Chereads / You, Your Love and Secret / Chapter 2 - Usaha Move On

Chapter 2 - Usaha Move On

Sebanarnya move on itu gampang, cuma tinggal niat aja. Kalau gak niat ya mau sampai kapan pun gak bakal bisa move on. Nara itu tipikal wanita yang gampang move on tapi entah kenapa rasanya setiap pengin move on dari Chandra selalu saja ada halangan yang menghalangi. Seperti pagi ini, tiba-tiba saja tidak ada angin tidak ada hujan Chandra menelpon Nara yang masih bergelung didalam selimutnya.

Drttttt drtttt

"Siapa sih, ganggu orang aja,"

"Hallo? Siapa ya?"

"Ini Nara kan,gue Chandra"

Nara langsung memelototkan matanya, kaget.Langsung saja ia melihat ID callernya dan terpampang nama Chandra Gemash di sana.

"Ehh Chandra, gue kira siapa. Eem ada apa ya Chan?"

"Gapapa sih, cuma pengin tanya aja,"

Nara mengernyitkan dahinya bingung. What? Chandra pengin nanya apa ke Nara? Jangan-jangan dia mau nanya apakah hati Nara masih sama Chandra kali ya.

"Nanya apa?"

"Kemarin lo kemana aja, gak kelihatan sama sekali. "

Oh kirain apa!

"Oh itu, gue lagi ada acara jadi langsung pulang waktu matkul habis, hehehe" jawab Nara terkekeh kikuk, bingung juga Nara mau menjawab apa.

"Acara apa? Kenapa gak ngasih tahu gue?"

"Gue lupa deh, soalnya gue sibuk banget kemarin, " kata Nara, sebenarnya Nara ingin sekali berkata; buat apa gue ngasih tau elo, kan elo udah ada yang punya. Tapi itu cuma bertahan di hati tanpa berani berkata langsung. Ya mana berani Nara bilang begitu ke Chandra.

"Oh ya udah, gue tutup dulu ya Nara,"

" Iya," langsung saja Nara menutup handphone dan melemparnya kekasur.

"Gimana gue bisa move on, setiap kali mau move on lo selalu ada dibayangan gue, Ndra" gumamnya sambil menghela napas kasar.

Setelah meletakkan handphone nya di nakas, Nara langsung pergi kekamar mandi karena dia berniat untuk pergi ke toko buku bersama dua sahabatnya, Diva dan Luna.

***

Siang ini Nara akan pergi ketoko buku bersama Diva dan Luna. Sebelum ke toko buku, mereka menyempatkan untuk makan siang bersama di Angkringan Wae. Disana menyediakan makanan yang pas dikantong mahasiswa, apalagi mahasiswa perantauan yang mengharapkan makan murah namun kenyang dan enak ini.

"Lo pada mau pesen apa?" Tanya Nara pada Diva dan Luna.

"Samain aja sama lo, sekalian pesenin," kata Luna cengengesan.

"Enak di lo berdua," katanya tapi tak ayal Nara tetep memesankan mereka.

"Mas Hendra, naskar dong 3 porsi. Minumnya lemon tea 3 juga," pesannya pada Mas Tomi yang sibuk membuat kopi.

"Oke," jawab Mas Hendra sambil hormat ala prajurit, Nara yang melihatnya pun tersenyum geli.

"Gue ulangin ya, naskar 3 porsi terus minumnya juga lemon tea 3. Bentar lagi, nanti kalau udah sampai gue aja yang nganter kesana," ulang Mas Tomi lagi untuk meminimalisir kesalahan dalam pesanan.

"Yee, siapa juga yang mau ngambil sendiri. Kan disini pembeli itu raja ehh salah deng gue kan cewek jadi pembeli itu ratu," kata Nara pada Mas Hendra yang dijawab Mas Hendra hanya dengan gelengan kepala.

"Siap ratu," kata Mas Hendra sambil memperagakan gayanya seperti seorang superhero yang memakai celana dalam diluar itu.

"Hahahaha, kesana dulu ya," kata Nara sambil melaimbaikan tangannya.

Setelah memesan Nara pun kembali ke meja teman-temannya. Sembari menunggu pesanan datang Nara menceritakan kejadian tadi pagi saat Chandra menelponnya.

"Aneh banget kan dia, pagi-pagi nelpon gue buat apa coba. Gagal deh rencana buat move on," Kata Nara.

"Menurut gue si Chandra sebenernya ada rasa deh sama lo, Nar. Cara natap dia ke lo sama ke kita itu beda," Pendapat Diva yang membuat Nara melambung tinggi tetapi langsung dihempaskan saat ia menemui sebuah  pemikiran. Kalau Chandra suka Nara kenapa jadian dengan Winda, pikirnya.

"Kalau dia suka sama gue, lha kenapa malah jadian sama si Winda coba?" Jawab Nara sarkas.

