Chereads / ALif / Chapter 2 - Bukan Kebetulan.

Chapter 2 - Bukan Kebetulan.

Udara kota Bandung pagi hari begitu segar, gadis yang sedang mengayun sepedah menghirup udara sambil memejamkan matanya sekejap. Lonceng sepedahnyapun ia bunyikan ta henti hentinya ia menebar senyum meski kepada orang yang tak ia kenal.

"Alhamdulillah nyampe" ucapnya saat ia sudah berada di toko donat miliknya.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi mba rara" sapa pegawai wanita yang usianya lebih muda dari kejora.

"Waalaikumsalam, pagi kembali Nana"

"Mba tidak kuliah ya? jadinya mbak ke toko" mungkin lebih tepatnya pernyataan bukan pertanyaan.

"Jadwal kuliahnya siang, bunda sama ayah masih di Sukabumi, bang Daniel kerja. Dari pada mba sendirian di rumah mending ke toko saja. Kamu sendiri pagi-pagi sudah ada di toko, mba kira belum ada siapa-siapa. Kuliahnya libur apa gmna"? Tanya kejora sambil menata meja dan kursi.

"Nana juga baru sampai ko mba, kayanya Nana mau berheti kuliah aja deh mba".

Kejora menghentikan aktifitasnya dan menatap nana "Kenapa berhenti, bukannya udah semester 3 ya?"

"Ga kuat biayanya mba, buat makan sehari-hari aja pas-pasan kasian ibu yang harus kerja serabutan berangkat pagi pulang malam" curhat pilu Nana.

"Bukannya kamu dapet beasiswa ya?"

"Cuman nyampe akhir tau mba"

"Kamu jangan mikirin biaya, mba bisa bantu ko" ucap kejora tulus.

Dari awal kejora membuka toko donat yang ia bangun dengan hasil tabungan nya, Nana adalah pegawai pertama. Kejora mempercayai Nana sebagai pegantinya dan kejora sudah menganggap Nana sebagai adiknya sendiri.

"Tidak usah mba, mba Rara udah baik banget sama Nana, lagian mba juga masih semester 5 pasti biayanya lebih gede dari Nana apalgi mba di universitas negri"

"Mba udah anggap kamu seperti adik mba sendiri, lagian semua ini ngga ada apa-apa nya

Kalau di bandingin sama kerja keras kamu jaga toko selama ini"

Nana yang mendengarnya langsung berhambur kepelukan kejora "makasih banyak mba. Mba baik banget sama Nana" ucapnya terharu sampai meneteskan air mata.

Kejorapun membalas pelukannya ta kalah erat.

"Sama-sama. Udah ah jangan nangis mending lanjut beres-beres bentar lagi tokonya buka"

Nana melepas pelukannya "oiya lupa" ucapnya sambil terkekeh.

Nampaknya kota Bandung sudah di selimuti dengan sinar matahari, udara yang tadinya masih sejuk kini sudah mulai terpapar panasnya sinar matahari.

Lain halnya dengan dua sejoli yang kini tengah berlari, mereka tidak menghiraukan matahari yang mulai naik ke atas.

"Dara ayo dong semangat" ucapan semangat untuk gadis remaja yang berada di belakangnya.

"Istirahat dulu napa ka, dara cape" keluhnya sambil mengibas-ngibaskan topi yang iya pakai.

"Yauda istrinya di depan sambil beli minum" ucapnya sambil kembali berlari

"Gatau apa orang udah cape juga" Dumelnya yang samar-samar masih terdengar

"Dara Kaka denger ya"

"Iya iya"

Duduk di bawah pohon yang rindang sambil menikmati es podeng memanglah nikmat. Keringat yang tadinya bercucuran kini menghilang karena tertiup angin.

"Ka Sarah dara laper ni" ucap dara sambil mengusap perutnya.

Sarah yang merasa namanya di panggil langsung menoleh kepada bocah yang berada di hadapnya.

