Chereads / Terlahir Kembali: Dokter Genius Cantik / Chapter 20 - Jadilah Wanita Kaya

Chapter 20 - Jadilah Wanita Kaya

Dengan pemikiran yang sama, istri Pak Karno meminta Janeta untuk pergi ke rumah Keluarga Rajasa untuk menemui Fariza atas nama putranya, Fajar. Kata istri Pak Karno, reputasi buruk Fariza akan baik setelah menikah dengan Fajar. Belum lagi, putranya akan menjadi kepala Desa Ngadipuro. Itu adalah suatu berkah yang akan didapatkan oleh Fariza.

Bahkan jika istri Pak Karno sebagai seorang ibu tidak terlalu suka dengan Fariza, tetapi Fajar hanya melihat gadis ini setelah sekian lama kehilangan mantan istrinya. Selain itu, cucunya sepertinya juga sangat menyukai Fariza, jadi dia harus merayu Fariza untuk menikah dengan Fajar.

Setelah Widya dan Arum ragu-ragu sejenak, mereka mengira ini adalah pernikahan yang baik. Namun, Widya tidak lupa untuk bertanya pada putrinya, "Fariza, bagaimana menurutmu?"

Janeta mengerutkan bibirnya sambil melihat Fariza. Meskipun kebebasan menikah dan kebebasan memilih cinta dianjurkan pada tahun-tahun ini, para orang tua masih memiliki keputusan akhir tentang siapa yang harus dinikahi oleh anak-anak mereka.

Namun, yang tidak diduga adalah Fariza tiba-tiba menggelengkan kepalanya dan menolak. "Bu, aku tidak ingin menikah sekarang."

Ekspresi wajah Janeta berubah, dan kemudian dia tersenyum dengan enggan, "Pikirkan apa yang kamu katakan barusan, nak. Jika kamu tidak menikah, apakah kamu ingin menjadi perawan tua di rumah ini? Bahkan jika kamu ingin menjadi perawan tua, ibumu tidak akan bisa membesarkanmu selamanya, kan? Sebagai manusia, kamu tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri."

Widya merasa sedikit tidak nyaman mendengar ini. Di mana Fariza membutuhkannya? Gadis itu sangat mandiri sekarang. Sudah jelas bahwa Fariza bisa menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Namun, meskipun Fariza tidak menghasilkan uang atau tidak ingin menikah sekarang, Widya tidak ingin dia menjadi perawan tua. Sebagai seorang ibu, dia ingin melihat anaknya dijaga oleh seorang pria yang baik.

"Memangnya kenapa jika aku harus menjaganya seumur hidup? Bahkan jika aku harus menjual darah, aku rela menjaga anakku selamanya." Ketika Widya merasa tidak nyaman, apa yang dikatakannya secara alami tidak akan membuat orang lain merasa nyaman.

Tidak masalah jika ini ditujukan padanya, dia pasti bisa menahannya. Tetapi untuk putrinya, dia benar-benar tidak tahan. Dia harus angkat suara dan membelanya. Kemanapun Janeta pergi, Widya selalu hormat padanya. Bagaimana Janeta bisa berbicara seperti ini tentang putrinya?

Setelah mendengar ini, wajah Janeta menunduk, "Semua orang tahu reputasi putrimu di luar. Aku hanya ingin membujukmu, tetapi aku tidak menyangka kamu tidak menghargai kebaikanku. Kamu hanya menganggap kebaikanku sebagai angin lalu. Aku tidak akan mengatakan banyak omong kosong. Aku hanya ingin bertanya apakah kalian setuju dengan pernikahan ini atau tidak, jadi aku bisa memberitahu istri Pak Karno tentang kepastiannya agar dia tidak menunggu hal yang semu."

Sekarang, bahkan Arum tidak bahagia. Sebelum Widya dapat berbicara, dia melangkah ke depan dan berkata, "Beritahu wanita itu, Keluarga Rajasa memang miskin, tapi kita memiliki harga diri. Biarkan dia mencari orang lain untuk menikahi putranya itu!"

"Apa? Kenapa kamu marah padaku? Merupakan suatu kehormatan bagi cucumu untuk mendapatkan orang baik seperti Fajar. Beruntung Fajar ingin menikahi Fariza. Kenapa kalian malah menolaknya seperti ini?"

"Jangan terlalu banyak bicara! Cucuku tidak ingin kamu menjodohkannya dengan Fajar!"

Janeta mengutuk dan pergi. Wawan dan Mila kembali setelah menuangkan tanah mereka, dan kebetulan melihat Janeta yang hendak pergi. Melihat bahwa Janeta sepertinya berjalan keluar dari pintu rumahnya, Wawan meletakkan barang-barang itu dan bertanya, "Bu, mengapa Janeta datang ke rumah kita?"

