"AAA!! Maafkan aku! Aku tidak tahu kalau kau memakai earphone mini!! Aku sungguh minta maaf." Ucap Saki blak-blakan membungkukkan badannya beberapa kali, dan langsung dihentikan oleh Kahime dengan menepuk pelan bahu kanannya. "Jangan salahkan dirimu, karena aku yang awalnya kurang waspada." Tuturnya halus, kemudian memasukkan tangan kanan kedalam saku hoodie, lalu melihat layar smartphone. Saki berdiri normal sembari memperhatikannya, "Oh ya... mumpung ada kau, bisa tunjukkan jalan ke tempat ini?... Aku akan mentraktirmu sebagai permintaan maaf atas kecerobohanku dan tanda terima kasih karena tadi menolongku." Tukas Kahime memperlihatkan layar smartphonenya tepat di depan wajah Saki sampai ia terkejut sesaat, dan ia menjawab, "Tapi, tempat ini...." keluh Saki menatap cemas ke arah Kahime.
Akan tetapi, keluhannya ditolak bersamaan dengan dia memasukkan smartphone kedalam saku celana, dan menggelengkan kepala sembari menggoyangkan acungan jari telunjuk kiri.
Jam delapan malam,di kota Juana distrik 10....
Saki menghela napas sambil melirik Kahime yang bersenandung sembari menggoyangkan kepala ke kiri ke kanan, membuat dua kunciran rambut pada sisi kepalanya menyembul kesana kemari. "Murasaki-san, apa kau begitu senang rambutmu dibuat begitu?" tanyanya gugup.
Kahime menghentikan langkahnya, lalu menoleh dengan menatap tidak suka dan membuang muka, "Kalau iya memangnya kenapa?!... lagipula, kunciran ini terlihat imut." Jawabnya agak lirih dengan rona merah muda tipis muncul diwajahnya. Saki terkesiap kaget, lalu mengusap belakang lehernya menggunakan tangan kanan, "Aaaahhh, iya, ya... itu juga karena kamu lupa mandi sore dan menumpang di toilet cukup lama, sampai ada anak-anak yang melihatmu sedang menahan rambut dari dua sisi." Celatuk Saki sedikit gugup, astaga, dia tiba-tiba jadi imut begitu. Nyaris saja salah tingkah karena serangan tidak langsung. –batin Saki dalam hati tengah dipenuhi rasa bahagia.
"Ah!! Aku tidak mendengarnya!!" dalihnya berteriak cukup keras sambil menutup kedua telinga menggunakan kedua telapak tangan, lalu menoleh, "Ayo, jangan banyak bicara. Cepat antar aku sampai tujuan. Perutku sudah lapar sejak dari tadi. Ayo, cepat!!" cetusnya mendesak Saki dengan mendorongnya dari belakang dengan langkah lebar yang terburu-buru.
Sesampainya di tempat tujuan....
ROYALE CHICKEN
Saki menghela napas sekali lagi, menundukkan kepala dengan lesu. Kahime kesal dan menegurnya, "Hei, apa kau punya masalah dengan tempat pilihanku?" dia memicingkan mata dan tersenyum miring, "Apa kau takut aku akan menggunakan uang tabunganmu?" ejeknya dengan tatapan merendahkan, akan tetapi Saki bukannya gelisah, ia malah terlihat santai. Diapun sontak terkejut dan bertanya keheranan, "Oi, apa kau tidak takut sama sekali kalau aku akan mengeringkan tabunganmu?"
"Tidak takut." Jawab Saki singkat melihat sekeliling tempat makan yang berbataskan kaca bening, "Sudah ramai saja, dulu tidak seramai ini." Lanjutnya berkata pelan. Kahime tercengang, baru kali ini ada orang yang menjawab tidak takut saat kuancam seperti mengeringkan uang tabungannya. Apakah dia sudah tahu apa yang akan terjadi setelah aku mengatakannya?! –pikirnya heran.
"A-a-a-a-apa... ka-kau pernah kesini sebelumnya?" tanyanya gelagapan, "Ya, aku pernah kesini." Jawab Saki dengan wajah berseri-seri, aku tidak percaya dari wajahmu –batinnya curiga. "Aku masuk duluan, kalau kamu tidak segera masuk. Akan kucarikan tempat yang enak." Kata Saki langsung melesat masuk ke dalam toko makanan. Dia terpekik dan masih berpikir apakah Saki bisa dipercaya, lalu dia masuk untuk menyusulnya yang dalam beberapa saat sudah hilang.
