Chereads / Musim Semi Yang Dinanti / Chapter 1 - Chapter 1 : Hujan Di Musim Kemarau

Musim Semi Yang Dinanti

Nuha_79
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 14k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 : Hujan Di Musim Kemarau

Menurut sebagian orang di negeri empat musim, kesedihan diibaratkan musim dingin atau hujan, sedangkan musim semi atau bunga sakura dianggap sebagai kegembiraan atau keindahan. Namun apakah kamu percaya dengan seseorang yang memiliki kekuatan alam seperti mendatangkan mendatangkan hujan atau sebagainya?. Pernahkah kau melupakan seseorang yang paling berharga bagimu?.

Mentari menyembul malu dari ufuk, menorehkan semburat jingga nan indah, ditambah terpaan angin tenggara menghempas kelopak kelopak flamboyan nan jingga hingga bersimpah di rerumputan nan dipenuhi oleh bunga laverder liar.

Bersama alam nan asri desa Rinai, Anastasya Yasmine duduk santai di kursi taman bawah pohon flamboyan sembari membolak balik buku diarynya , merenung menguntai masa lalu.

sebuah mimpi di musim kemarau lalu dan hilang seperti embun pagi.

"Rama...sekarang seperti apa wajahmu? Apa kau masih mengingatku?"gumamnya sembari menerawang kebelakang.

8 tahun yang lalu....

"hei bocah sial mau kemana kau? Jangan kabur! Hoi!!" beberapa berandal nakal mengejar Yasmine kecil yang lemah, karena Yasmine tiada punya ayah mereka slalu mengganggunya dan sekarang mereka berniat melemparinya batu.

Naasnya ia tersandung batu dan keseimbangannya pun goyah, ia terjatuh.

"tidak! Jangan sakiti aku" teriak Yasmine ketakutan sembari menutup matanya dan menangis, ia tau sekencang apapun ia berteriak tiada yang akan dengar ataupun ingin mendengarnya jadi iapun pasrah ketika seseorang dari mereka telah melayangkan batu, ia merasakan bahwa batu itu akan membuat ubun ubunnya berdarah lagi,

SETT

Namun...tiada yang terjadi.

Seorang pemuda berdiri didepannya menngkap batu itu, setelah orang itu berkata sesuatu para berandal itu lari ketakutan. Pemuda itu berbalik dan tersenyum pada Yasmine.

"hei.. apa kau baik baik saja?" tanya pemuda itu sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Yasmine berdiri, Yasmine pun mengangguk dan menerima uluran tangan itu.

"tt..terima kasih" ujar Yasmine kecil

"sama sama. oh ya namaku Rama, siapa namamu?"tanya pemuda itu halus.

Yasmine kecil terdiam sebentar, meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi, pasalnya baru kali ini ada yang mau berbicara padanya dan bahkan menolongnya, sedari dulu ia selalu diabaikan dan dibully.

"n-namaku Anastasya Yasmine", Yasmine takut takut menatap anak itu.

"ohh salam kenal Anna" ujar anak lelaki itu sambil tersenyum.

Dia adalah teman pertama dalam hidupnya, yang membuatnya tersenyum melewati semua hari suram yang ia miliki. Rama adalah pemuda blasteran Jepang, itulah yang Yasmine benci, karena pada akhirnya Rama harus kembali ke Jepang.

Sejak kecil Yasmine tak pernah tau siapa ayahnya, setiap kali bertanya pada Ibunya, hanya raut kepedihan yang ia dapat sehingga ia tak pernah lagi bertanya, membiarkan takdir mengalir seperti air.

Yasmine menjalani hidup dengan kesendirian, Ibunya entah mengapa selalu pergi dengan alasan bekerja, sehingga kasih sayangpun jarang ia dapatkan.

"Anna!!! Anna! " Panggil seseorang tiba tiba, jantungnya berdebar amat kencang.

Segera iapun menoleh, sekejap akhirnya ia bisa bernafas lega.

"ahhh... ibu mengagetkan saja" ujar Yasmine sambil tersenyum lalu memeluk ibunya erat.

"memangnya hanya Rama yang boleh memanggilmu Anna?" Ujar Ibunya, Yasmine tertawa mendengar ejekan ibunya.

"aku senang Ibu pulang, sejak sepekan ini" Ujar Yasmine girang.

"tentu saja hari ini kan ultahmu!" Ujar ibunya.

