"... Karena ini adalah kekalahan telak pertamaku. Maka selanjutnya aku harus menang darimu." Suara Noah terdengar kental dengan emosi. Dia menatap langit di atasnya dengan ekspresi yang berubah setenang air di musim semi.
"Apa maksudmu?" ucapku.
"Ini adalah kemenanganmu! Aku kalah! Mengenai yang sebelumnya ... aku ... minta maaf."
Hehh? Apa itu? Tidak dengar.
"Ah, maaf. Aku tidak dengar. Bisa ulangi?"
"Ghh! Aku bilang aku minta maaf!" teriak Noah. Wajahnya seketika berubah merah padam.
Sulit kupercaya jika Noah berani mengatakannya selantang itu. Kupikir dia ini tsundere.
Aku kemudian tersenyum dan menghampirinya, mengusap kepalanya seraya berkata, "Terima kasih. Kau sudah berjuang dengan keras, Noah."
Wajahnya kini semakin memerah. Dan dia menepis tanganku dengan kasar dan berlari menjauhiku. Dia pergi kembali ke dalam rumahnya. Sepertinya dia masih malu-malu mengakuinya. Tapi, ya sudahlah. Dengan begini semuanya sudah berakhir.