"

Unit Drone menjatuhkan sesuatu. Sesuatu seperti roket meluncur ke target.

Ketika itu mendekati posisi musuh Tia, roket itu meledak dan menyebarkan bagian kecil seperti kotak bungkusan yang mengeluarkan isi didalamnya, sementara pada bagian ujung langsung menuju ke arah target.

Saat itu mengahantam salah satu Lapis baja musuh. Langsung membuat ledakan besar mencuat ke atas langit, gelombang kejut yang di hasilkan cukup untuk menghancurkan jendela apartemen sejauh puluhan meter.

Dari mata Tia ketika menatap ke layar, satu gedung hancur sepenuhnya.

Meski begitu dua lapis baja musuh menghindari ledakan. Asap hitam tebal melapisi permukaan.

Salah satu lapis baja musuh keluar dari sana. Tapi tiba-tiba tembakan udara langsung menghujani posisi target.

Logam-logam mulai bengkok, berlubang serta pada akhirnya percikan listrik berwarna biru meledakan Lapis baja musuh.

Drone militer dengan empat baling-baling utama melayang di udara.

Debu-debu akibat angin, mulai menerpa ke arah Albion.

Di dalam kokpit pilot, Tia bersuka cita. Dan jika berita baik di depan layar belum cukup, maka laporan bawahan Tia yang masuk menambah kuat perasaan itu.

"Komandan, unit Infanteri musuh telah sepenuhnya di habisi."

"Bagus, sisanya hanya tersisa satu unit."