"Aah! " Aku terbangun dengan cara yang tidak elite. Sedikit berteriak dan berantakan.
Tunggu dulu, di samping ini semua, ada sesuatu yang lebih penting yang terjadi. Aku, mengapa aku masih hidup. Sudah sangat jelas jika aku kemarin meninggal karena nyeri di dadaku. Tapi mengapa aku sekarang masih bernafas.
"Nona sudah bangun? "
Melisa? dia masih hidup? Ap sebenarnya yang terjadi padaku. Mengapa aku masih bernafas dan Melisa masih hidup.
'Apa aku terlahir kembali? ' batinku bertanya-tanya.
"Mengapa anda melamun nona? sudah waktunya mandi. Kami sudah mempersiapkan air mandi dan aroma bunga di bak mandi. "
Ranjang yang masih memiliki kelambu dan kanopi yang tinggi. Sangat sesuai dengan gaya bangsawan yang menyukai statistik dan kemewahan. Bordilan yang menghias kelambu di langit-langit. Aku merindukan hal ini.
"Sini saya bantu membuka baju nona. "
"Terima kasih Melisa. "
Dulu aku melupakan hal yang aku sukai yaitu mandi di air bunga. Itu karena aku meniru Vlaudia yang menyukai aroma buah-buahan. Keputusan yang bodoh karena aku justru meniru gayanya.
"Apa hari apa ini aku mendapatkan undangan, Melisa? apa aku ada janji? " tanyaku yang sudah berhasil menguasai diri.
"Tidak ada nona. Ini bulan ke tiga kematian nyonya Lilian. Jadi anda masih dalam prosesi berduka."
Aku hampir terjungkal mendengar jawaban Melisa.
'Apa?! bulan ketiga setelah kematian ibunda. Bearti besok adalah hari Aaron datang. '
'Tidak, aku tidak bisa mengulang seperti yang terjadi pada buku sial itu. Aku harus melakukan seks agar Aaron mengurungkan niat menikahiku. '
Aku harus merinci semua harta kekayaan keluarga Duke Flure. Biji besi seharusnya tidak membuat kami bangkrut, tapi mengapa ayah bisa berhutang sebanyak itu?
Judi...
Aku hampir lupa jika ayahku gila judi. Itu menyebabkan ibuku sendiri meninggal, kemudian Lilian--ibu tiriku karena tertekan.
"Baiklah. "
Usai berganti baju, Melisa dan Ernes memilihkan gaun berwarna hijau cerah seperti mataku. Sangat sempurna untuk mengecek tambang biji yang seharusnya menghasilkan banyak uang. Terutama aku memiliki Mr Hon yang dulu membela ku mati-matian di depan Aaron ketika tidak sengaja menumpahkan teh ke gaun Vlaudia.
"Siapkan kereta dan satria untuk berkuda. Aku ingin meninjau ke kantor pertambangan. "
"Anda akan ke sana? tapi itu tempat kotor nona. "
"Tapi tempat kotor itu yang menghidupi kita semua. Jangan membantah Melisa. "
"Baik. "
Melisa segera memanggil Derek yang merupakan kepala pelayan. Seseorang yang tidak lama lagi akan aku pecat. Dia padahal bekerja untukku tapi sangat setia dengan Vlaudia.
Saat kereta dan kesatria sudah siap, kami segera menuju ke pertambangan. Melewati hutan yang cukup panjang dan juga perkebunan milik keluarga Flure. Di sana Mr Hon menyambutku dengan ceria.
"Nona, sangat menyenangkan melihatmu di sini. "
"Aku ingin melihat pembukuan pertambangan, Mr Hon. "
"Benarkah? " mata Mr Hon terbuka lebar dan berkilau. Dia nampak senang aku melihat pembukuan pertambangan. Di masa lalu dia berkali-kali menyodorkan buku itu. Tapi aku yang sudah tergila-gila dengan Aaron menyerahkan sepenuhnya pada Aaron dan nampak bodoh karena dia memberikannya pada Vlaudia.
"Mr Hon, aku sudah mendengar jika hutang ayah sangat besar. Jadi aku ingin melihat seberapa besar sehingga aku bisa melunasinya. "
Mr Hon menghela nafas berat. Dia menunjukkan angka yang fantastis. Meski pertambangan ini memiliki hasil yang bagus tapi itu butuh waktu yang lama untuk melunasinya. Ya ampun, aku bisa nangis darah melihat ini.