"Dia ingin menjodohkan Fariza dengan Fajar." Arum tidak mengatakan apa-apa tentang apa yang baru saja terjadi. Dia sengaja membiarkan Wawan menebaknya sendiri.

Akan tetapi, Wawan tidak marah ketika dia mendengarnya. Dia menyingsingkan lengan bajunya dan berkata, "Bu, jangan hentikan aku, aku akan pergi dan memberi pelajaran pada Janeta. Siapa yang akan membiarkan dia mengatakan itu tentang keponakanku? Dasar wanita tidak tahu diri!"

Mila dengan cepat menangkapnya, dan dengan sabar membujuknya, "Jangan gegabah. Apa kamu ingin orang-orang di desa menganggapmu sebagai pria kasar seperti ini?"

"Aku tidak peduli apa pendapat orang lain tentang aku, dan aku akan memukuli siapa pun yang mengatakan hal-hal buruk tentang keponakanku!" Setelah berbicara, Wawan bergegas keluar, tidak ada yang bisa membujuknya. Bahkan Arum ingin menahannya, tapi dia tidak bisa.

Melihat Wawan hendak bergegas keluar rumah, Fariza tiba-tiba berkata, "Paman, paman tidak perlu terburu-buru seperti ini. Bagaimana jika paman melukai seseorang?"

Wawan berdiri dan berkata dengan sikap yang keras kepala, "Untuk orang seperti dia, jika kamu tidak memberinya pelajaran, kamu tidak akan tahu kapan dia akan berulah lagi dan mengganggumu."

"Dia tidak akan merasa bersalah, paman. Jika dia terluka, bagaimana dengan nasib paman dan kami?" Fariza bertanya, "Paman, kamu akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Nenek dan bibi harus bekerja keras selama ini untuk menghasilkan dan pergi ke dokter. Jika paman melukai Bibi Janeta, uang yang diperoleh bibi dan nenek selama dua atau tiga tahun ini akan hilang untuk biaya ganti rugi pada Bibi Janeta. Apa paman akan membiarkan nenek, bibi, dan keluarga kita menderita mulai sekarang?"

Wawan tiba-tiba terlihat seperti orang yang frustasi. Tubuhnya jatuh ke tanah, "Lalu menurutmu apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Cobalah untuk menghasilkan uang dan menjadi seseorang yang berkuasa, sehingga orang lain tidak berani meremehkanmu." Fariza menjawab dengan ringan.

"Tapi biarpun kamu punya uang, kamu tetap harus menikah dengan orang lain. Sayangnya, mereka sangat merusak reputasimu. Lalu, bagaimana kamu bisa menikahi seorang pria nantinya?"

Berbicara tentang ini, mata Wawan menjadi berbinar, "Fariza, tahukah kamu? Ketika aku bekerja, aku mendengar orang-orang kaya itu berbicara tentang wanita asing. Mereka mengatakan bahwa mereka menyukai wanita asing kaya yang dapat memberi mereka uang untuk mendukung bisnis mereka. Di sana ada seorang pemuda yang tinggi dan tampan. Ketika kamu nanti menjadi kaya, kamu juga bisa menjadi seperti itu. Pemuda manapun tidak akan berani untuk melepaskanmu! Kamu jadi bisa memiliki hubungan yang langgeng."

Bibir Fariza bergerak-gerak. Ide pamannya ini benar-benar luar biasa. Untungnya, dia berbicara di rumahnya sendiri. Jika tidak, perkataannya ini akan mengejutkan jika didengar oleh orang lain!

Arum memukul dahi putranya, membuatnya tercengang, "Omong kosong! Apa yang baru saja kamu ucapkan di depan Fariza, hah? Dia masih remaja, apa kamu tidak tahu?"

"Mereka mengatakan bahwa masa muda adalah waktu untuk menikah, sama dengan masa mudaku. Mengapa ibu marah?"

Arum merasa bahwa anaknya ini selalu berbicara omong kosong, jadi dia menyentuh dahinya untuk memberi beberapa pukulan agar Wawan malu. Tapi pada akhirnya, dia berhenti memukuli anaknya karena kasihan.

Janeta tidak tahu bahwa dia baru saja lolos dari terkaman harimau. Setelah meninggalkan rumah Keluarga Rajasa, dia langsung berbelok ke halaman rumah Pak Karno. Istri Pak Karno sedang memberi makan ayam ketika dia melihat Janeta. Dia dengan cepat meletakkan baskom di tangannya dan bertanya, "Bagaimana tentang hal itu? Apakah mereka bersedia melakukannya?"

"Jangan menyebut itu." Janeta melambaikan tangannya, matanya tampak sayu. Keluarga Rajasa tidak hanya mengusir dirinya, tetapi juga membuatnya malu." Pada titik ini, Janeta ragu-ragu untuk berbicara, seolah-olah kata-kata berikutnya agak sulit untuk diucapkan.

"Apa yang ingin kamu katakan?" Istri Pak Karno bertanya dengan cemas.