"Sepertinya begitu." Nadia mengangguk.
Rizal hanya bisa mengerutkan kening. Flu biasa seharusnya tidak begitu menular.
Nadia tiba-tiba juga bersin.
"Aneh? Sepertinya aku masuk angin juga. Barusan aku baik-baik saja."
Rizal tiba-tiba memiliki firasat yang tidak diketahui di dalam hatinya, dan kemudian memutar mobilnya.
"Pak Rizal, sepertinya kamu mengemudi ke arah yang salah." Nadia mengingatkannya dan melihat mereka menuju ke arah yang salah.
"Aku akan mengantarmu ke apotek dulu, membeli obat flu, lalu memulangkanmu untuk istirahat. Aku yang akan memberikan cuti padamu." Rizal berhenti di depan pintu sebuah apotek, lalu turun dari mobil dan membeli empat kantong obat flu, dua kantong untuk Nadia.
"Ambilah untukmu dan sepupumu, dan juga serahkan yang ini untuk Sofia, aku yang akan mengurus Deby. Jika terjadi sesuatu yang darurat, segera hubungi aku."
Nadia memandang Rizal dan berkata. "Terima kasih, Pak Rizal, kamu memang orang yang sangat baik."