"Selama ini gue diam karena gue tau, gue miskin. Tapi, seenggaknya gue bukan budak lo atau bahan pembullyan lo pada!" balas Aletta,
"Wahhh, ternyata lo bisa marah juga ya? Wahhh," Sherry bertepuk tangan saat Aletta melawannya. Menatap sinis, apa lagi melihat Aletta menghempaskan kedua temannya barusan. Sherry tidak takut, ia akan terus membuat Aletta bosan di sekolah ini.
Aletta menarik nafas buang nafasnya perlahan, tidak boleh kehilangan kendali. Emosinya menguras akan mengakibatkan hal yang merugikan. Aletta Tidak merespon omongan Sherry, lebih baik ia pergi meninggalkan para gadis itu. Menjadi bahan pembullyan memang membuat Aletta terganggu. Salah satunya tidak memiliki teman.
****
Sepulang sekolah Aletta buru-buru berlari menuju halte bus. Ada sesuatu yang harus ia kerjakan. Aletta mencari pekerjaan paruh waktu, untuk membayar uang sewa kontrakan. Tanpa sepengetahuan sang Ibu, gadis itu membuka ponsel jadul miliknya. Tapi percuma, tidak berguna untuk apapun.