Chereads / You, Your Love and Secret / Chapter 3 - Seorang Rajendra

Chapter 3 - Seorang Rajendra

Rajendra Pradipta Adam, lelaki dewasa yang di umurnya yang sudah memasuki kepala tiga, tetapi masih betah dengan status lajangnya. Di usianya yang sudah memasuki kepala tiga ini, ia sama sekali belum pernah merasakan apa itu yang dinamakan jatuh cinta. Bukannya ia seorang gay yang menyukai sesama jenis, tetapi ia selalu berpikir bahwa semua wanita itu sama saja, merepotkan.

Setiap kali ditanya kapan menikah pasti ia akan menjawab, "Nanti, kalau sudah waktunya."

"Nantinya tuh ya kapan sih Dam, mama itu udah tua. Pengin gendong cucu. Lihat adik kamu dia aja udah ngenalin pacarnya ke mamah. Terus kamu kapan ngenalin calon kamu ke mamah? Kamu pengin nunggu mamah sekarat baru kamu ngenalin calon kamu?" Kata mama Rajendra yang sudah mulai jengkel dengan sikap putra sulungnya itu.

"Jangan ngomong gitu, gak baik Ma," Balas Rajendra santai.

"Makanya kalau kamu gak mau mama ngomong kayak gitu cepetan kenalin calon kamu ke Mama, buat Mama seneng lah Dam," Balas Mamanya dengan mendramatisir.

"Adam berangkat kerja dulu, assalamualaikum," pamit Rajendra sambil mengecup punggung tangan sang mama.

"Adam, sini dulu kamu. Mama belum selesai ngomong!" Teriak mamanya yang dihiraukan Rajendra.

Bukan bermaksud durhaka terhadap Mamanya. Tetapi ia sudah bosan sekali mendengar ceramahan sang mama yang selalu menanyakan perihal menikah. Lebih baik ia cepat-cepat pergi bekerja dan menangani pasiennya di rumah sakit.

Rajendra bekerja menjadi seorang dokter di suatu rumah sakit besar Jakarta. Ia mengambil spesialis jantung, sebenarnya ia ingin menjadi seorang dosen tetapi pada saat ayahnya meninggal karena penyakit jantung. Ia tiba-tiba ingin menjadi seorang dokter karena menurutnya bekerja sebagai dokter juga dapat bermanfaat kepada banyak orang. Oleh sebab itulah ia sekarang menjadi dokter spesialis jantung.

Rumah sakit tempatnya bekerja sebenarnya tidak terlalu jauh dengan rumahnya, tetapi ia lebih memilih tinggal disebuah apartemen dekat rumah sakit karena menurutnya lebih efisien. Alasan utamanya si menghindari pertanyaan kapan menikah dan lain-lain.

Setelah sampai dirumah sakit tempatnya bekerja ia segera turun dari mobil. Langkahnya yang tegap dan penuh wibawa itu yang membuatnya menjadi pusat perhatian bukan hanya para perawat yang terpesona dengannya, tetapi juga para pasien yang sedang berjalan-jalan dikoridor tampak memperhatikannya dengan sorot kagum yang tak tersembunyikan.

"Pagi dokter Rajendra," sapa seorang perawat.

Jika kalian membayangkan ia akan tersenyum ramah, maka kalian salah. Walaupun statusnya sebagai dokter ia tetap pada sikapnya yang dingin dan datar. Ada saatnya ketika dia bersikap ramah kepada pasiennya, hanya kepada anak-anak dan lansia.

"Hmm," Jawab Rajendra dingin. Ia akan bersikap profesional bila lawan bicaranya profesional. Dia tidak suka yang namanya berbasa-basi apalagi dengan yang namanya perempuan. Dia pun tidak tau apa penyebab pasti ia sangat tidak menyukai perempuan. Yang ia tahu hanya sejak dulu ia menanggap perempuan itu merepotkan. Karena sudah biasa dengan sikap Dokter Rajendra, perawat itupun hanya tersenyum maklum.

"Dokter, ditunggu sama orang tua pasien di ruangan," kata suster memberitahu.

"Saya kesana," Jawab Dokter Rajendra sambil berlalu tanpa menunggu jawaban si perawat.

***

Lelah pasti dirasakan Rajendra, walupun begitu ia sangat menyukai profesinya sekarang sebagai dokter. Setelah pulang dari rumah sakit, ia langsung kembali ke apartemntnya. Setelah sampai, langsung saja ia rebahkan tubunya dikasur king size miliknya. Dilepasnya kemeja dan snelinya hingga hanya menyisakan kaos polos. Saat sedang melamun, ia tersentak tatkala ponselnya berbunyi. Ternyata mamanya, langsung saja ia mengangkat telepon dari sang mama.

