Rizal memesan sebotol bir, tetapi di depan si kutu hanya ada segelas kecil.
Tidak ada gunanya menolak permintaan si kutu kali ini. Toh, setelah sembuh dari penyakit serius itu, dia masih harus sedikit mengendalikan keinginannya. Ini adalah apa yang dimaksud oleh Rizal.
Si kutu itu seperti mencicipi cairan yang menjijikkan, dia dengan enggan menikmatinya, karena takut meminumnya dalam satu suapan besar.
Pandangan Rizal jatuh ke sebuah meja yang tidak jauh dari sana.
Beberapa remaja mengelilingi seorang gadis, mengajaknya minum anggur bersama.
Gadis itu belum terlalu tua, dengan celana jins ketat, lekuk tubuh dewasanya sudah sangat menarik dan sempurna.
Gadis tidak seperti gadis yang sering pergi ke klub malam, dia memiliki wajah yang polos, seperti seorang peri.
"Oh, kamu kalah lagi, kamu harus mau minum." Seorang pria berambut kuning berseru penuh semangat.
"Mengapa aku bisa kalah lagi?" Gadis itu menghela nafas, lalu mengambil segelas besar bir dan menyeruputnya.