"Kita bisa mempekerjakan mereka tanpa henti agar bisa mendapatkan hasil lebih. Tapi ---''
"Jelas tidak mungkin Mr Hon. Meski mereka budak tapi aku ingin mereka tetap hidup layak. "
"Tapi itu akan mengurangi keuntungan kita. "
"Tidak perlu khawatir. Mereka juga ujung tombak pertambangan karena tenaga mereka kita butuhkan. Jika mereka sehat tentu bisa bekerja dengan baik. "
Mr Hon mengangguk. Akupun kembali ke Dukedom bersama para kesatria yang gagah.
'Padahal banyak kesatria gagah di sekitarku. Tapi mengapa aku berakhir menjadi perawan abadi yang mendambakan anak. '
'Tidak, aku tidak mau. Aku mau memiliki anak sebelum bajingan yang sialan tampan itu menemuiku. '
Hari mulai malam ketika kami tiba. Aku segera berganti gaun biasa dan memakai kerudung juga membawa uang. Tujuanku satu yaitu membuat anak sebelum bertemu Aaron. Aku sendiri yang membuat keputusan pada hidupku. Bukan Aaron dan selirnya itu.
"Nona, anda mau ke mana? "
"Diamlah Melisa. Tetap jaga agar tidak ada yang tau aku meninggalkan kamar. "
Sangat tidak baik bagi gadis sepertiku pergi ke daerah distrik merah. Di sana adalah tempat prostitusi pria dan wanita yang membutuhkan uang. Jika Aaron tau aku tidak lagi murni, mau tidak mau dia akan membatalkan perjanjian dan aku bisa mengangsur pembayaran hutang ayahku.
Di jalan yang gelap, aku mengendap-endap agar tidak dikenali. Dan ketika kelap yang aku tau dari temanku muncul, kakiku tanpa ragu masuk ke dalamnya.
Ternyata benar, ruangan ini sangat luas dan remang-remang. Ada tangga yang tinggi kira-kira tiga tingkat. Pria dan wanita saling menempel satu dengan lainnya.
Namun aku melihat pria di ujung sana menyendiri dengan minuman yang aku curigai teh. Aku hampir tertawa melihat pria yang minum teh di tempat ini.
Dengan langkah mantap, aku mendatanginya. Berusaha mendekatkan diri sendiri dan berbisik.
"Apa kau bebas? " tanyaku.
"Dia mengangguk. "
"Baiklah, di mana kita bisa mendapatkan kamar?"
Wajah pria itu tidak terlalu jelas karena lampu yang remang-remang. Tapi aku yakin jika fiturnya menakjubkan. Dia tinggi, besar dan nampak kuat. Dia menarik tanganku dengan lembut tapi kuat menelusuri para tamu menuju tangga. Kami berhenti di lantai tiga.
'Hah hah nafasku hampir copot. '
Dia membuka pintu kamar. Dan aku pun masuk ke dalam. Setelah melepas jubah yang menutupiku, aku duduk di ranjang. Merasa gugup karena ini pengalaman pertama di dua kehidupan.
"Kau seorang bangsawan, " ucapnya. Aku tersentak melihat pria yang suaranya tidak mungkin pernah aku lupakan.
'Dia Aaron! Ya ampun, aku dikutuk! '
"Kau bahkan sangat cantik. Aku bahkan tidak mempercayai mataku. "
"Lebih baik kita batalkan. Kurasa kau tidak sesuai dengan seleraku. "
Demi Tuhan aku harus pergi dari sini. Lebih tepatnya dari pria yang menjadi mimpi burukku.
Dia terkekeh, jujur saja itu sangat tampan.
"Mengapa? bukankah fisikku tidak mengecewakan? "
"Tapi aku tau kau tidak mau membiarkan aku memiliki putra darimu. Sejujurnya aku tidak ingin menjadi korban pernikahan politik yang mungkin diatur ibu tiriku. Jadi aku ingin memiliki anak agar tidak ada pria yang menginginkanku. Setidaknya anakku yang akan mendapatkan semua yang aku miliki. Bukan suami jahatku yang kemungkinan memiliki selir. "
Aku menatap lurus ke arahnya, berharap jika dia tau kalau ucapanku untuk dirinya.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan mempersulitmu. Kita akan berjalan masing-masing setelah malam ini. "
'Baiklah, tidak ada ruginya merebut pengalaman pertama pemeran antagonis pria.'
Tbc