Anak laki-laki itu duduk di tempatnya dengan bingung. Dia terlihat sangat gugup, bingung harus berbuat apa. Fariza memperkenalkan dirinya dengan ramah, "Halo, namaku Fariza."
"Ah… Aku… Aku… Dito." Anak laki - laki itu tergagap dan tersipu saat menjawab.
Setelah buku pelajaran dibagikan, kelas pun dimulai. Pak Wirawan memberikan pelajaran di depan kelas dan langsung pergi. Fariza menunggu kelas berakhir di kursinya. Bahkan di kelas, beberapa teman sekelas diam-diam menatapnya dengan tatapan kagum. Penampilan Fariza seperti setetes air yang menetes ke dalam panci minyak panas, membuat seluruh kelas riuh karena pesonanya.
Ketika kelas usai dan Fariza akan pergi, seorang gadis pemberani datang dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Aku mendengar bahwa kamu menempati ranking pertama dalam ujian. Mengapa kamu tidak pergi ke SMAN 1? Kenapa memilih sekolah yang sangat buruk ini? Apa kamu tidak takut tidak diterima di perguruan tinggi?"