"Baiklah, kalian bicaralah lebih dahulu, aku akan menyapa yang lainnya." Adi berkata dengan nada meminta maaf kepada Pepi dan Deon.
Tapi dia menganggap Rizal sebagai ruang hampa, seolah-olah dia tidak ada di sana.
"Wow SMA Angkasa Greenbay kita benar-benar tempat bagi para talenta hebat."
Pepi tidak bisa menahan nafas ketika dia melihat sosok yang dikenalnya.
Deon mengikuti arah tatapan Pepi dan melihat seorang pria paruh baya yang mengenakan kacamata berbingkai emas dengan tubuh yang sedikit gemuk.
"Bos Pepi, siapa orang itu?" Deon bertanya dengan bingung sambil melihat ke arah yang dilihat oleh Pepi.
Wajah Pepi penuh sanjungan. "Itu adalah wakil direktur Argawijaya Group."
"Benarkah? Apakah dia memang seorang wakil direktur? Aku khawatir dia kurang dari sepersepuluh dirimu." Deon menyanjung Pepi.
"Deon, tutup mulutmu dengan cepat. Jika ini didengar olehnya, karirku akan berakhir." Untuk pujian Deon, Pepi tidak berterima kasih atas sanjungannya, tapi dia menjadi panik.