"Kamu abis es podong udah tiga gelas, mending lah porsinya yang kaya Kaka kecil nah ini porsi yang paling besar"

"Yaelah ka itukan es bukan nasi. Mana bisa bikin kenyang, pelit amat si"

"Nyesel Kaka ajak kamu"

"Yaudasi tinggal bilang ke bang Alif aja" ancamnya yang langsung berhasil.

"Iya iya mau makan apa" dengan terpaksa Sarah mengiyakan keinginan keponakan tunangannya yang paling di sayang.

"Emm dimana ya" dara memainkan telunjuknya di atas dagu, seolah sedang berpikir.

"Dimana?"

"Disana"

Sarah mengikuti arah telunjuk yang dara arahkan. Sebuah toko donat yang berada di sebrang jalan "itu toko donat Dara, bukan restoran tempat makan"

"Lah yang bilah itu restoran siapa?"

"Tadi katanya laper pengen makan nasi"

Dara merespon dengan anggukan dan deheman.

"Itukan donat bukan nasi"

"Tapi donat makanan juga"

"es podeng juga makanan kan"

"Aku ga pernah bilang es podeng itu batu"

"Emang ga ada yang pernah bilang"

"Terserah ka Sarah aja" akhirnya dara mengalah, meski berdebat hal sepele namun siapa sangka wanita yang berada di hadapnya mampu membesarkannya.

"Yauda kita nyebrang" Sarah menggandeng tangan dara kemudian melepaskan nya kembali saat sudah di sebrang jalan.

"Kamu tunggu di sini, biar Kaka yang beli donatnya"

"Yang benar saja, disini panas. Dara mau ikut masuk"

"Gausah lebay matahari jam segini masih sehat"

Dasar pelitttt bilang aja takut kalau gue ambil donatnya banyak. Kali ini dara mendumel lewat isi hatinya.

"Yauda iya"

"Rasa apa?"

"Coklat, kacang, stroberi, keju, nanas, trus-

"Coklat sama kacang udah"

"Pelit sekali"

"Udah mending di beliin juga" ucap Sarah sambil berlalu masuk ke dalam toko.

"Selamat siang mba" sapa Nana sangat ramah "dontnya banyak parian rasa. Ada rasa coklat, kacang, keju, str-

"Saya mau rasa coklat sama kacang"

"Baik mba tunggu sebentar"

"Na donat yang mau mba antar udah siap belum?" Tanya kejora yang muncul dari arah dapur.

"Udah mba. Nana simpen di meja no3"

"Ok terimakasih ya, mba berangkat dulu assalamu'alaikum"

"Hati-hati mba waalaikumsalam"

Kejora berjalan ke meja yang di maksud oleh Nana. Sebagai pemilik toko yang ramah kejora memberikan senyuman kepada pembeli wanita.

Sebelum sampai ke meja no3 kejora melewati meja no2 yang di duduki oleh Sarah. Kejora memberikan senyuman manisnya namun ta di balas oleh Sarah. Meskipun begitu kejora tidak marah, baginya sudah biasa.

"Mana sii lama amat, kalau bukan karena bang Alif, males banget harus nemenin tu lampir lari. Mana panas lagi mending di rumah bantu ibu".

Sadar tidak sadar sedari tadi dara menjadi perhatian yang berlalu lalang karena ngomong sendiri.

Angin berhembus cukup kencang, membuat topi yang dara pakai terbang ke jalan.

"Topi guee"

Dara mengambil topinya yang jatuh saat ia menengok ternyata ada motor dari arah yang berlawanan melaju begitu kencang.

Dara pasrah ia memejamkan kedua matanya

Ibu maafin dara karena belum bisa jadi anak baik. Semoga ibu tetap bahagia

"Ade awass" tubuh dara di dorong oleh seseorang. Dara membuka matanya

"Masih hidup" ucapnya sambil memegang kedua pipinya.

Sedetik kemudian dara tersadar karena ada orang yang mendorongnya "astaghfirullah"

"Duh gimana ya, mikir dara mikir" sedari tadi dara mundar mandir di depan pintu UGD. Sudah 10 menit orang yang menolong dara di tangani oleh dokter.

