"Yaaa..." teriak seorang wanita muda berambut hitam kemerahan dengan tatapan tajam penuh aura membunuh. "Lepaskan aku! Kau menyakitiku," serunya marah.
Orang yang dia teriaki itu bergeming dengan tatapan lurus nan intens tanpa ada niatan untuk melepaskan cengkraman tangannya pada pergelangan tangan sang wanita. Wanita itu meronta dan meringis menahan sakit, matanya berkilat dingin membalas tatapan orang itu. Namun, tampaknya orang tersebut tidak terpengaruh sama sekali.
"Aku tahu kau mengerti bahasaku jadi lepaskan aku! Ini sakit berengsek."
Ada kedipan sekali ketika mendengar pernyataan sang wanita. Orang atau lebih tepatnya seorang pria bertubuh tinggi berkulit putih bersih dengan rambut hitam cokelatnya itu mulai mengendurkan cengkramannya, namun belum mau untuk melepaskan.
Sang wanita menghela napas panjang, melembutkan ekspresinya yang tadi sempat mengeras.
"Apa maumu? Jebbal keuman yo. Naeun..."
Wanita itu menghentikan kata-katanya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Wanita muda berkulit tan bermata cokelat gelap itu membuang mukanya ke samping merasa sudah tidak sanggup menatap wajah sang lelaki. Matanya terasa panas dan hatinya berdenyut sakit.
Pria itu diam masih mempertahankan tatapannya. "Shely-ah...kau kemana saja selama ini? Aku terus mencarimu setelah kejadian itu," katanya dengan bahasa Indonesia yang baik.
Wanita bernama Shely itu membawa tatapannya untuk melihat pria berkebangsaan Korea Selatan itu karena terkejut mendengar pernyataannya.
"Untuk apa?" tanya datar. "Bukankah semuanya sudah selesai, saat aku melihat berita pertunanganmu itu!" Shely langsung menarik napas panjang setelah mengatakan itu, kilat matanya tampak terluka.
Pria Korea itu mendesah berat lalu tersenyum lelah. "Aku bisa apa? Itu semua adalah permintaan eomma-ku," jawabnya pelan. "Shely-ah..."
"Keuman yo Jungkook-sshi!" sergah Shely kesal. "Tolong jangan ganggu aku lagi. Aku sudah bahagia dengan kehidupanku, begitu juga denganmu, benarkan!"
Pria tersebut menggeleng cepat. "Ani...aku tidak bahagia sama sekali. Shely-ah...aku hanya ingin kau disisiku. Itu saja," pintanya lemah. "Demi kau aku berusaha keras untuk belajar bahasa Indonesia agar saat kita bertemu aku bisa bercerita banyak denganmu. Selama empat tahun ini aku tak pernah berhenti mencarimu di seluruh Seoul. Bahkan aku juga meluaskan pencarianku sampai ke Indonesia."
"Untuk apa?" katanya lemah, "Untuk apa Jungkook-sshi?" Shely tersenyum miring menatap hampa pria yang dia panggil Jungkook itu. Meski tadi dia sedikit kaget dengan perkataan Jungkook yang mengatakan mencari dirinya dengan sangat keras.
"Saranghae Shely-ah," bisiknya tulus dengan tiba-tiba.
Shely tampak membulatkan matanya sedikit, walau tak tampak karena tersembunyi di balik kacamata bulat miliknya. "Gotjimal..." lirihnya tak percaya.
"Ani ya Shely-ah..." bantahnya dengan tegas.
Shely menyentuh tangan Jungkook yang masih mencengkram pergelangan tangannya lalu dengan lembut dia melepaskannya. Tampak ruam merah di pergelangan tangan tan itu.
"Jeon Jungkook-sshi," kata Shely tegas. "Aku dan kau berbeda. Kita tahu itu sejak aku mengenalmu lima tahun lalu secara tidak sengaja. Jebbal, jangan memberikanku harapan kosong lagi." Shely terdiam menarik napas panjang lalu dia embuskan dengan kasar. "Sakit Jungkook-sshi. Di sini..." ujarnya mencengkram bajunya di mana jantungnya berada. "Lebih dari yang kau tahu. Aku tidak mau merasakan rasa menyiksa itu lagi."
