Chereads / Tamed My Jerk Husband / Chapter 3 - Malam Pertama.

Chapter 3 - Malam Pertama.

Kini rasa penasaran yang selalu melingkupiku selama dua kehidupan akan terjawab. Aku akan merasakan sesuatu yang bernama seks. Terkutuklah pria ini yang membuatku berakhir menjadi perawan seumur hidup. Sungguh hal itu derita di atas derita.

"Ini pengalaman pertamaku jadi tolong jangan terlalu kasar. "

"Tapi aku tidak diciptakan untuk menjadi lembut. "

Tangan kekar dan kuat Aaron membuka gaunku dengan cekatan, bahkan hampir merobeknya. Aku sendiri bahkan tidak tau jika ada gerakan membuka baju secepat itu. Dalam hitungan detik dia berhasil membuatku telanjang sepenuhnya.

"Lihatlah, ini menakjubkan... " Sebuah pujian yang belum pernah aku dengar dikehidupan sebelumnya terlempar dari mulut Aaron begitu saja. Wajahnya bahkan bersinar dan semakin sensual karena ia menjilat bibir lalu meraup puncak dadaku. Lidahnya yang ahli membelai di sana dengan cara yang nikmat. Sementara tangannya yang lain memilin-milin puncak dada. Aku merasa geli, tapi menyukainya. Otakku kini tidak bisa bekerja sama dengan kewarasan.

"Tu-tuan... "

"Aaron, Miss...Panggil aku Aaron. "

Sebentar lagi akan di mulai. Dia memposisikan dirinya agar bisa memasukiku. Hal itu di mulai dengan lembut pada awalnya, dan dengan sekali dorongan, dia menembusku.

"Akh! "

Aku menangis karena rasa sakit yang tidak tertahankan.

"Maaf, " bisiknya., "Aku tidak tau jika akan menyakitimu. Kau bahkan berdarah. "

Aaron bingung dengan darah yang menetes di antara kedua kakiku.

"Ti-tidak ada yang terluka. Darah itu karena ini pertama kali bagiku. Setiap wanita yang melakukannya untuk pertama kali pasti kesakitan dan berdarah. "

Aku memberikan dia pengetahuan yang tidak ia ketahui. Sebab dalam novel, Vlaudia yang berasal dari dunia jaman modern sembrono dengan tubuhnya. Dia tidak peduli dengan kehidupan konservatif dan melakukan one stand night. Dan karena wajahnya yang polos, Aaron mengira jika dia adalah gadis murni. Sekarang aku sudah mengacaukan jalan ceritanya. Ketika dia melakukannya dengan Vlaudia maka dia akan tau jika gadis itu tidak semurni itu.

Tak lama berselang. Getaran - getaran nikmat asing yang belum pernah aku rasakan kini mulai menggodaku tanpa ampun. Membuat tubuhku menginginkan Aaron lebih dari sebelumnya.

"Bergeraklah. Please... "

Permintaanku dengan senang hati dituruti oleh Aaron. Dia menjadikanku kuda liar dan mengendaraiku tanpa ampun. Sesuatu yang membuat siapapun akan menggila karena rasa nikmat yang ku rasakan.

"Ohhh! "

Aku mencakar punggung Aaron karena rasa asing yang meledak. Meski demikian Aaron tidak tinggal diam. Dia semakin gencar memasukiku dengan dalam dan pasti. Semua itu menghapus rasa sakit saat pertama kali dia menyatukan tubuhnya padaku.

"Kau menyukainya, Sayang? "

"Pertama dia memanggilku dengan sebutan sayang. Sungguh manis, tapi tidak cukup untuk membuatku mencintainya lagi. "

Sudah berjam-jam kami melakukannya. Ini harus diakhiri. Aku tidak boleh mengacaukan rencana dan ketahuan jika keluar malam.

"Bisa kita berhenti?"

"Sebentar lagi, Akhhh! " Aku merasakan cairan hangat memenuhi rahimku. Dengan begini aku akan mendapatkan keturunan. Hidupku tidak akan menyedihkan seperti yang tertulis pada novel.

"Aku selesai. Istirahatlah. "

"Tidak, aku harus pergi. "

Aku meninggalkan uang dengan sedikit catatan. Semua tentang perkataan Aaron jika anaknya nanti tidak memiliki hubungan dengannya. Aku menulis itu agar dia ingat kembali ucapannya sebelum dia melakukan hal itu padaku. Dia seolah tidak perduli dan tertidur, aku pun mengendap -endap pergi agar tidak mendapatkan masalah.

Di Dukedom, aku langsung membersihkan diri dari aroma seks. Tidak boleh ada yang curiga padaku. Kini aku bersiap menerima kedatangan Aaron dalam beberapa jam. Aku sungguh tidak sabar melihat reaksinya. Apa dia akan membatalkan perjanjian pernikahan atau meneruskannya. Apa pun itu tidak masalah bagiku karena aku bukan lagi wanita yang mengharap cinta seperti kehidupanku yang lalu.

