Ratna menatap Rizal dengan tatapan pucat: "Ini semua karena kamu. Kamu adalah orang jahat. Kamu hanya menyia-nyiakan dirimu sendiri, dan itu menyakiti kami. Jika bukan karena kamu, bagaimana mungkin Deby diskors oleh wanita tua itu dengan kejam."
Rizal mengangkat bahu: "Yah, anggap saja aku tidak mengatakan apa-apa." Ratna juga sangat aneh, tidak peduli apa, api perang selalu akan bisa membakarnya.
"Bu, kakak ipar itu baik." Dina berjalan ke bawah dengan piyama tipis dan menyapa mereka dengan antusias ketika dia melihat mereka.
Rizal menoleh dengan sedikit malu, bertanya-tanya apakah dia terlalu banyak berpikir. Baru-baru ini, Dina selalu menggoda dirinya dengan sengaja atau tidak sengaja.
Rizal berusaha menghindarinya. Dalam hati Rizal, hanya ada Deby, tidak ada yang bisa menggantikannya, masa lalu adalah masa lalu, masa kini adalah masa kini, dan masa depan akan selalu hanya ada Deby.