Jungkook hanya menatap Shely sendu. Dia tau semua masalah yang terjadi adalah ulah dari kebodohan dan kesombongannya. "Aku tahu rasanya..." katanya.
Shely menggeleng. "Tidak. Kau tidak tahu..." bantah Shely datar.
"Percayalah aku tahu betapa sakitnya itu..." tukasnya mantap.
Tanpa di sangka Shely tertawa miris. "Benarkah? Kenapa aku tidak percaya!?"
"Shely-ah...," kata Jungkook putus asa. "Mian karena baru menyadarinya sekarang." Jungkook melangkah selangkah dan Shely mundur secara otomatis. "Bi-bisakah kita mulai dari awal lagi?" pintanya penuh harap.
Shely bergeming dengan raut wajah penuh keraguan. Selama empat tahun ini dia berusaha kerasa untuk melupakan lelaki yang pernah mengisi hatinya. Meski dia tahu kalau itu tidak mungkin terjadi karena sampai sekarang dia masih belum bisa melupakan lelaki yang secara tidak sengaja sudah menghancurkan hidup dan masa depannya. Shely menahan napas sambil menggigit bibirnya saking bingungnya.
"Shely-ah," panggil Jungkook. "Jangan diam saja! Aku benar-benar ingin memulai ini semua dari awal. Aku sungguh sangat menyesal Shely-ah."
Shely menunduk tanpa sadar tangannya meremas ujung kemejanya. "Aku harus pergi sekarang. Maaf Jungkook-sshi, aku duluan." Shely lebih memilih untuk menghindar lalu berjalan cepat melewati Jungkook.
Jungkook tampak tak puas dengan jawaban Shely. Namun dia juga tak bisa memaksa wanita keturunan asli Indonesia itu. Dia tidak mau Shely bakal menghindarinya dan pergi menghilang lagi kalau dia salah langkah. Sudah cukup selama empat tahun ini dia dibuat gila dengan hilangnya Shely.
"Arraseo..." gumannya pelan. "Keundae... Shely-ah, aku ingin bertanya satu hal padamu."
Shely langsung menghentikan langkah kakinya. Entah mengapa jantungnya berdegup tidak nyaman. Ia merasakan firasat buruk.
"Daehan, Minguk, Manse dan Seungjae. Nugu ya?" tanyanya serius.
Tampak Shely menegang membeku dan refleks meneguk ludah gugup. Sudah dia duga, Jungkook pasti akan menanyakan perihal keempat anak lelaki yang memanggilnya mama saat Shely bertemu dengan Jungkook tadi di restoran makanan khas Indonesia yang dia kelola bersama dengan dua orang teman baiknya.
"Shely-ah. Siapa ke empat anak kembar itu?" tanyanya menuntut.
Shely mendesah pendek lalu berbalik memasang wajah datar. "Uri aedeul. Wae yo?"
Jungkook terkejut tidak percaya. "Kau sudah menikah? Itukah kenapa kau tidak mau memulai lagi denganku?" tanyanya menahan rasa amarah.
Shely mengeraskan wajahnya dan tangannya terkepal menahan emosi yang mendesak ingin meledak. "Ani yo. Aku belum menikah. Keempat anak itu adalah anakku. Itulah faktanya," bantah Shely tegas.
Jungkook mengerenyit tajam, otak jeniusnya mulai memproses apa yang dikatakan oleh wanita yang dia cintai itu.
Tersentak kaget ketika mendapatkan sebuah pemikiran yang sama sekali tidak dia duga. Matanya membulat syok lalu melangkah mendekat.
"Shely-ah...jangan bilang kalau mereka adalah anak-anakku?" tanyanya cepat.
Shely membelalakkan matanya syok. "Ani yo....mereka ANAK-ANAKKU!" teriak Shely menggeleng cepat. "Kau jangan mengada-ngada Jungkook-sshi!"
