Sepulang sekolah Elina dan Azura pergi ke rumah Kayla. Karena mereka ingin tahu kenapa sahabatnya tidak berangkat sekolah. Keduanya menaiki mobil Elina, Azura mendapat pesan dari Zaenal kalau mereka juga mengikutinya. Mungkin karena Dimas, bukan Gabriel.
Setelah sampai di rumah Kayla, Elina langsung masuk melewati gerbang yang tidak dikunci. Selanjutnya mengetuk pintu serta memanggil-manggil nama Kayla. Sayangnya tidak ada jawaban, ada yang janggal di mata Elina. Ada bercak darah dan bau amis di handle pintu. Gadis itu takut, tanpa pikir panjang ia langsung masuk ke dalam rumah.
Melihat kondisi rumah yang sangat berantakan. Elina dan Azura berlarian menuju kamar mencari keberadaan Kayla. Tapi tidak ada sama sekali. Mereka takut terjadi apa-apa dengan Kayla. Ketika Elina menghubungi polisi, Dimas dan Zaenal muncul lalu menghampiri mereka.
"Di mana Kayla?" tanya Dimas, wajahnya sudah terlihat begitu cemas.
"Kayla nggak ada, mama nya pun nggak ada." Elina menjawab dengan bibir sudut bergetar. Apa ini ulah tante Aleta? Atau ada perampok yang membunuh mereka dan membuangnya ke sesuatu tempat. Ahh tidak-tidak, ia harus menghubungi Polisi dulu.
"Zura, gue nggak kuat megang hp. Tangan gue gemeter, gue takut Kayla kenapa-kenapa." tanpa Elina sadari, air matanya sudah mengucur. Jangan sampai Kayla pergi meninggalkannya. Hiks, itu sangat menyedihkan bagi Elina.
Azura merangkul dan mengelus pundak Elina, sama seperti dirinya juga khawatir dengan Kayla.
Azura pun mengambil alih dan menghubungi polisi.
Dimas menelusuri area belakang rumah, yang berantakan hanya bagian ruang tengah ini saja. Dan tempat lainnya aman. Tapi, darah ini yang membuat mereka menjadi semakin tidak karuan. Ada sebenarnya?
"Gue udah telfon polisi, sekarang kita tanya tetangga aja. Gimana?"
Setelah mereka menyetujui perkataan Azura, mereka bergegas mencari tahu dari tetangga. Mereka berpencar, mencari info dari orang tidak tahu apa-apa membuat mereka bingung. Di mana harus mencari Kayla.
"Kita hubungi Gabriel? Mungkin dia tau," usul Zaenal,
"Semalem gue liat Kayla nangis di trotoar sana sekitar jam 8 malam. Gue emang nyariin dia dari sore, keadaan rumahnya juga sepi banget. Mungkin Kayla dari rumahnya Gabriel. Tapi, kenapa Kayla nangis bener-bener rapuh banget." kata Dimas,
"Apa mungkin Kayla ngebatalin pertunangan ini?" tanya Elina, mulai membahas hubungan Kayla. Tidak mungkin kan kalau Aleta membunuh Kayla hanya membatalkan pertunangan itu.
"Tunangan?" Zaenal dan Dimas tak percaya, ia pikir Kayla dan Gabriel hanya pacaran.
"Nanti gue ceritain deh, sekarang kita fokus cari Kayla. Kita tunggu polisi datang dulu." Elina kembali masuk dan duduk di kursi teras yang tersedia. Ia mulai menghubungi nomor Kayla. Tapi tidak aktif.
Elina bingung haruskah menghubungi Gabriel, hanya satu-satunya manusia itu yang belum tahu tentang ini. Apa Gabriel sudah tahu lebih dulu? Atau belum sama sekali.
Elina mengirimkan pesan menyuruh Gabriel ke rumah Kayla. Belum ada respon.
Gabriel.
Lo tau di mana Kayla sekarang?
Gabriel hanya membaca pesan itu. Elina tak sabaran, ia harus menelfon Gabriel memberitahu keadaan rumah Kayla. Siapa tahu cowok beku itu bisa menyesal! "Lo tau di mana Kayla? Kasih tau kita kalau lo tau sesuatu," ucap Elina tanpa berhenti.
"Maksudnya?"
"Cepet ke rumah Kayla sekarang!"
"Males,"
"Kayla nggak ada di rumah, lo sama sekali nggak peduli sama dia?"
Gabriel menutup telfon tersebut. Membuat Elina berdecak sebal. "Duuuh, gue takut. Gabriel juga nggak tau di mana Kayla,"
Galang mendapat penjelasan mengenai kondisi Kayla sekarang, anak itu mengalami koma dan masa kritis. Jika Tuhan memberkati, Kayla akan kembali dan sadar. Luka nya cukup parah, di bagian jidat sampai mengenai tulang sedikit retak. Dokter belum memastikan apa yang akan terjadi setelah ini.
Luka bukan hanya itu saja, tapi sekujur tubuh Kayla mengalami memar-memar. Bagian lengan, sikut, dengkul kaki. Jari-jemari juga ada saraf yang terjepit. Dokter mengatakan kalau anak ini mengalami penganiayaan yang cukup parah dan sadis. Dan Dokter mengatakan Kayla juga dalam masa Amnesia sejak kecil. Kayla mengkonsumsi obat penenang, traumanya cukup parah di masalalu. Makanya ia tidak bisa mengingatnya. Hanya saja semua itu dianggap mimpi oleh Kayla.
Galang cukup tergores hatinya mendengar penjelasan dari Dokter. Kenapa Galang merasakan sakit, bahkan ia seperti Ayah yang anaknya disiksa. Padahal ia tidak tahu siapa anak ini, baru juga menolong dan membawa ke rumah sakit.
Hampir satu hari anak ini belum sadar juga. Galang masih menemani Kayla, memandang wajah yang begitu mirip dengan Kayla Na Angelita. Sosok itu mengingatkannya betapa cantiknya 2 putri kembar saat masih kecil dulu. Sekarang Galang hanya bisa memeluknya dalam mimpi. Kebahagiaan mereka berdua adalah anak. Tapi, sekarang ia tidak bisa memiliki anak lagi.