"Telpon bang Alfi" dara menepuk jidatnya sendiri "ah dari tadi ke dara"

Dara mengeluarkan benda pipih yang terletak di kantong celana training nya, mengutak-atik mencari nomer yang di maksud.

"Hallo, Assalamualaikum. Ada apa dara" sapa orang di sebrang sana.

"Waalaikumsalam. bang kerumah sakit Dyla hospital sekarang"

"Siapang yang sakit, kamu sama ka Sarah baik-baik aja kan?"

"Cepetan bang Alif. tanya jawabnya entar aja darurat ini"

"Ok Abang kesana sekarang, Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam"

"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter yang baru saja keluar.

"Bukan dok"

"Beliau ketabrak karena nolong saya, saya sudah telpon Abang saya ko. Bentar lagi pasti nyampe" lanjut dara.

"Perut di sebelah kirinya mengalami luka dalam, mungkin nyerinya tidak akan hilang selama 4 atau 5 hari. Selebihnya tidak ada yang serius. Dia akan di pindahkan ke ruang rawat mawar no7. Silahkan segara di urus administrasi nya. Kalau gitu saya permisi"

"Baik dokter terimakasih"

"Ya sama-sama"

Ta henti hentinya dara memuji wanita yang sedang tertidur di hadapannya ini. Bagai mana bisa lagi tidur aja canti apalgi kalau ngga. Mungkin pas di mobil ambulance dara panik jadi tidak terlalu memperhatikan nya.

"Beda banget sama ma lampir"

Dara membulatkan matanya pantes aja hidupnya berasa sepi.

"ka Sarah dimana ya, ko bisa nyampe ga inget. Eh ngapain nginget-nginget ma lampir, tapi kalau bang Alif nanyain gue jawab apa. Ah bodo amat secara tidak langsung inikan salah dia, coba aja kalau tadi gue boleh ikut masuk pasti ga bakal kecelakaan".

"Kebetulan adalah takdir dan takdir bukanlah kebetulan"

Dara menoleh ke sumber suara, ternyata wanita yang sedang ia tunggu sudah membuka matanya.

"Ka baik udah sadar? Duh makasih ya ka udah nolongin gu- Dara. Pasti sakit ya? sekali lagi makasih ya ka"

"Panggil ka Rara aja. Sama-sama, Alhamdulillah udah baikan" kejora memberikan senyuman manisnya.

"Nama Kaka Rara?"

"Kejora. Nama kamu siapa" kejora mengulurkan tangannya.

Dengan senang hati dara menerimanya "Nama aku Dara"

"Kaka ko baik banget mau nolong orang yang ngga Kaka kenal?"

"Tolong menolong kan kewajiban sesama manusia"

"Iya juga si. Sekali lagi terimakasih ka, gatau deh kalau ga ada Kaka mungkin yang berbaring disini sekarang aku"

"Bentar ya ka aku angkat telepon dulu" ijin dara saat ponselnya berdering.

"Assalamu'alaikum, Abang udah di rumah sakit kamu dimana?"

"Waalaikumsalam, Dara di ruang mawar no7"

"Abang kesana sekarang, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Panik sekali dia, pasti mikirnya ka Sarah yang sakit" gumam dara sebelum kembali duduk.

"Ponsel Kaka besar kemungkinan jatuh ke got deh, ntar biar aku ganti ya"

"Jangan di pikirkan"

"Assalamu'alaikum, Dara jangan bilang kalau migran ka Sarah kambuh lagi" rupanya dia belum sadar yang sakit bukan tunangannya melainkan.

Dara dan kejora serempak menoleh ke arah pintu.

"Waalaikumsalam, tenang aja migran ka Sarah ga kambuh ko"

"Pa Alif" kejora refleks menyebut nama tersebut.

Merasa namanya di panggil Alif menoleh ke sumber suara. Rasanya sangat familiar dengan wajah wanita yang sedang berbaring tersebut.

"Ka Rara kenal sama bang Alif" nah rupanya ada yang mewakili pertanyaan yang ingin Alif tanyakan.

