Sesampainya di kota mereka berpisah, pulang sendiri-sendiri. Farrel meminta gadis itu untuk tetap di mobil. Karena ia akan mengantarkan gadis itu pulang. Rachel menuruti permintaan Farrel, lelaki itu keluar sebentar. Rachel mengalihkannya bermain ponsel, kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri. "Duh, kenapa pening banget ya," gadis itu memijat pelipis keningnya.
Traumanya tadi memang membuat Rachel terlihat lemah didepan teman-temannya. Ya, memang dia lemah. Penyakitan pula, Rachel merasa bersyukur karena mereka tidak menghindarinya. Bahkan mereka mengkhawatirkannya, sahabat yang baik, solidaritas yang kuat. Apalagi sosok yang ia anggap berengsek, kini menjadi tempat ternyamannya.
"Aku anterin pulang ya, gimana masih pusing?" tanya Farrel dengan nada lemah lembut. Memandang cewek itu dengan penuh tatapan hangat.
"Makasih ya, masih pusing." jawab Rachel, lemas sekali rasanya. Pusing.