"benarkah?" Yasmine nampaknya lupa. Ibunya langsung menjitaknya.

"awhh ibu! sakit tau!" Ujar Yasmine sambil mengelus puncak kepalanya.

"kau ini pelupa sekali! hari ultah sendiri lupa. sudah ku bilang kan? sayangilah dirimu!" Ujar Ibunya sambil berkacak pinggang.

Tok Tok Tok

"ibu... nampaknya ada tamu" ujar Yasmine yang mendengar suara dari depan rumah.

"baiklah kamu segera ambil kuenya di dapur nanti kita makan bersama, ibu akan menghampiri tamu itu" Ujar Ibunya langsung bergegas pergi, Yasmine mengangguk paham lalu melangkah pergi ke dalam rumah.

"siapa tamu itu ya?" Ujar Yasmine penasaran. Ia melangkah mengambil kue yang telah di rias dengan sangat indah.

"indah sekali kue ini. Terima kasih ya Ibu" ujarnya sambil tersenyum manis.

Yasmine melangkah menuju ruang makan, namun langkahnya terhenti saat dilihatnya sebuah ruangan yang dulunya selalu tertutup rapat, namun kini terbuka.

Rasa penasaran mengalahkan janji yang ia buat, janji untuk tidak mendekati kamar itu.

Yasmine melangkah perlahan memasuki kamar misterius itu.

Di dalam amatlah pengap dan agak gelap, Yasmine pandangannya beredar ke seluruh penjuru ruangan. Ia agak tertarik dengan sebuah peti yang agak terbuka, segera iapun menghampiri peti itu.

Di dalamnya terdapat banyak barang usang yang berkilau, seperti zaman kerajaan.

"untuk apa ibu mengoleksi semua ini?" gumam Yasmine heran, Tangannya hendak mengambil salah satu barang, sebuah kalung.

"Yasmine?!" Ujar Ibunya tiba tiba, sungguh mengejutkannya.

Yasmine segera mengambil kue yang ia letakan di lantai.

"Ibb...ibu... akku... aku hanya..." Yasmine bingung bagaimana menjelaskannya.

"sudahlah itu tidak penting. Sekarang kita harus berkemas, kita harus pergi dari sini!" Ujar Ibunya nampak gusar, segera ia menarik lengan Yasmine sehingga kue yang ia bawa jatuh dan rusak.

"kuenya...." Yasmine agak kecewa.

"lupakan tentang kue, kita bisa beli nanti" Ujar Ibunya sambil menarik lengan Yasmine.

" Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Yasmine penasaran.

Yasmine sungguh tidak mengerti, ia hanya berjalan mengikuti kegelisahan ibunya, semua ini begitu tiba tiba.

"Yasmine...kau harus janji bahwa apapun yang terjadi kau tidak boleh menyerah, dan kau harus tetap hidup! Berjanjilah!!"tukas ibunya setengah berteriak

"i..iya ibu aku berjanji".

Ditengah langkah mereka yang terburu buru beberapa orang misterius bertopeng dan berjubah hitam menghadang mereka.

"Yasmine...kau sudah berjanji kan?sekarang patuhilah ibu..berlarilah...sekarang!!"

"tt..tapi ibu..aku tidak akan meninggalkan ibu..aku...".

"sekarang!!!lari!!!"

Akhirnya mau tak mau Yasmine berlari.. ia masih berusaha mencerna apa sebenarnya yang terjadi.

Setelah lama berlari ia pun berhenti dan memutuskan untuk menunggu ibunya. Ia merasa menjadi sangat pengecut yang lemah dan mencoba kabur saat ibunya membutuhkan

Setelah cukup lama akhirnya ibunya datang dengan kondisi yang memilukan, luka sayatan dimana mana dan darah merah mengalir deras dari perutnya. Yasmine tercengang bisu.

Ibunya ambruk di pangkuannya.

"ya..yasmine...anakku...maaf karena ibu telah menyembunyikan banyak hal darimu...sebelum...ibu sempat...mengatakannya...waktu ibu sudah tak..tersisa...".

"ssstttt...jangan bicara lagi...aa..aku akan mencari bantuan ibu..bertahanlah"suara yasmine tercekat.

"tidak... Waktu ibu tidak lama lagi... Maaf karena telah menyembunyikan begitu banyak darimu....waktu ibu...terlalu...singkat...nak...carilah ayahmu... dan...tetaplah...hidup...dan... selamat...ibbu...menyayangi..mu..."kata terakhir ibunya lalu terlelap selamanya.

