Chereads / Terlahir Kembali: Dokter Genius Cantik / Chapter 23 - Dia adalah Wanita Jahat

Chapter 23 - Dia adalah Wanita Jahat

Satria tidak berbicara. Dia melihat dengan baik wajah kedua pria itu, "Terus terang, aku tidak suka kelakuan kalian tadi pada gadis itu."

"Ya, ya, ya, maafkan kami." Setelah mendapatkan penawar racunnya, ketakutan Pak Dadung terhadap Fariza telah lama hilang. Ditambah dengan sedikit kebencian di hatinya, dia ingin melepaskan dirinya dari kejahatan gadis licik itu. Wajar saja jika saat ini dia meremehkan Fariza.

Setelah mendengar kata-kata Pak Dadung, Satria membaca surat yang katanya ditulis oleh Fariza untuk Pak Dadung.

Ini sudah lumayan lama, tapi aku punya masalah dengan otakku. Aku tidak bisa belajar dengan baik, dan aku tidak ingin lanjut ke SMP. Tapi aku iri pada adikku, Dewi, yang belajar dengan baik. Dewi akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, jadi aku harus mencegahnya. Aku mendorong Dewi ke sungai, dan dia demam. Selama beberapa hari, Dewi sembuh. Karena dia memiliki latar belakang akademis yang baik, dia diterima di sebuah universitas di Surabaya. Pak Dadung, aku iri padanya. Aku juga ingin ke kota. Bisakah kamu membantuku? Jika kamu bisa, aku akan membiarkan kamu bersenang-senang denganku malam ini. Kamu bisa memiliki aku seutuhnya.

Saat melihat Satria membaca surat Fariza, Pak Dadung berkata, "Dewi punya pacar bernama Caraka, teman sekelasnya di SMA. Kudengar dia juga tinggal di Surabaya. Orangtua Dewi dan Caraka saling kenal. Fariza mendengar hal ini, dan berlari untuk merayu Caraka. Gadis itu sungguh memalukan. Dia bahkan merebut pacar saudaranya sendiri.

"Aku tidak tahu apakah dia kekurangan pria. Dia mengirimkan surat ini kepadaku sore itu, memintaku untuk berkencan di sebuah gubuk di luar desa malam itu. Dia berpakaian sangat bagus malam itu. Aku memeluknya dengan spontan, tapi aku tidak tahu bagaimana orang-orang di desa bisa tahu."

"Sebelum kita bisa berciuman, pintu gubuk itu dibuka. Kami tertangkap basah. Tak lama setelah itu, aku dengar dia mencoba bunuh diri, tapi tidak mati. Dia menjadi gila. Dia bahkan membawa pisau untuk membunuh neneknya! Pada akhirnya, dia tidak bisa tinggal di desa dan harus keluar. Ayahnya menceraikan ibunya dan kembali ke keluarganya di desa lain."

Pak Dadung menceritakan semuanya tentang Fariza dengan runtut. Dia lebih hebat daripada pendongeng. Pada akhirnya, Pak Dadung masih bersumpah untuk membela diri, "Nak, aku benar-benar bukan bajingan. Fariza yang merayuku lebih dulu saat itu."

Adimas terpana. Dia benar-benar tidak bisa memikirkan seseorang yang terlihat lemah dan lembut seperti Fariza itu sebenarnya memiliki sejarah kelam yang tak terduga. Diam-diam dia melirik Satria, dan ternyata wajah Satria juga kaget. Untungnya, Satria tidak jatuh terlalu dalam, jadi Adimas pikir Satria akan menyerah dan tidak mengejar Fariza lagi.

Benar saja, Satria dengan cepat melepaskan Pak Dadung dan Yusuf. Adimas menghela napas lega dan baru saja akan berdiri, tapi dia melihat Satria telah memakai topinya dan pergi. "Hei, mau ke mana?" Dia bertanya dengan curiga.

"Aku akan pergi dan lihat apakah gadisku itu sudah pulang." Suara Satria semakin menjauh. Adimas yang mengejarnya hampir terpeleset dan jatuh ke tanah. Apakah Satria masih belum menyerah mengejar Fariza?

"Tidak! Aku harus mengawasi Satria, dan tidak bisa membiarkan dia dibodohi oleh wanita jahat seperti Fariza!" Adimas buru-buru berlari.

Pada saat ini, bukan hanya Adimas yang membicarakan Fariza, Pak Dadung juga. Begitu masuk ke gerobak keledai, Pak Dadung meludah dengan garang. "Sialan, aku kehilangan lima puluh ribu dalam sekejap!"

"Untungnya, kita bisa kembali dengan selamat. Kamu harus menahan amarahmu lain kali. Jangan melihat gadis cantik itu lagi," kata Yusuf dari samping.

"Fariza itu sangat cantik, aku tidak percaya kamu tidak menyukainya." Pak Dadung menatapnya dengan tidak percaya.