Kahime berjalan menuju tempat melapor tamu, dan memanggil orang yang tengah bertugas disitu, "Permisi." Seorang wanita muda berpakaian maid seperti laki-laki menoleh, kemudian menghampirinya, "Ya? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sembari tersenyum tipis, dia menatap dengan polos, "Aku sedang mencari seseorang." Jawab Kahime.
Sedangkan Saki, ia sedang menempelkan sebuah kertas seperti sticky note, dan meminta seorang waiter untuk menjaga tempatnya sebentar agar ditempati oleh orang lain. Dan tidak lama kemudian terdengar suara mikrofon menyala dan dentuman dari jari, orang-orang yang berada di dalam toko pun teralihkan perhatiannya.
"Mohon maaf bagi pengunjung yang merasa terganggu. Adakah seseorang yang melihat pemuda memakai hoodie putih dengan tudung hitam, berambut pirang, memilik sepasang mata biru laut, dan... agak aneh..?... eh?. Diharapkan untuk segera ke tempat melapor tamu. Terima kasih." ucap seseorang dari speaker pengumuman.
Saki yang mendengarnya kaget bukan kepalang, Murasaki-san, apa kau ingin membunuhku? –pikirnya gelisah. Setelah mendengar pengumuman tadi, ia segera menuju tempat melapor tamu. Sesampainya disana, ia dikejutkan oleh beberapa lelaki berdiri disamping Kahime.
**********
Beberapa waktu sebelumnya.....
Kahime diam memperhatikan tempat kerja wanita tersebut, lalu menoleh ke arahnya saat wanitu itu mematikan mikrofon, "Terima kasih." Ucapnya, "Sama-sama, nona." sahut wanita tadi mengangguk kecil, "Baiklah, sebentar lagi dia pasti datang." Gumamnya berdiri di tempat berpijak sambil diam melihat sekeliling isi toko. Sepertinya kalau disini dipakai untuk acara ulang tahun lumayan juga. –pikirnya begitu mendapatkan kejutan ide kecil.
"Anu, apakah disini menyediakan layanan untuk acara khusus seperti ulang tahun? Untuk anak-anak dibawah sepuluh tahun?" tanya Kahime penasaran, ia menggaruk pipi kanan yang agak gatal, "Hmm, sepertinya bisa. Toko kami sebenarnya menyediakan layanan seperti itu, tapi tidak dipublisasikan selama ini." Jawabnya dengan perasaan gusar. Diapun penasaran sampai kedua pupil matanya mengecil, "Kenapa?" tanya Kahime lagi, ia melihat sekeliling, lalu sedikit membungkuk, "Ada beberapa pelanggan rusuh yang tidak suka. Mereka memang sangat jarang kesini, tapi begitu mereka datang dan bertemu orang yang cukup dikenali. Itu adalah nasib buruk yang akan terjadi pada orang yang dikenalinya, kecuali bagi kami para pekerja dan pemilik usaha." Jawabnya panjang lebar, kemudian kembali berdiri tegak.
"Begitu ya." Gumam Kahime kecewa.
Tak lama kemudian, beberapa lelaki berjalan menghampirinya, dan salah seorang dari mereka yang berada ditengah menyebut namanya, "Kahime." Dia menoleh, mereka terkejut, "Siapa?" tanyanya dingin. Lelaki yang menyebut namanya tadi melangkah lebih dekat, kemudian menatap rendah dirinya, "Apa kau sama sekali tidak ingat aku?" tanyanya, "Boro-boro ingat, kenal aja enggak." Jawab Kahime ketus.
"Sialan!" teriaknya melayangkan telapak tangan kirinya ke arah Kahime, dia segera menggunakan kedua tangannya sebagai penghalang, tiba-tiba Saki menarik Kahime ke badannya condong ke belakang, dan tangan kangan Saki menahan tangan lelaki tersebut dengan menggengam erat pergelangan tangannya. Kahime terkejut karenanya, lelaki tersebut beserta teman-temannya terkejut karenanya, wanita yang bekerja di tempat melapor tamu terkejut olehnya, begitu juga orang-orang yang berada di dalam toko.
"He-hei!! Lepaskan tanganku!!" tegur lelaki itu risih dan menatapnya kesal, "Kau-.. !!" geramnya, akan tetapi, geraman tersebut berubah seketika melihat Saki yang menatap tajam dan dingin padanya. Jangan berani menyakitinya. –itu yang dikatakan wajah Saki.