Kejora menundukkan kepalanya "Saya mahasiswi di universitas Gunadarma Islam"

"Oh mahasiswi saya, pantesan mukanya aga familiar"

Alif melirik ke arah sang keponakan yang sedang menyimak.

"Ra" panggil Alif yang membuat kedua wanita tersebut menoleh.

"Oh maaf" menyesal, karena yang di maksud Alif adalah Dara bukan kejora.

Alif berdehem saat melihat mata bulat milik kejora.

"Dara gatau ka Sarah dimana" dara sudah menjawab sebelum di tanya.

"Ko gitu tadi kan joging sama kamu"

"Ya emng, tadi dara laper pengen beli donat trus pas udah di toko donat Dara ga boleh ikut masuk. Malah di suruh tunggu di luar, panas tau bang" ah menjengkelkan jika harus di ceritan.

"Trus tadikan ada angin eh gataunya topi dara terbang ke jalan, pas dara udah ambil ternyata ada motor. Ya endingnya gini".

"Gini gimana" ternyata ada ya dosen lemot.

"Ka kejora ketabrak karena nolongin dara. Kalau bukan karna bang Alif yang minta, gamau dara nemenin ka Sarah"

"Kebetulan adalah takdir dan takdir bukanlah kebetulan"

"Kaya pernah denger"

"Ya barusan Abang ngomong"

"Bukan denger dari Abang"

Alif mengikuti arah mata yang di tunjukan oleh Dara. Seperti putri tidur yang memakan apel beracun, seperti itulah kejora terlelap sekarang. Wajah yang adem dan nafas yang teratur.

"Tadi ka kejora juga bilang gitu sama Dara"

Dara tersenyum simpul melihat abangnya ta berkedip memandang kejora.

"Dara tau ko ka kejora emang cantik, cantik banget malahh. Udah cantik baik lagi. Kenapa bang Alif ga nyari calon istri kaya ka kejora aja, berhijab, ka Sarah kan enggak. Emmn baik si cuman pelit"

"Gitu-gitu juga calon Kaka ipar kamu"

"Udah yakin bakal jodoh emang?"

"Kamu doain Abang ga jodoh?"

"Ya siapa tau ada yang nikung di sepertiga malam"

"Ngaco kamu"

"Sebaik apapun kita kalau kita tidak menutup aurat kita itu dosanya orang tua kita yang nanggung bang. Sama orang tua aja ga saya apalgi sama Abang"

"Kalau bukan kamu yang bilang udah abang-

"Itu kata vebby palwinta ko bukan kata Dara. Nah mau Abang apain tu"

"Kamu masih belum cukup umur untuk mengerti"

"Cinta itu buta dan-

"Berisik tar dia bangun"

"Dara mau ke kantin mau makan, Abang tunggu di sini jagain ka Rara"

"Bukan mahram dara"

"Oiya lupa"

"Abang mau cari ka Sarah dulu" ucap Alif sambil berjalan ke luar.

"Jangan lupa bayar administrasi"

Setelah Nana memberi tahu bahwa kejora ketabrak dan di larikan ke rumah sakit, Iqbal langsung menunda semua meteeng hari ini. Baginya kejora adalah detak jantung dari seorang Daniel ramadhan.

"Sus saya cari pasien yang ketabrak motor, kejadian sekitar 2 jam yang lalu"

"Baik pa sebentar"

Alif yang sedang membayar administrasi ta sengaja mendengar percakapan laki-laki yang berada di sebelahnya.

"Ruang mawar no7"

"Terimakasih"

Dugaan ternyata benar, korban kecelakaan yang di maksud adalah kejora.

Suaminya kali, kalau pacarnya kan ga mungkin dari pakainya saja sar'i atau mungkin kakaknya.

"Alif, Alif apa urusannya sama kamu. Mau suaminya, pacarnya ataupun kakaknya bukan urusan kamu"

Assalamu'alaikum

Aku mohon maaf kalau masih ada typo atau bahasa yang tidak di mengerti. Jujur ini kali pertamanya aku nulis. So mohon kerja samanya ya🤗.

Syukuran katsiron .