Sosok Toni tiba-tiba segera muncul di depan semua orang, seperti hantu.
Andika terkejut, bukankah Alan yang seharusnya datang ke sini? Bagaimana dia bisa menjadi orang tua seperti itu?
Faktanya, Alan memang sudah datang, tetapi dia bersembunyi di samping. Dia pada awalnya masih agresif, namun saat melihat Rizal, dia tak bisa menahan rasa lemas pada tungkai dan kakinya. Mulutnya terluka dengan parah. Rasa sakit di mulutnya saat ditusuk kaca itu menjadi bayangan hatinya. Saat melihat Rizal, tanpa sadar dia menyentuh-nyentuh mulutnya sendiri.
Pria rambut kuning ini sangat buruk. Tidak masalah jika dia ingin bunuh diri, tetapi dia tidak bisa menarik Alan. Alan hanya ingin bersembunyi. Tapi Andika bahkan memanggil dirinya sendiri, dan suara sapaannya tiba-tiba muncul.
"Bos Alan, Bos Alan, aku di sini, itu dia, itu dia. Bos Alan sangat pemberani dan jago dalam bela diri, kamu harus membantuku untuk memberinya pelajaran." Andika sangat semangat.