"Ya itukan cuma pendapat gue aja," Balas Diva cepat takut Nara salah paham dengan maksudnya. Sebenarnya ia berkata apa adanya, yang ia lihat saat Chandra menatap Nara ialah tatapan penuh sayang. Bukan kepada teman tetapi lebih kepada seorang gadis. Tapi memang dasarnya Nara yang selalu memiliki pemikiran-pemikiran konyol jadi mau dijelaskan seperti apapun dia tetap pada pemikirannya itu.

"Tapi menurut gue, Chandra lebih cocok sama si Winda deh daripada sama lo," kata Luna mengangguk-anggukkan kepalanya. Bermaksud meledek Nara.

"Yeeee, sialan lo," sungut Nara menoyor dahi Luna pelan.

"Gue yakin lo bakal cepet move on," Kata Diva lagi.

Belum sempat Nara membalas, suaranya sudah diinterupsi oleh Mas Hendra yang membawakan pesanannya.

"Nih udah dateng pesenannya Ratu Nara yang mirip sama istrinya Mr Grey," kata Mas Tomi.

"Waah dateng juga nih,bgue udah laper banget Mas. Apalagi kalau dibilang mirip sama Dakota, serasa gue ini cantik banget kayak artis," kata Nara cekikikan sendiri sambil membayangkan roti sobeknya Mr Grey, menurut Nara itu adalah kenikmatan yang haqiqi.

"Yeu itu mah mau lo," kata Luna yang hanya dibalas Nara dengan senyuman mautnya.

"Udah lah, biarin aja dia berimajinasi. Silahkan dimakan, Mas pergi dulu kebelakang karena masih banyak pelanggan yang mesen," kata Mas Hendra meninggalkan Nara dan temannya yang sudah mulai memakan makanannya.

Mereka makan siang dengan diiringi canda tawa yang mebuat suasana hati Nara menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Melihat Luna dengan ke absurd-annya dan Diva dengan nasihat-nasihatnya itu sudah cukup untuk Nara,bwalaupun dalam hati kecilnya ia masih memiliki harapan pada Chandra, si pemilik hatinya yang sedang gundah sekarang.

Setelah selesai makan siang, mereka segera bergegas ke salah satu mall yang ada di Jakarta untuk membeli buku.

"Mau cari bareng-bareng atau mencar nih?" tanya Diva

"Mencar aja deh,"kata Nara." Gue kesana ya, nanti kalu udah pada selesai chat aja," Nara langsung pergi tanpa mendengarkan balasan dari temannya.

Nara pergi mengelilingi mall sendirian. Saat memilih tas, tanpa sengaja Nara melihat Chandra dan Winda yang sedang berjalan berduaan. Karena tidak ingin ketahuan, maka Nara menghindar dengan berjalan cepat.Dibelakangnya Chandra memanggil namanya, tetapi tak ia hiraukan.Sekarang yang terpenting adalah sembunyi sejauh-jauhnya dari pandangan mereka.

Nara kelabakan mencari tempat persembunyian. Saat ditengah kefrustasiannya ia melihat ada kamar mandi. Tanpa pikir panjang ia segera masuk.

"Aduh, untung aja.Ngapain juga Chandra ngejar segala," katanya sambil memerosotkan tubuhnya kelantai.Tiba-tiba terdengar suara bariton dibelakang tubuhnya.

"Sedang apa anda disini?"

Nara kaget, ternyata bukan cuma dirinya yang berada didalam kamar mandi.Ia mendongak dan menjawab, "Om yang ngapain disini? Inikan toilet cewek? Atau jangan-jangan om mau ngintipin ya. Aku panggil security lho."

Pria didepannya tampak mengangkat sebelah alis tebalnya, "Anda buta? Tidak bisa baca?" Katanya datar sambil menunjuk papan bertuliskan 'COWOK'

Nara pun membelalakkan matanya, dia tidak sadar bahwa yang dimasukinya itu toilet cowok. Lantas ia pun menyengir lebar.

"Ehh iya om, berarti saya dong yang salah masuk. Bukan om kok yang salah masuk jadi jangan bilang ke security ya. Om baik deh, aduh kayaknya aku ditunggu temenku deh om. Dah Om," Nara pun keluar dari kamar mandi cowok dengan berlari terbirit-birit, meninggalkan lelaki yang masih memperhatikan punggungnya sampai menghilang.

Tampak handphone si cowok itu berbunyi, ternyata ada sebuah telepon dari sang mama yang menyuruhnya untuk pergi ke parkiran karena sudah ditunggu.

"Dam, mama udah di parkiran nih. Cepet lah, mama udah nunggu lama,"  kata mamanya disebrang telepon dengan kesal.

"Ya, Adam kesana," katanya membalas. Saat akan membuka pintu tanpa sengaja sepatu mahalnya itu menginjak sebuah kalung dengan liontin huruf yang bertuliskan Nara.

Nara, gumamnya dalam hati sambil menyunggingkan senyum tipis yang sangat tipis hingga tidak ada yang tahu selain dia dan tuhan.

✨✨✨

Bukan seberapa banyaknya waktu untuk move on tetapi seberapa banyaknya usaha yang kamu lakukan untuk bisa move on                    

***