Yusuf tersenyum dan berhenti berbicara. Ternyata ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka dengan sengaja. Itu adalah Wulan. Dia baru saja mengantar putranya, Bisma, ke sekolah. Saat ini dia duduk di belakang gerobak keledai yang ditumpangi Pak Dadung dan Yusuf.

Wulan mencondongkan tubuhnya ke depan ketika dia mendengar keduanya berbicara. "Pak Dadung, sepertinya saya mendengar Anda mengatakan tentang Fariza? Apakah Anda melihat Fariza?"

Pak Dadung berkata dengan marah, "Apakah itu urusanmu? Bukankah ibu Fariza menceraikan Pak Juna beberapa hari yang lalu? Kenapa kamu berada di sini?"

Pak Dadung tidak sopan sama sekali. Jika dia adalah orang biasa, Wulan sudah lama memalingkan wajahnya. Tapi Pak Dadung bukanlah orang biasa. Bukannya marah, Wulan malah menundukkan kepalanya, terlihat sangat menyedihkan. "Saya sangat mencintai Pak Juna. Tidak peduli apa yang Anda katakan, Fariza adalah anak Pak Juna, artinya dia juga anak saya. Jika Anda melihatnya, tolong beritahu saya. Saya sangat mengkhawatirkannya."

Pada saat ini, Wulan menundukkan kepalanya, terlihat seperti sedang menangis. Yusuf gemetar di dalam hatinya saat dia melihat ini. Tanpa sadar, dia mengatakan yang sebenarnya. "Kami melihat bahwa dia sekarang menjual apel goreng di pertigaan di dekat pabrik. Di pusat kota, setiap hari."

"Terima kasih sudah memberitahu saya." Wulan berterima kasih padanya, seolah dia memiliki kepedulian di hatinya.

Keesokan paginya, Wulan datang ke tempat yang dikatakan Yusuf dengan alasan ingin mengunjungi rumah keluarganya. Dia pun melihat Fariza sedang menjual apel goreng. Dia membuat perhitungan kasar tentang laba Fariza. Karena Yusuf bilang dagangannya laris, Wulan memperkirakan Fariza bisa mendapat lebih dari 600 ribu sebulan. Hal ini membuat Wulan mengepalkan jari.

Dewi pernah berkata ketika dia pergi ke Surabaya, ibunya itu harus membuat Fariza tetap di dalam kendalinya. Tapi sekarang, Fariza tidak hanya keluar dari genggaman Wulan, dia juga hidup sangat makmur. Tidak, tidak, Wulan harus menemukan jalan keluar.

Setelah kembali ke Desa Tutur, Wulan memberitahu ibu mertuanya, Yuli, tentang kejadian tersebut.

"Apa yang kamu bicarakan? Fariza benar-benar menjual apel goreng di kota? Dia menghasilkan lebih dari 20 ribu sehari? Apakah berjualan apel benar-benar bisa menghasilkan uang sebanyak itu?" Yuli tiba-tiba membelalakkan matanya dan bertanya dengan tidak percaya.

"Ibu, aku melihatnya dengan sangat jelas. Dia mengumpulkan lima rupiah untuk satu porsi. Dia bisa menjual lebih dari 40 porsi di pagi hari!"

"Apa? Apa dia jual apel edisi terbatas? Aku pikir itu hanya tipuan Fariza saja. Pasti orang-orang yang membeli apel itu ke sana setelah melihat rayuan gadis itu." Yuli tidak percaya bahwa apel bisa dijual dengan mahal.

"Menurutku juga begitu!" Gita, menantu kedua Yuli, juga menimpali.

Tapi bagaimanapun juga, dua puluh ribu sehari adalah godaan yang besar bagi mereka. Dengan begitu banyak orang di keluarga mereka, mereka hanya dapat menghasilkan kurang dari setengah dari dua puluh ribu sehari. Sedangkan, Fariza bisa menghasilkan lebih. Setelah hening lama, Yuli tiba-tiba membuat keputusan, "Wulan, kamu bawa aku ke kota besok, aku ingin melihat apakah menjual apel benar-benar menguntungkan."

"Baik, bu." Wulan menanggapi dengan cepat.

Fariza tidak tahu bahwa dia telah dibicarakan. Saat ini dia sedang berjalan-jalan di sebuah toko di pusat Pasuruan dengan penuh kegembiraan. Tujuannya adalah membeli sepeda. Meskipun sepeda tidak umum di daerah pedesaan akhir-akhir ini, sepeda telah lama populer di kota-kota.

Menaiki gerobak keledai itu mahal dan merepotkan, jadi sekarang saatnya membeli alat transportasi untuk digunakan. Harga sepeda biasa sekitar 120 ribu. Meskipun tidak mudah menghasilkan uang, Fariza tetap harus membelanjakan uangnya. Hanya jika dia mau berinvestasi, dia dapat menghasilkan lebih banyak uang. Fariza selalu percaya akan hal ini.