"ttidak...jangan pergi...ibu...bangun...bangun...Ibbbuuu!!!!!"teriak Yasmine histeris, ia begitu pilu hatinya sesak tapi ia harus tetap tegar

Orang misterius lainya terlihat dari kejauhan mulai mendekat, yasmine gusar ia segera menelpon mobil jenazah dan ia segera lari

Berlari dan berlari bersama hujan yang kian deras menghujam, hujan yang tak seharusnya terjadi di musim kemarau.itu rena berlari terlalu cepat ia tak sadar kalau ia tengah melintas jalan raya dan..

BRAAKKK!!!!

tubuhnya terhempas dihantam mobil ganas, bahkan mobil kejam itu pergi begitu saja tanpa permisi. Darah segar mengalir dari kepalanya, penglihatannya mulai kabur..

Sebelum benar benar kehilangan kesadaran ia mencoba meraih fotonya bersama Rama dulu, foto itu ikut terhempas dari sakunya tadi,

ia mencoba dengan susah payah namun penglihatannya mulai gelap dan gelap

Hujan semakin deras menghujan bersama gemuruh di angkasa, hujan memilukan di musim kemarau...

"inikah... akhirnya?....." batinnya sebelum penglihatannya gelap.

Sang surya kembali dari peraduannya, menerobos celah celah jendela kaca nan tirainya dilambai ria oleh bayu.

Yasmine mengerjapkn matanya membukanya perlahan, hingga pandangannya tak kabur lagi.

"dimana ini...sshhh aw..."erangnya memegangi kepalanya yang berdenyut, kini terbalut perban putih.

Kini ia sadar bahwa sekarang ia sedang berada di rumah sakit, ia tak ingat apapun yang ia ingat hanyalah kematian ibunya dan kejadian naas yang menimpanya selebihnya buram saja.

"kau sudah sadar?"seorang dokter berseragam putih membuka pintu lalu masuk.

Dia mulai memeriksa keadaan Yasmine.

"hmmm...luka di kepalamu cukup parah kau akan kehilangan sedikit ingatanmu,tapi kau akan mendapat ingatanmu suatu hari nanti"kata dokter setengah berbisik

"heh? Kau bilang apa tadi dok?"tanya yasmine penasaran,dokter pria itu malah tersenyum

"beristirahatlah maka kau akn cepat pulih" ujar dokter itu lalu berlalu dan hilang dari balik pintu.

Yasmine menatap tirai tirai jendela yang tertiup angin...merasakan oksigen yang terasa begitu mahal baginya, kemudian ia terisak lagi

"ibu....hiks....hiks..."

Nasib memang kejam namun yang bisa ia lakukan hanyalah terus berjalan kedepan meski dengan bekas luka.

"ini semua salahku!salahku!kenapa aku yang hidup dan ibu yang harus pergi?!!" teriaknya histeris.

Tak berapa lama seseorang mengetuk pintu..

"iya silahkan masuk!"jawab Yasmine.orang itupun masuk

"apakah anda nona Anastasya Yasmine?" tanya pria paruh baya itu memastikan,yasmine mengangguk.

"saya adalah pengacara sekaligus orang kepercayaan ibu anda,dan beliau berwasiat untuk menyerahkan ini pada anda setelah beliau wafat"kata pemuda itu menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang.

"ini dari ibu saya?"

"ya,karena anda sudah menerimanya maka tugas saya selesai,tolong tanda tangan disini"katanya sambil menyodorkan berkas pengesahan, yasmine menandatanganinya.

Lalu orang itu pamit undur diri.

Yasmine membuka kotak itu untuk melihat isinya.

Sebuah kalung...,berkas berkas penting,uang ,dan surat

Untuk putriku tersayang

Jika kau menerima surat ini berarti ibu sudah tidak disini lagi,pergi untuk selamanya.

Banyak yang ingin ibu sampaikan padamu,namun..waktu terlalu singkat berlalu.

Nak,maaf kan ibu yang tidak bisa menjadi ibu yang baik

Membiarkanmu sendirian selama ini

Tapi asal kau tau ibu sangat menyayangimu

Nak,tetaplah menjadi yasmine yang tegar...hidup memang memilukan tapi kita punya pilihan untuk bangkit.