"SHELY..." bentak Jungkook tanpa sadar.
Shely kaget dan mundur selangkah.
Jungkook mengembuskan napas kasar. Dia tidak bermaksud membentak wanita yang dia cintai itu. Namun dia kesal karena Shely berbohong padanya.
"Mian..."
Shely meneguk ludah sejenak menetralkan rasa takutnya. Hal yang paling tidak dia sukai dari pria bernama Jungkook itu adalah tempramentalnya yang buruk. Sifat kasar dan memerintahnya itu memberikan rasa takut untuknya. Shely menatap sejenak Jungkook sebelum dia melontarkan kata-katanya.
"Jeon Jungkook-sshi," kata Shely pelan menghentikan ucapannya sejenak.
Jungkook menatap hampa Shely.
"Su-sudah terlambat untuk memulainya lagi. A-aku..." mendadak Shely berhenti bicara karena lidahnya terasa kelu.
Jungkook terkejut tidak terima. "Aku mencintaimu Shely," ujarnya sungguh-sungguh.
Shely bergeming merasakan hatinya berdenyut nyeri. "A-aku..."
"Katakan kalau kau tidak mencintaiku maka aku tidak akan mengganggumu," pinta Jungkook dingin dan tegas. "Katakan itu dengan sungguh-sungguh maka aku berjanji padamu untuk tidak mengganggumu dan anak-anakmu!"
Shely menegang tanpa sadar mengepalkan tangannya. Dia gugup dan perasaannya begitu sesak. "Y-ya. A-aku tidak mencintaimu," katanya lemah dan terdiam menahan napas.
"Katakan dengan menatap mataku Shely-ah," perintah Jungkook dingin.
Shely terdiam tak berani menatap pria yang pernah mengisi hari-harinya itu. "Aku sudah mengatakannya," katanya kosong. "Tolong jangan ganggu aku lagi dan hiduplah seperti empat tahun yang masing-masing kita jalani. Permisi Jungkook-sshi."
Setelah mengatakan itu, Shely berbalik dan berlari kencang meninggalkan sebuah gang kecil tempat dimana Jungkook menariknya pergi. Shely merasa jika dia terlalu lama berada disana maka topeng yang dia pasang selama ini akan hancur.
"Shely-ah," panggil Jungkook keras. "Tunggu dulu. Aku belum selesai bicara. Shely-ah..."
Namun Shely tidak mendengar dan terus berlari dan menghilang dari pandangan pria berusia 25 tahun itu.
"Arrghh...ssibal!" umpatnya kesal.
***
"She-Shely-ah wae geurae?" tanya seorang laki-laki kaget melihat sahabatnya itu masuk ke dalam restoran dengan air mata. "Apa kelinci sialan itu menyakitimu lagi?"
Kebetulan dia tahu, kalau Shely pergi bersama Jungkook, atau lebih tepatnya dibawa pergi.
Shely menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap pria bermata doe itu dengan kilat mata lelah.
"Ka-kak Joongie...appo yo," kata Shely menekan dadanya dengan air mata yang masih mengalir.
Air mata itu mengalir ketika dia meninggalkan Jungkook tadi.
Tanpa perlu menjelaskan lebih detail lagi, pria yang dipanggil Shely Jonggie itu berdiri dari duduknya dan langsung memeluk sahabatnya itu.
"Arraseo..." bisiknya. "Hari ini kita tutup saja restorannya. Ayo istirahat dulu. Jika anak-anak melihatmu begini mereka akan sedih. Nah..." sarannya.
Shely mengangguk dan melangkah masuk ke ruangannya. Di sana dia duduk di sofa dan meminum segelas teh hijau hangat. Mata cokelat gelap itu pun menatap kosong teh yang tinggal sedikit itu.
Dia tidak menyangka pertemuannya dengan Jungkook setelah empat tahun sangat menyakiti hatinya dan ada rasa senang juga di sana. Dia tidak bisa mengatakan pada Jungkook kalau dia masih mencintainya karena luka yang dia beri meninggalkan rasa takut di sana.