.

.

.

"Nona, Marquis Aaron datang berkunjung." Pelayan memberi tahu kedatangan Aaron. Ini lebih cepat dari sebelumnya karena aku bahkan belum sempat tidur. Kami ternyata melakukannya sampai menjelang pagi. Pantas saja kakiku melemah.

"Oh, Marquis. Baiklah suruh dia menunggu. "

Aku ke ruang tamu bersama pelayan. Aaron membelakangiku. Sosoknya memang menakjubkan. Bahkan dari belakang dia tidak kehilangan pesonanya.

"Ehem. Selamat datang di kediamanku Marquis. "

Begitu dia berbalik, aku pura-pura terkejut dan mundur. Nampaknya dia juga turut terkejut. Hanya saja, tak lama kemudian bibirnya menyeringai sama seperti predator yang mendapatkan mangsanya.

"Nona Duchess, senang berkenalan denganmu. Aku Marquis Aaron. Salam kenal. "

Dia meraih tanganku dan mencium punggung tangan. Sikapnya jauh berbeda dari sebelumnya. Ada kilat nakal di matanya yang gelap juga seringai yang aneh.

Baiklah, aku tidak mengharapkan ini. Nyatanya dia berubah dari kehidupan sebelumnya. Mungkin saja itu karena hal yang kami lakukan tadi malam.

"Silakan duduk, " tawarku pada Aaron. Kemudian Melisa dengan ccekatan menuju ke dapur. Sedangkan Derek mengawasi kami.

Sebagai kepala pelayan, dia terlalu berani.

"Kau boleh pergi, Derek. "

Pria itu itu tersentak dan mundur. Dia mungkin merasa malu atas ketidaksopanannya yang berdiri di sisi kami. Sebagai kepala pelayan Derek seharusnya tau posisinya ada di belakang ku ketika ada tamu. Tapi sekarang dia bersikap seolah menjadi bagian keluarga.

Aku menoleh pada Aaron dan melempar tatapan menyesal. "Aku minta maaf atas kekasaran pelayanku. Jadi, aku rasa Marquis pasti memiliki urusan penting untuk menemuiku. "

"Ya, sangat penting. "

Tidak seperti kehidupan yang lalu, dia sekarang mengeluarkan kertas perjanjian. Aku sedikit terkejut dengan kesopanan yang ia tunjukkan. Mungkin saja dia baru sadar jika aku lah yang berkuasa di rumah ini. Bukan Derek yang di kehidupan lalu melangkahi apa yang seharusnya kepala pelayan lakukan.

"Silakan dibaca. "

Aku meraih gulungan yang belum pernah ia tunjukkan di kehidupan sebelumnya.

"Tolong ikuti aku, kita seharusnya membicarakan ini di ruang kerja. "

Sebagai pewaris duke, aku harus menunjukkan kekuasaanku pada Aaron. Aku tidak mau lagi terlihat penurut dan pemalu seperti dulu. Hal yang membuatnya jijik, padahal Vlaudia juga melakukan hal yang sama denganku. Mungkin itulah kekuatan cinta. Jadi apapun yang dilakukan kekasihnya meski terlihat bodoh di mata orang lain akan terlihat imut di mata sang pria.

"Anda terlihat berbeda dengan tadi malam. Sekarang anda terlihat tidak nakal sama sekali..."

Aku menoleh ke arah Aaron, menatapnya horor karena sikap tidak sopan.

"Mengapa anda terlihat terkesan Marquis, padahal aku sama sekali tidak menganggap itu hal istimewa. "

Wajah Aaron bergetar, seringainya semakin terlihat jelas. Aku harus berpaling karena tidak boleh terperangkap dalam wajah yang memabukkan itu. Hatiku tidak boleh melemah jika tidak ingin berakhir konyol seperti dulu.

"Silakan masuk. "

Tanpa ada melisa yang sekarang di dapur, aku harus membuka sendiri pintu ruang kerja.

Rak-rak buku tertata rapi di lemari berukir yang selalu ayah banggakan. Mereka membuat ruang kerja ini memiliki suasana serius dan seolah tidak memiliki tempat bagi orang bodoh. Sekarang aku yang menguasainya.

"Tempat yang mengesankan..." celetuk Aaron.

Dia masuk dan aku menutup pintu.

"Wow, apa aku akan pintar jika berada di sini setahun. "

"..."

Dalam hati aku mulai bertanya-tanya apakah dia memang bicara sebanyak ini. Mungkin saja dulu dia berbicara banyak ketika bersama Vlaudia, dan tidak pernah sudi bicara denganku.

"Ini memang simbol kekuasaan Duke sebelumnya. "

"Bisa kulihat. "

"Baiklah tuan Marquis, ini perjanjian pernikahan antara anda dan ibuku. Sayangnya dia sudah meninggal. Sekarang apa yang anda inginkan? "

"Jelas kau yang kau menggantikannya, Nona Duchess. Bukankah itu layak me ngingat malam pertama kita? "

tbc.