Rasa keingintahuan yang tinggi hanya akan membunuh dirinya sendiri, belum lagi ini adalah urusan di dalam keluarga Prawiro, lebih baik jangan usil.
Rizal berdiri di depan foto ibunya, air mata kegembiraan melintas di matanya. "Bu, akhirnya aku sudah membalaskan dendam keluarga Setiawan."
Selama dua belas tahun, permusuhan yang besar ini seperti batu, membebani dadanya dengan sangat berat. Dua belas tahun yang lalu, pada malam yang gelap dan berangin, dia menyaksikan tragedi berdarah keluarga Setiawan, dan kemudian di bawah bayang-bayang kematian ayahnya yang membuatnya putus asa, dia melarikan diri dari ibukota, dan sejak itu menjalani kehidupan seperti burung yang tidak bersarang.
Hari ini, dia secara pribadi sudah mengakhiri permusuhan ini, tetapi hatinya tidak bisa bahagia.
Keren jika bisa membalas dendam pada musuh, tapi terus kenapa? Bisakah dia menukar kemenangan ini dengan nyawa orang tuanya?
Bisakah dia menukar dengan nyawa kerabat terdekatnya?