Sebenarnya ayahmu masih hidup,kau akan menemukan jawaban dari semua pertanyaanmu,carilah dia di alamat yang ada di kotak itu

Jagalah selalu kalung itu nak

Jangan mudah putus asa

Selama apapun musim dingin berlangsung,pasti musim semi akan tiba.

Ibu sangat menyayangimu,sehatlah dan tersenyumlah

Ibu yang menyayangimu

Liliana Y.

Bulir bulir hangat mulai membasahi pipinya,semua terlintas seperti klise

Saat ibunya menjitaknya

Saat ibunya mengelus rambutnya

Saat ibunya tersenyum sambil menyanyikan lagu tidur

"hiks...ibu....aku merindukanmu...."

Bayangan bayangan kelam tentang para pembunuh itu masih menghantui pikirannya, bayangan kelam darah merah masih terus membuatnya menangis. Ironis memang karena ia hujan turun saat seharusnya musim kemarau. Dan itu selalu terjadi, saat Yasmine menangis hujan akan turun.

* * *

5 minggu kemudian....

Yasmine telah kembali dari rumah sakit, toh tiada yang melarangnya pulang, bahkan pria yang katanya pengacara itu adalah satu satunya orang yang ia temui dirumah sakit selain dokter dan suster. Dan lukanya pun sudah sembuh, jadi ia sudah bisa melepas perban menjijikan itu dari kepalanya.

Sedari pagi ia hanya membaca baca buku diarynya, kenangan bersama ibunya dan bersama Rama ia rangkum disana, ia memang sudah tidak ingat wajah Rama lagi setelah unsiden itu bahkan foto satu satunya pun ikut hilang.bahkan apabila ia tidak punya diary itu ia tak ingat pernah berjumpa dengan Rama. Ia hanya ingat ibunya saja.

"haruskah aku mencari ayah?..."gumamnya sembari melihat kotak pemberian ibunya.

" jika ibu sendiri yang menyuruhnya maka aku harus patuh.oke sekarang aku harus berkemas...alamat itu kulihat sekilas tadi ada kata 'Jepang' yosh besok aku akan berangkat"katanya beranjak dari kamar.

***

Perjalananya ke Jepang sangatlah panjang baginya, baru kali ini ia meninggalkan desa Rinai, di sepanjang perjalanan ia hanya diam sembari menatap keluar jendela entah itu kereta ,pesawat ataupun bus.

Akhirnya ia pun sampai di Jepang

Ia langkahkan kakinya gontai,sesekali mendesah ,ia lalu tercengang sambil menengadahkan tangannya

"inikah yang namanya salju? Ohh indah sekali...dan sshhhh dingin" gumamnya takjub. Bulir bulir putih menyelimuti cakrawala bersama dingin yang menusuk tulang. Pertama kalinya Yasmine ke negeri yang asing, ia tak tau apapun, bahkan bodohnya ia tak mengenakan pakaian tebal maupun syal.

Akhirnya ,Ia melanjutkan perjalanan.

Sepanjang jalan ia menamati orang orang yang sipit matanya,dan berkulit putih.ia merasa asing disana dan canggung.

Ia mempercepat langkahnya, hingga ia melintasi sebuah rel kereta api, di arah berlawanan juga ada pemuda yang hendak melintas jua, mereka berpapasan, setelah sampai seberang Yasmine baru sadar bahwa ia seperti mengenal pemuda itu, ia segera berbalik untuk melihat pemuda itu lagi,

Namun sialnya sebuah kereta melintas menutupi pandangannya

Lama Yasmine menunggu agar kereta itu cepat lewat, hatinya berdesir entah kenapa

Setelah kereta itu lewat ia mencoba mencari sosok tadi, namun sayang dia sudah menghilang.

kepalanya sedikit berdenyut, saat ia melihat sekilas wajah pemuda tadi.

"Huufffttt...ada apa Dengan ku? Siapapun dia ...apa peduliku? Aku harus fokus!!" desah Yasmine sembari melangkah lagi.

"Tapi pemuda tadi sedikit... familiar". Matanya sedikit membelalak saat teringat akan sesuatu.

" Dia kan....."

Entah mengapa air mata tanpa sadar menetes dipipinya.

"Eh? kenapa aku menangis?" Ujarnya terkejut sembari menghapus air matanya segera.

"Aneh" Tukasnya kemudian kembali melangkah.

ini baru awalnya saja, awal perjalanan yang panjang....

Dari kejauhan, pemuda beriris emas menatapnya lekat tanpa berkedip.

To be continued...