Pesta api unggun telah mencapai pada klimaksnya, tapi tidak ada yang menyadarinya. Di dalam hutan yang gelap di kejauhan, ada sepasang mata tajam yang menatap dari sana.
Di mata yang tajam itu, terkadang memiliki kelembutan yang tak terbatas, terkadang memiliki aura pembunuh yang gila, dan terkadang penuh dengan sifat yang mudah marah.
Dengan raungan yang dalam, sosok itu mencengkeram kepalanya yang sakit dan berlari menuju ke dalam hutan yang lebat.
Rizal tiba-tiba menurunkan anggur di tangannya. "Suara apa itu?"
Kepala desa membuka mata mabuknya yang sudah memerah. "Pak Rizal, kamu sudah tahu bahwa di sini sering ada hewan buas. Namun, jangan khawatir, sekarang kondisi semua orang sudah sangat baik, dan ada uang untuk membeli senapan, binatang buas itu tidak akan berani mendekati kita. Jangan khawatir tentang hal itu."