Chereads / Penyihir Terhebat Bumi / Chapter 24 - Level Up

Chapter 24 - Level Up

Sebelum Emery bisa memahami apa yang terjadi, informasi baru tentang gerakan-gerakan teknik berpedang masuk ke dalam pikirannya. Gerakan yang dulu belum ia terlalu pahami seketika menjadi lebih jelas. Saat Emery tersadar, ia mengayunkan pedang kayu di tangannya, bersemangat ingin mencoba kemampuan barunya sebelum melihat kemampuan baru Julian.

Teknik berpedang Julian sedikit berbeda, karena Julian fokus pada teknik khusus yang bisa dipadukan dengan perisai. Saat Julian bertarung, ia menangkis serangan-serangan dari musuh sambil menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan fatal. Kesempatan akhirnya tiba, dan Julian menusuk dada boneka kayu itu tanpa ragu.

Sementara itu, Chumo masih menggunakan busur dan panah, namun kali ini sebilah pedang menggantung di pinggangnya. Saat ia harus bertarung dalam jarak dekat, ia menggunakan pedangnya. Saat ia harus bertarung dalam jarak jauh, ia menggunakan busur dan panah.

Thrax bertarung melawan boneka level 3 dengan sebuah tombak dan perisai bulat. Setiap serangannya masih diiringi dengan teriakan. Sepertinya, level 3 sedikit lebih sulit untuknya karena ia harus menggunakan senjata kedua.

Emery memutuskan untuk fokus memperhatikan teknik berpedang Julian dan mencoba menggunakan sebagian teknik itu untuk memperdalam pemahamannya. Setelah memahami gerakan Julian, Emery memutuskan untuk memulai pertarungan dengan boneka kayu level 2.

Boneka level 2 menunjukkan teknik-teknik baru, teknik yang baru saja Emery pahami. Beberapa serangan berhasil mengenai Emery dan membuat seragam-nya robek, namun ia berhasil menghindari kebanyakan serangan dan akhirnya menang melawan boneka itu. Ia memutuskan untuk beristirahat sebentar, dan kali ini, ia hanya membutuhkan 10 menit untuk mengatur pernafasannya. Menurut status, saat ini battle power-nya adalah 8 poin, sama dengan Julian sebelum ia melakukan simulasi pertarungan ini. Emery sama sekali tidak sadar, jika saja kekuatannya masih sama seperti saat ia berlatih bersama ayahnya dulu, ia sekarang pasti sudah bernafas terengah-engah dan harus berhenti berlatih.

Emery beristirahat cukup lama dan melihat Julian serta Chumo mengalahkan boneka level 3 dengan mudahnya, sementara Thrax sedang kesulitan mengalahkan boneka level 4.

Emery memutuskan untuk memulai simulasi pertarungan level 3, dan kali ini ia kalah, namun ia tidak menyerah dan bangun lagi. Percobaan kedua-nya pun membuahkan hasil yang sama, tetapi ia tidak mau menyerah, kembali bangun, dan mencoba lagi. Setiap kali ia kalah, ia mengusap keringat dan debu di wajahnya sebelum mencoba lagi dan lagi.

Akhirnya, Emery berbaring di lantai, sekujur tubuhnya basah karena keringat. Namun, senyum lebar penuh kebahagiaan itu menunjukkan usahanya tidak sia-sia. Battle power-nya telah naik menjadi 11 poin, dan ia bisa bertarung melawan boneka level 4.

Emery duduk dan melihat para acolyte lainnya. Seperti dirinya, ada banyak sekali acolyte yang berhenti setelah mengalahkan boneka level 4. Julian dan Chumo ikut duduk di sampingnya, sementara Thrax masih berusaha mengalahkan boneka level 4. Seperti Emery, Julian dan Chumo belum berhasil mengalahkan boneka level 4. Jika dilihat dari bagaimana banyak acolyte bisa mengalahkan boneka level 3, level 4 adalah pemisah antara acolyte yang berbakat dan acolyte yang biasa saja.

"Lihat orang barbar itu, sudah berkali-kali masih semangat saja! Kalau saja dia menjadi petarung di Colosseum, mungkin cukup banyak yang akan menyukai pertunjukannya." Julian berkata sembari meminum air.

"Apa maksudmu?" Emery bertanya.

"Hahaha! Nanti kau akan tahu kalau kau berkunjung ke rumahku. Bagaimana kalau kita lihat dulu rintangan di Gauntlet?"

Emery dan Chumo mengangguk setuju. Mereka memandang Thrax menyerang boneka level 4 dengan raut wajah penuh murka seperti orang gila sebelum pergi.

Mereka tidak perlu berjalan jauh, karena Gauntlet berada tepat di tengah ruangan. Alat itu terus berputar-putar serta mengeluarkan suara denting logam dan ayunan senjata. Di satu sisi, melihat semua senjata yang bergerak-gerak ke segala arah membuat bulu kuduk Emery berdiri, namun di sisi lain, ia sangat kagum melihat konstruksi alat itu.

Sedari dulu, sebenarnya ia sangat ingin menciptakan alat seperti itu. Mungkin, alatnya tidak akan serumit atau sebesar itu, ia hanya ingin membuat alat seperti kotak yang ia buat untuk Gwen dulu… Emery menggeleng, berusaha menghilangkan ingatannya akan kejadian itu sebelum kembali memandang gerakan alat raksasa itu.

Rintangan pada Gauntlet dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah papan papan bergerak dengan lubang di tengahnya, di mana peserta harus melompat ke seberang dengan menggunakan tali-tali yang telah disediakan dan memanjat sebuah dinding tinggi. Bagian kedua terlihat sedikit sulit, karena kebanyakan rintangan pada bagian itu terbuat dari besi dan kayu yang terus berputar-putar cepat untuk menjatuhkan acolyte yang mencoba lewat. Namun, rintangan itu masih tetap kalah dari rintangan ketiga, di mana para acolyte harus berlari melalui sebuah jalanan lurus sepanjang 50 meter dan menghindari pedang-pedang yang berayun ke segala arah.

Ribuan acolyte mulai dari para murid baru dan magus tingkat tinggi berlatih di tempat ini. Terlihat jelas bahwa sebagian besar lebih memilih berlatih dengan bertarung ketimbang melewati rintangan seperti ini.

Thrax datang setelah mengalahkan boneka kayu level 4, tubuhnya benar-benar basah karena keringat.

"Wah, ini kelihatannya menarik. Bagaimana menurut kalian?" Thrax bertanya, nafasnya sama sekali tidak terengah-engah.

"Kau masih kuat?" Emery bertanya.

"Tentu saja, semangatku masih membara!" Thrax berkata dan berjalan mendekati rintangan pertama.