"Hallo Assalamualaikum Ma. Ada apa?" tanyanya

"Dam, bisa nggak besok nganterin mama ke mall?"

"Bisa, emangnya mau apa ke mall?"

"Mau beli kado buat tetangga. Anaknya mau nikahan."

"Ohh, iya besok sore Adam jemput kerumah. Yaudah Mah, Assalamualaikum."

Langsung saja Rajendra mematikan teleponnya. Ia sudah sangat hapal diluar kepala. Bila saja ia tetap melanjutkan telepon dengan mamanya pasti telinganya sudah panas mendengar celotehan sang mama yang pasti tidak jauh-jauh dari kata menikah itu. Karena terlarut melamun ia pun tanpa sadar ketiduran.

***

Sore itu Rajendra menjemput sang mama untuk mengantarkannya belanja. Saat mobilnya memasuki pekarang, ia melihat sepasang pemuda-pemudi diteras rumahnya yang ternyata itu adalah adiknya dengan sang kekasih. Tanpa mengatakan apa-apa Rajendra langsung melenggang masuk ke rumah tanpa melirik adiknya sedikitpun. Adrian yang sudah tau dengan sikap kakanya itu hanya terdiam biasa saja. Tetapi ia tahu walaupun kakanya itu tak pernah menunjukkan rasa sayangnya, Rajendra sangat menyayangi dan peduli padanya.

"Ma," sapanya pada sang mama sambil mencium punggung tangan sang mama.

"Ayok, berangkat!" ajak sang mama dan mereka pun pergi ke mall menggunakan mobil Rajendra. Sebelum pergi mamanya menyempatkan memberi wejangan pada Adrian agar tidak macam-macam dengan sang kekasih, Winda.

Setelah sampai di mall, Rajendra meminta mamahnya untuk pergi mencari barangnya sendiri. Sedangkan ia,akan pergi ke toko buku. Saat sedang memilih-milih buku ia tak sengaja melihat adiknya yang juga sedang memilih buku. Tetapi ia tidak menghiraukannya, ia tetap melanjutkan memilih-milih buku. Ditengah keasyikannya memilih buku, ia merasa ingin buang air kecil. Rajendrapun pergi ketoilet untuk buang air kecil.

Saat sudah selesai buang air, tak sengaja ia mendengar suara seorang perempuan yang sepertinya habis berlari karena suaranya terdengar ngos-ngosan. Dipandanginya si perempuan dengan satu alis dinaikkan.

"Sedang apa Anda disini?" Tanya Rajendra dengan suara khasnya yang datar dan dingin.

Perempuan didepannya pun kaget, terlihat dari punggungnya yang menegang. Perempuan itu melebarkan matanya sambil berseru, "Om yang ngapain disini? Inikan toilet cewek? Atau jangan-jangan Om mau ngintipin ya. Aku panggil security lho,"

Rajendra pun menaikkan satu alisnya yang tebal, "Anda tidak bisa membaca? Anda buta?" Tanyanya sambil menunjuk pintu toilet yang tertuliskan 'COWOK'

Perempuan didepannya tampak melebarkan matanya kembali. Ia berkata, " Ehh iya om, berarti saya dong yang salah masuk. Bukan om kok yang salah masuk jadi jangan bilang ke security ya. Om baik deh, aduh kayaknya aku ditunggu temenku deh om. Dah Om," Ia pun keluar dari kamar mandi cowok dengan berlari terbirit-birit, meninggalkan Rajendra yang masih terpaku menatap punggungya sampai menghilang.

Lucu, batinnya tanpa sadar. Ia masih terpaku ditempatnya sampai suara ponsel membuyarkan lamunannya tentang si perempuan itu. Ternyata si penelpon adalah mamanya yang meminta untuk segera datang ke tempat ia memarkirkan mobil. Karena mamanya sudah selesai berbelanja. Ia pun segera bergegas sebelum sang mama mengeluarkan jurus supernya untuk menceramahi Rajendra, karena itu takkan ada habisnya. Dan saat akan membuka pintu, sepatu mahalnya tanpa sadar menginjak sebuah kalung berliontin huruf Nara.

Nara, batinnya. Lalu ia menyimpan kalung itu di saku kemejanya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk membuat seseorang jatuh cinta,tak perlu barang mahal,tak perlu make up tabal. Hanya perlu ketulusan. Karena dengan ketulusan itu cintakan bertahan

***

Happy Reading.....